SEBELUM membeikan kekebalan, vaksin BCG ternyata lebih dulu
mendatangkan penderitaan bagi para bayi yang menerimanya. Di
Rumahsakit Carolus, Jakarta 27 bayi mengalami komplikasi berupa
pembengkakan kelenjar yang kemudian harus ditolong dengan jalan
pembedahan. Beberapa orang dokter anak juga menemukan kasus
seperti itu. Namun belum ada catatan berapa besar pengaruh
kejadian tadi terhadap rencana pemerintah dalam usahanya untuk
mencegah TBC. Dan belum ada kabar tentang susutnya niat para
orang tua untuk menyerahkan bayi mereka kepada vaksin anti-TBC.
Komplikasi-komplikasi serupa sebenarnya pernah juga terjadi.
tetapi yang sekarang nampak menjadi ramai karena siaran per
yang begitu gencar. Sementara para pejabat pemerintah di bidang
kesehatan terpaksa menanggapinya lebih serius karena yang
sekarang ini menyangkut Bio Farma, perusahaan negara yang
membuat vaksin BCG tadi. Sedangkan vaksin yang terdahulu buatan
Jepang. Hingga peristiwa komplikasi tersebut seakan-akan
menunjukkan kurang sempurnanya vaksin buatan lokal.
Fihak Bio Farma sendiri mengatakan bahwa sebelum vaksin
tersebut digunakan, beberaya contoh telah diuji laboratorium WHO
di Kopenhagen. Setelah badan kesehatan dunia itu mengatakan OK,
dilakukan pula penyuntikan terhadap anak anak sekolah, sekedar
untuk melihat reaksinya. Memang ketika vaksin itu disuntikkan
kepada bayi di bawah umur 5 hari dengan dosis sebesar 0,1 ml
ternyata 0,43% dari mereka memperoleh komplikasi pembengkakan
kelenjar yang drastis. Atas dasar penelitian tersebut diadakan
penurunan jumlah dosis untuk bayi. "Tahun 1974 team P3M
Departemen Kesehatan melakukan penyuntikan terhadap 900 bayi
berumur 0 sampai 12 bulan dengan dosis 0,05 ml dan hasilnya
tidak ada satupun komplikasi", kata D Kusdinar dari Bio Farma.
Begitulah kisah vaksin buatan perusahaan negara yang dulu
bernama Lembaga Pasteur itu sebelum dia dipergunakan untuk
menggantikan buatan Jepang yang sudah akan habis bulan Juni
mendatang. Besar dugaan para petugas Carolus menggunakan dosis
lama yaitu 0,1 ml terhadap bayi di bawah satu tahun. Dan
menurut drs Mirza Syafei Nsution, Dirut Bio Farma, alat
penyuntik yang digunakan Carolus adalah alat penyuntik biasa.
"Sedangkan untuk mengukur dosis 0.05 ml diperlukan alat
penyuntik khusus", katanya.
Tentang komplikasi itu sendiri, sebenarnya tidak berbahaya.
"Keluarkan nanahnya, atau kalau memang perlu berikanlah obat
anti TBC", sebagaimana dikatakan oleh seorang dokter yang
bayinya sendiri jadi korban komplikasi. Untuk menghindari
komplikasi, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pemberantasan
Penyakit Menular dr Bachrawi sempat punya fikiran untuk
menangguhkan penyuntikan vaksin BCG sampai bayi berumur di atas
satu tahun. Tetapi niat itu jadi batal, karena para ahli
penyakit anak beranggapan bahwa TBC harus dicegah sejak bayi
lahir. Karena jika TBC menyerang bayi, tipis harapan mereka
bisa ditolong, kata mereka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini