Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Benang Nylon Sukabumi

14 Mei 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ADA paksaan atau tidak, nyatanya Balai Pengobatan Rido Galih di Sukabumi banyak dikenal berbagai lapisan masyarakat peserta KB. Bahkan dengan tarif yang relatif lebih mahal -- apalagi jika dibandingkan dengan pemasangan kontrasepsi di Puskesmas yang tanpa dipungut bayaran. Ada 13 ruangan yang membagi poliklinik itu. Mulai dari ruang tunggu, kamar periksa sampai ke laboratorium, apotek, dan sebuah kamar yang berisi peralatan elektronik. Di ruang terakhir inilah dr. Winata, pemilik balai pengobatan itu membuat berbagai peralatan prakteknya -- seperti pengukur tekanan darah dan stetoskop. Tapi dokter lulusan Geneeskendige Hogeschool, Batavia, (1941), itu juga membuati spiral. Bahan bakunya benang nylon yang biasa dipakai untuk memancing dan mudah didapat di pasar-pasar. Dokter umum yang kemudian memperdalam sendiri bidang penyakit kandungan ini menurut pengakuannya, meneliti bentuk dan ukuran spiral berikut alat pengukur vagina selama 4 tahun. Lebar vagina wanita Indonesia, hta Winata, 71 tahun, berkisar antara 3,5 - 5 cm. Karena itu, pensiunan pegawai Departemen Kesehatan (1969) ini membuat 4 ukuran spiral mulai dari yang berukuran small, medium dan extra large. Ternyata spiral benang plastik yang mulai dibuat Winata sejak 1960 ini cukup terkenal di beberapa kalangan peserta KB. Di Kota Sukabumi saja hampir 2.000 orang yang memakai spiral Winata dari tahun 1966 sampai April 1983. Pemakai-pemakai lainnya datang juga dari Jakarta, Bandung dan kota-kota lain di pulau Jawa. Tapi juga dari Medan, Kendari, Tarakan, sampai ke Timor Timur dan Irian Jaya. Rata-rata ada 150 pasien setiap bulan yang datang ke Rido Galih. Di Bandung Winata berpraktek setiap akhir minggu dengan jumlah pasien rata-rata 80 per bulan. Menurut Winata, "40% dari yang datang adalah pegawai negeri dan ABRI, 40% swasta." Sisanya pedagang dan buruh. Ongkosnya? "Rata-rata Rp 15.000," kata Winata "kalau tak punya uang boleh cicil." Tapi seorang pasien yang dianggapnya cukup mampu, bisa kena rekening sampai Rp 75.000. Ongkos-ongkos itu biasanya disertai kontrol 4 kali setelah pemasangan. Aan Tisna, kepala BKKBN Kotamadya Sukabumi mengatakan, ongkos pelayanan IUD di Rido Galih sekitar Rp 40.000. Tapi dia juga menyebutkan, dokter umum melakukan hal yang sama dengan spiral dari BKKBN menarik ongkos Rp 15.000. Sedangkan dokter ahli kandungan menarik rekening antara Rp 15.000 sampai Rp 25.000. Sejak 1960, Winata mengaku telah memasang 15.000 spiral. Data copot kembali hanya 2 %o dan kehamilan juga 2 %o. Tahun 1968, Winata mendapat izin ikut serta dalam program KB di Bandung. Sedangkan di Sukabumi, baru Maret tahun ini. "Dia cukup membantu program KB kita," ujar Drs. Romlar, Pj. Kepala Pelaksana PKBI Jawa Barat. Tambah Romlan: "Meskipun penyebarluasannya kurang menjangkau masyarakat kecil." "Saya tidak tahu mengapa pemerintah tdak mau menggunakan spiral saya yang murah ini," kata dr. Winau. H. Romly, SH kepala BKKBN Kab. Sukabumi, berkata: "Spiral dr. Winata terbuat dari bahan yang transparan, dari nylon. Kalau dicek posisinya dengan sinar X, tidak bisa." Dokter yang lain berkeberatan karena spiral Winata dianggap tidak memenuhi syarat sterilisasi. Ini bisa dilihat dari "bengkel" spiral yang mirip gudang penyimpanan benda-benda tua. Pembuat spiralnya tidak berseragam seperti halnya Winata dan 5 orang perawatnya. Tiga karyawan pembuat spiral itu memberi kesan bagai tukang rokok yang ada di alun-alun Sukabumi. Dr. Winata sendiri hanya mencuci spiral itu di wastafel dekat meja kerjanya, sebelum dimasukkan ke rahim. Tapi yang pasti, Winata untung banyak dari hasil penemuannya ini. Karena diambil dari bahan baku dan tenaga kerja (Rp 1.500 per hari per orang) diperkirakan modal sebuah spirai siap pakai tak akan lebih dari Rp 50.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus