Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Turnamen sepak bola tarkam mendapat dana dari sponsor, donatur, dan penjualan tiket.
Satu pertandingan tarkam bisa dihadiri ratusan hingga ribuan penonton.
Sejumlah mantan pemain profesional dan asing masuk skuad klub tarkam.
SEORANG pria berkaus jingga mencoba menahan tali kekang seekor kerbau yang tiba-tiba panik ketika dibawa ke tengah lapangan sepak bola Putra Cibobos, Karang Kamulyan, Lebak, Banten. Dia pun sempat berlari sebelum tersungkur dan terseret kerbau yang kabur ke dalam perkebunan. Hewan senilai Rp 15 juta itu adalah hadiah utama turnamen sepak bola antarkampung atau tarkam Cibobos Cup ke-28, Ahad, 23 Oktober lalu.
Puluhan panitia berseragam jingga dan warga pun bergegas ikut mengejarnya. Peristiwa itu sempat membuat penyerahan hadiah tertunda hingga 30 menit. “Lari ke dalam hutan mungkin sekitar 2 kilometer dari lokasi lapangan. Ini baru pertama kali hadiah turnamen tarkam kabur. Sepertinya kerbau itu panik saat dibawa ke tengah keramaian,” kata Furqon Nataleno, anggota panitia Cibobos Cup, kepada Tempo, Kamis, 27 Oktober lalu.
Cibobos Cup adalah salah satu turnamen sepak bola tarkam tahunan di kawasan Lebak Selatan. Kompetisi yang berlokasi di Desa Cibobos itu hanya vakum selama dua tahun akibat pandemi Covid-19. Dalam setiap kejuaraan, panitia menyediakan 64 slot tim sepak bola amatir yang mayoritas berasal dari wilayah Lebak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pesepak bola Dhefils FC mencoba melewati pesepak bola 13 FC Aceh pada pertandingan 8 Besar Liga Tarkam Jabodetabek di Jatibening, Bekasi, Jawa Barat, 22 Oktober 2022/TEMPO/Hilman Fathurrahman W
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pendaftarannya yang terbuka melalui media sosial itu mewajibkan peserta membayar Rp 500 ribu per tim. Setiap tim juga harus menandatangani surat bermeterai yang isinya jaminan tak akan memicu dan melakukan tindakan anarkistis selama pertandingan. Semua tim akan terbagi dalam bagan turnamen dengan sistem gugur. Pertandingan pun berlangsung setiap hari selama lima pekan di Lapangan Putra Cibobos.
Panitia menyediakan hadiah pertama, yaitu kerbau senilai Rp 15 juta, piala Cibobos Cup, dan piagam. Juara kedua mendapat uang Rp 7 juta. Adapun juara tiga dan empat masing-masing sebesar Rp 2,5 juta. Tahun ini pemenang turnamen tarkam Cibobos Cup adalah Sibernet Football Club (FC) yang berhasil menumbangkan Skandal FC dengan skor tipis 1-0.
Menurut Furqon, kejuaraan tarkam adalah hiburan murah bagi pencinta sepak bola dan warga sekitar. Meski amatir, semua peserta turnamen mempersiapkan diri dengan baik, dari jersei atau seragam hingga strategi. Beberapa tim bahkan merogoh kantong sangat dalam untuk menyewa pemain profesional atau pemain asing. “Turnamen tarkam itu sekarang sudah soal gengsi atau pride. Banyak klub yang enggak mau kalah dengan klub tertentu,” ujar Furqon.
Furqon mengatakan seorang bintang amatir dan pemain pensiunan liga profesional saja mematok harga sewa sekitar Rp 250 ribu per pertandingan. Adapun pemain asing—kebanyakan berasal dari Afrika dan Amerika Latin—memasang harga sekitar Rp 1,5-2,5 juta per pertandingan.
Furqon menjelaskan, beberapa tim yang melaju hingga babak delapan besar bahkan memiliki lebih dari tiga pemain profesional atau asing. “Hadiahnya hanya kerbau, tapi mereka sewa pemain bisa hingga puluhan juta. Tapi ini fakta,” tuturnya.
Hal ini juga berdampak pada jumlah penonton. Menurut Furqon, beberapa pertandingan fase awal yang diikuti tim dengan pemain amatir atau lokal hanya memancing penonton hingga 300 orang. Tapi jumlah penonton babak final atau tim dengan pemain asing bisa melonjak hingga lebih dari 5.000 orang.
Fenomena itu pun turut meningkatkan roda ekonomi masyarakat setempat. Para pedagang banyak yang bisa mendapatkan omzet hingga 200 persen. Furqon mengaku tak tahu ihwal taruhan atau judi di belakang turnamen tarkam. Hal ini berkaitan dengan munculnya sejumlah platform digital yang menjadi wadah judi bola tarkam.
Dia menerangkan, panitia hanya mendapat keuntungan dari pendanaan sponsor dan penjualan tiket. Pada Cibobos Cup, dia menambahkan, panitia bahkan hanya menarik tiket parkir untuk kendaraan yang datang seharga Rp 5.000.
•••
PESONA pertandingan tarkam memang tak pernah pudar. Tradisi sepak bola amatir ini diperkirakan mulai lahir pada 1980-an. Turnamen tarkam adalah pertandingan sepak bola amatir di perkampungan yang biasa berlangsung pada jeda jadwal pertandingan profesional. Laga yang menjadi wadah olahraga dan hiburan masyarakat tersebut kemudian berkembang hingga lahirlah banyak klub amatir di tingkat desa atau wilayah tertentu.
Turnamen tarkam memang cukup jauh dari perhatian media massa. Sejumlah berita yang kerap muncul dari pertandingan amatir ini adalah peristiwa perkelahian dan kerusuhan akibat amarah pemain atau penonton. Pertandingan tingkat kampung ini mulai menjadi perhatian pada masa pandemi Covid-19, 2020-2021.
Saat itu semua liga profesional harus dihentikan secara total karena aturan pembatasan kerumunan. Semua tim mengistirahatkan dan tak membayar gaji pemain. Sejumlah pemain profesional dan pemain asing pun mulai turun ke lapangan-lapangan perkampungan untuk ikut pertandingan tarkam.
Klub tarkam juga menjadi pelabuhan sejumlah pemain profesional yang berada di pengujung karier. Mereka adalah pemain-pemain yang terus dijual hingga liga profesional terendah. Beberapa pemain bahkan harus berhenti karena manajemen klub tak memperpanjang kontrak, terutama pemain asing.
Saat ini sejumlah turnamen tarkam terus melibatkan pemain profesional yang juga menjadi daya tarik bagi masyarakat. Meski demikian, hanya sedikit yang masih berstatus pemain aktif di Liga 1 Indonesia yang saat ini dihentikan pemerintah selepas tragedi Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, yang menyebabkan kematian 135 suporter, awal Oktober lalu.
Beberapa klub Liga 1 Indonesia memang melarang pemainnya terjun ke turnamen tarkam karena khawatir mengalami cedera atau masalah lain. Beberapa lainnya memberi izin dengan sejumlah syarat seperti lokasi pertandingan yang memenuhi standar. Saat ini sebagian besar yang ikut tarkam adalah mantan pemain profesional dan pemain asing.
•••
RENDY Ardiansyah, 31 tahun, pemain dan pengelola Dhefils FC Jatibening, Bekasi, Jawa Barat, mengakui adanya tren menyewa pemain profesional untuk memperkuat tim saat ikut sebuah kejuaraan tarkam. Hal ini dilakukan meski jumlah pemain dalam tim tersebut mencapai 40 orang. Menurut dia, sebagian besar anggota klub tak memiliki fisik dan kemampuan yang cukup untuk kompetisi. “Sebagian anggota tim itu main sepak bola hanya untuk olahraga dan hiburan. Tak berpikir soal prestasi,” kata Rendy.
Rendy mengatakan Dhefils FC memiliki jadwal latihan tiga kali per pekan di lapangan bola milik Sekolah Santo Bellarminus, Jatibening Baru, Bekasi. Meski demikian, paket latihan tim tersebut tak pernah berupa penguatan fisik dan strategi. Semua anggota klub hanya datang dan langsung bermain saat jumlahnya sudah cukup.
Dia menjelaskan, ada tiga tingkat harga sewa pemain jago dan profesional. Sebuah tim bisa menyewa seorang pemain bintang tarkam dari klub lain dengan biaya sekitar Rp 250 ribu per pertandingan. Biaya sewa mantan pemain atau pemain profesional sebesar Rp 250 ribu-1 juta. Adapun biaya sewa pemain asing lebih dari Rp 2 juta per pertandingan.
Rendy membenarkan, bagi sejumlah klub, kemenangan pada sebuah turnamen lebih penting. Mereka bahkan rela mencari sponsor dan donatur untuk menutup kebutuhan tersebut. Selain itu, beberapa pemilik klub biasanya mengucurkan dana besar agar timnya bisa memenangi pertandingan atau kejuaraan.
Dhefils FC pun memiliki ajang sepak bola tarkam yang bernama Dhefils Cup. Acara tahunan yang sudah mencapai seri ke-21 tersebut akan mencapai puncak pada pertandingan final, Ahad, 6 November mendatang. Saat ini empat tim tengah bersaing dalam babak semifinal, yaitu 13 FC, Radom FC, Virkhan Jaya FC, dan Bonsay FC.
Pesepak bola Dhefils FC mencoba melewati pesepak bola 13 FC Aceh (merah) pada pertandingan 8 Besar Liga Tarkam Jabodetabek di Jatibening, Bekasi, Jawa Barat, 22 Oktober 2022/TEMPO/Hilman Fathurrahman W
Kejuaraan dengan total 20 peserta ini juga memperbolehkan tiap klub mengerahkan pemain profesional atau pemain asing sewaan. Bahkan empat klub yang tersisa saat ini memiliki sejumlah pemain profesional dengan status sewaan atau anggota.
Padahal kejuaraan ini hanya mengganjar pemenang pertama dengan hadiah uang tunai Rp 10 juta, kedua Rp 7 juta, serta ketiga dan keempat masing-masing Rp 2,5 juta. Rendy menjamin semua proses pertandingan berjalan tanpa rekayasa. Panitia pun menyewa langsung wasit berlisensi dengan biaya Rp 300 ribu per pertandingan.
Panitia terbuka ihwal catatan pendapatan yang berasal dari iuran pendaftaran turnamen sebesar Rp 2 juta per tim. Selain itu, mereka menjual tiket kepada penonton sebesar Rp 5.000 per orang. Capaian tertingginya sebesar Rp 2,5 juta per pertandingan. “Bisa mencapai nilai segitu karena masyarakat banyak datang kalau yang tanding ada pemain asingnya. Mereka penasaran saja mau lihat pemain asing secara langsung,” tutur Rendy.
•••
PENDIRI 13 FC—salah satu tim semifinal Dhefils Cup 2022 –Yunaldi, 41 tahun, membenarkan keberadaan pemain dan mantan pemain profesional yang turut membela klub tarkam. Dia mengatakan tim besutannya bahkan berdiri atas kesepakatan bersama dengan sejumlah mantan pemain profesional asal Aceh.
Klub yang berdiri pada 2018 tersebut bahkan berisi pemain muda profesional, seperti Candra Negara yang bermain di Persija Jakarta dan Aldo di Persita Tangerang. “Mereka sudah gabung sebelum masuk tim senior,” ucap Yunaldi.
Awalnya, dia menjelaskan, 13 FC direncanakan berisi pemain sepak bola amatir dan profesional asal Aceh yang merantau di kawasan Jabodetabek. Saat itu dia mengumpulkan beberapa pemain hebat yang sebagian besar berasal dari liga profesional. Beberapa di antaranya adalah Jalwandi, pemain Persita Tangerang; Al Fasyimi dari Persiraja Banda Aceh; dan Khairunnas dari Persikota Tangerang.
Yunaldi menampik adanya gaji atau bayaran besar kepada pemain profesional tersebut untuk bergabung. Dia mengklaim 13 FC berbeda dengan sejumlah klub tarkam yang menyewa pemain profesional dan pemain asing ketika ikut turnamen. Semua pemain 13 FC, ujar dia, ikut dalam pertandingan secara sukarela. Bahkan beberapa dari mereka menempuh jarak puluhan kilometer menuju lokasi pertandingan.
“Misalnya, kami ikut Dhefils Cup di Bekasi. Saya berangkat dari rumah di Depok. Ada pemain juga yang rumahnya di Tangerang. Mereka datang saja tak pernah minta ongkos atau bayaran,” katanya.
Yunaldi pun memastikan 13 FC tak terlibat dalam perputaran uang seperti taruhan atau judi yang santer terdengar dalam turnamen tarkam. Menurut dia, pemainnya berfokus pada keinginan untuk berolahraga dan memajukan tim.
Keuangan klub, Yunaldi menambahkan, pun berasal dari hadiah turnamen tarkam dan iuran anggota. Bahkan sebagian besar uang hadiah selalu habis dijadikan dana liburan bersama para anggota tim. “Nanti kalau ada turnamen biasanya patungan sukarela. Kalau masih kurang, baru saya yang tutup,” ucap Yunaldi.
Saat ini 13 FC tengah melaju pada babak semifinal Dhefils Cup 2022. Mereka harus menumbangkan Random FC asal Duren Sawit, Jakarta Timur.
•••
SETELAH pagebluk Covid-19 melandai, beberapa kejuaraan sepak bola tarkam memang kembali bangkit. Satu di antaranya adalah Gamora Cup di Bengkayang, Kalimantan Barat. Kejuaraan tarkam tahunan yang cukup tua di Desa Karimunting itu sempat vakum karena krisis regenerasi dan permasalahan keamanan pada 2015.
Dengan pendampingan sejumlah tokoh senior, panitia yang berisi generasi muda Karimunting tersebut kemudian menggelar kembali turnamen dengan sistem gugur berisi 64 slot tim, Sabtu, 10 September lalu. Mereka bahkan mampu mengumpulkan dana sekitar Rp 40 juta dari 13 sponsor dan donatur. Angka ini belum termasuk iuran pendaftaran sebesar Rp 600 ribu per tim.
Selain itu, mereka menetapkan iuran tiket kepada tiap penonton yang hadir senilai Rp 5.000 per orang. Gamora Cup paling sedikit dihadiri sekitar 300-400 penonton per pertandingan. Jumlah penonton baru melonjak hingga lebih dari 1.000 orang ketika ada tim favorit atau terkenal bertanding di Lapangan Gamora Karimunting.
“Seluruh keuntungan akan dikumpulkan secara terbuka untuk membeli lahan di sekitar lapangan. Gamora FC (klub penyelenggara Gamora Cup) ingin punya tribun penonton di sisi lapangan,” kata Dani Kurniawan, 29 tahun, anggota panitia Gamora Cup.
Turnamen Tarkam Gamora Cup di Bengkayang, Kalimantan Barat, Oktober 2022/Dok Pribadi
Meski demikian, menurut Dani, panitia juga mengeluarkan biaya yang besar bagi perhelatan tarkam tersebut. Pengeluaran tertinggi adalah alokasi hadiah yang totalnya sekitar Rp 30 juta. Klub juara pertama akan mendapat uang tunai Rp 12 juta; juara kedua Rp 8 juta; juara ketiga Rp 5 juta; dan juara keempat Rp 3 juta. Pemenang pertama dan kedua juga memperoleh Piala Gamora Cup dan piagam.
Panitia juga harus merogoh dana sekitar Rp 21 juta untuk membayar jasa wasit selama turnamen berlangsung. Menurut Dani, satu paket wasit dengan Lisensi C mematok harga jasa Rp 290 ribu per pertandingan.
Dani mengatakan Gamora Cup memiliki pamor dan gengsi bagi klub tarkam di wilayah Kalimantan Barat. Tahun ini pesertanya pun berasal dari 54 desa yang tersebar di empat kabupaten atau kota besar, yaitu Bengkayang, Mempawah, Sambas, dan Singkawang.
Dani mengaku tak mengetahui ihwal industri perjudian yang kabarnya turut menyusup ke turnamen tarkam. Gamora Cup diklaim lahir kembali untuk menjadi wadah olahraga dan hiburan. “Kami saja berencana mencicil beli lahan di sekitar lapangan, karena keuntungan pasti tak akan seberapa. Kabarnya ada tiga kaveling yang totalnya Rp 100 juta. Targetnya terbeli dua kaveling (Rp 60 juta) di tahun ini,” tutur Dani.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo