MAYAT terpotong-potong ditemukan lagi. Kali ini di pantai Keputihan, Sukolilo, Surabaya. Tanpa kepala, tanpa lengan kanan, tanpa telapak tangan kiri. Lengan kanan yang copot baru ditemukan keesokan harinya. Polisi bingung, lalu mengirimkan mayat berantakan yang dijumpai pada 24 Juli silam itu ke Laboratorium Forensik RSUD Dr. Soetomo, Surabaya. Ternyata, para dokter di sana menyatakan mengalami kesulitan. Karena itu, polisi belum bisa menarik kesimpulan apa-apa tentang mayat terpotong-potong itu. Sebab, kematian, kata para dokter di sana, sulit ditentukan. Tanda kekerasan, katanya, juga tidak bisa ditemukan mengingat kondisi mayat sudah busuk dan persendiannya telah berlepasan. Juga belum ada kepastian soal identitas mayat. Beberapa media massa di Surabaya, entah mendapat data dari mana, menyebutkan jenis kelamin mayat yang memakai jeans biru itu perempuan. Ternyata, itu salah. Dalam jumpa pers, akhir Juli, yang diselenggarakan di Laboratorium Forensik RSUD Dr. Soetomo, terungkap jenis kelamin mayat tersebut lelaki. Selain soal jenis kelaminnya, para dokter dalam jumpa pers itu mengungkapkan mayat itu tergolong orang dewasa muda. Tinggi badan diperkirakan 164 sentimeter. Selain itu tanda-tanda lain, katanya, sulit ditemukan. Yang kemudian ditekankan para dokter dalam jumpa pers itu malah imbauan. "Mari mengambil hikmah dari kasus ini. Kita ternyata belum mempunyai standar tentang kerangka Orang Indonesia," kata dr. Indrayana. "Kita selama ini mengukurnya dengan standar Orang Eropa." Benarkah diperlukan standar kerangka segala untuk membangun suatu kesimpulan tentang mayat terpotong-potong? "Tidak perlu," kata dr. Mun'im Idries, ahli forensik Fakultas Kedokteran Univeristas Indonesia. Ia berpengalaman mengidentifikasi mayat terpotong-potong. "Titik berat otopsi terletak pada mencari penyebab kematian, bukan identifikasi." Soal identifikasi, juga tidak perlu terlalu ruwet. Identifikasi jenis kelamin misalnya, sangat sederhana. Kalau kepalanya tidak ada, lihat saja tulang pinggulnya. "Kalau bentuknya oval, mayat itu pasti wanita, kalau bentuknya segitiga, pria," katanya kepada Dwi Irawanto dari TEMPO. Identifikasi lain biasanya pemeriksaan gigi, sidik jari, darah (serologi), dan pemeriksaan medis. Bila mayat belum membusuk, golongan darah bisa ditentukan melalui pemeriksaan sel-sel jaringan tertentu. Bila sudah membusuk dan tinggal tulang, "Kerok saja tulangnya, ambil sumsumnya," kata Mun'im. Mun'im mengakui memang sulit melakukan pemeriksaan jaringan mayat yang sudah sangat membusuk. Tapi masih banyak cara lain. "Misalnya, memeriksa kelainan pada bagian-bagian yang lebih keras, seperti tulang," katanya. Jadi, mengapa pemeriksaan di Surabaya itu jauh-jauh memasalahkan standar kerangka? "Kami kan tak bisa menyalahkan tim dokter," kata Kolonel Z. Bazar, Kepala Polisi Kota Besar Surabaya. Jis
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini