Dan ingin sehat tapi dimanja? Spa merupakan salah satu jawabannya. Tanpa zat kimia, tanpa polusi, kembali ke alam sepenuhnya. SEJAK Rabu 8 Mei berselang, kata spa resmi masuk dalam khazanah bahasa Indonesia. Spa datang ke negeri ini melalui Javana Spa, sebuah pusat pelayanan kesehatan lengkap dengan mata air mineral, terletak di kaki Gunung Salak, tak jauh dari Sukabumi, Jawa Barat. Hijau, sejuk, cantik, gemercik. Dan karena spa yang bernama Javana itu merupakan fasilitas jenis itu yang pertama di Indonesia, tak berlebihan kiranya bila Ibu Negara Tien Soeharto meresmikannya pekan silam. Di situ tampak juga hadir istri Wakil Presiden Ny. E.N. Sudharmono, Menpora Akbar Tandjung, Menteri P dan K Fuad Hassan, dan Menteri Koperasi Bustanil Arifin. Spa Javana dikepung oleh enam air terjun, kawah, dan kehijauan pohon tropis, dalam kompleks bangunan 4,25 ha, setinggi 1.200 meter di atas permukaan laut. Dipersiapkan selama empat tahun, pembangunan spa ini menelan biaya Rp 4 milyar. "Javana Spa merupakan spa konsep baru pertama dan termodern di kawasan Asia Tenggara," kata direktur utamanya, Utami Arifin, 28 tahun, menantu Bustanil Arifin. Javana memang merancang sejumlah program untuk memulihkan vitalitas fisik dan mental serta menghilangkan berbagai keluhan klien. Caranya melalui berbagai jenis latihan olahraga -- dengan atau tanpa alat, pengaturan pola makan, dan kursus ketahanan mental. Selain itu, ada perawatan kecantikan untuk wanita. Untuk keperluan itu, Javana tak hanya menyediakan instruktur olahraga, tapi juga dokter, ahli gizi, pemandu kecantikan, dan ahli meditasi. Ditambah dengan karyawan lainnya, jumlah tenaga kerja di spa tersebut mencapai 81 orang, seorang di antaranya konsultan asing. Spa ini melayani pelanggan secara individual, tergantung masalah yang dihadapi, dalam paket program 3, 5, dan 7 hari. Kasus yang ditangani macam-macam: kegemukan, terlalu kurus, ingin bugar, didera stres. "Latihan fisik disesuaikan dengan kondisi masing-masing," ujar dr. Dede Kusuma, salah satu tim medis Javana. Karena itu, setiap peserta dimintai riwayat kesehatan dan kebiasaan hidupnya sehari-hari. "Sampai makanan yang biasa disantap juga kami tanyakan," kata Dede lebih lanjut. Dari situ, pasien dibimbing untuk mendapatkan pola hidup yang lebih baik, seperti jenis olahraga dan jumlah kalori yang tepat. Menurut Utami, dari pagi sampai sore peserta mengikuti latihan kebugaran, mulai senam alat sampai latihan di air. Ini mengingatkan pada spa di Amerika yang mengutamakan perawatan kebugaran dengan pusaran air atau whirlpool. Harus diakui pula, lokasi spa di tengah alam pegunungan memang sangat ideal untuk kesehatan. Ada program hiking, di mana para peserta diajak mendaki jalan setapak melalui lembah dan bukit. "Peserta boleh juga mandi di bawah air terjun," kata Basri. Sembari menanjak dan menurun, mereka menghirup udara bebas polusi. Dan tampaknya latihan di alam terbuka inilah yang membedakan spa dengan fitness center. Di kawasan itu juga, beberapa lereng bukit dimanfaatkan sebagai kebun sayur. "Pupuknya juga pupuk kandang," kata Utami. Hasil ladang itu nantinya diolah sebagai bagian dari santapan peserta program Javana. Pendeknya, Utami ingin perawatan di spa, bertolak dari motto "kembali ke alam". Contohnya, kosmetik dari tetumbuhan dengan wewangian bunga dan tanaman. "Sementara bahan-bahannya masih kami impor dari Australia. Misalnya bahan untuk mandi lumpur," kata Utami lagi. Dan tidak hanya itu. Tersedia sekitar 20 pondok bergaya tradisional, dengan bahan kayu jati, sebagai tempat istirahat para peserta. Juga ada helipad, landasan helikopter yang kabarnya baru bisa digelar setelah satu puncak bukit dipangkas. "Bagi mereka yang enggan naik mobil," ujar seorang staf humas. Tak salah lagi, Javana membidik konsumen dari kelas menengah atas. Paket program tiga hari dihargai US$ 550 (single) dan US$ 500 (double). Sedangkan untuk program 5 sampai 7 hari dikenakan tarif US$ 1.050 sampai US$ 1.600. "Tidak bisa dibilang mahal. Coba saja bandingkan dengan hotel berbintang," kata Ramdani Basri. Dan lebih penting, "Keluar dari Javana, Anda menjadi 'Anda yang baru', lebih cantik, segar, dan tenang," tambah Basri, sedikit berpromosi. Utami Arifin optimistis, usahanya akan impas dalam tempo lima tahun. Untuk program pertama, pekan ini sudah terdaftar 40 peserta. Ia yakin, orang-orang penderita stres dari Jakarta akan berbondong ke Javana. "Daripada ke luar negeri," ujarnya. Di Amerika dan Eropa, spa sudah sama tuanya dengan pengetahuan orang tentang khasiat air mineral. Atau kalau mau lebih akurat, spa sudah dikenal oleh kaisar-kaisar Romawi. Adapun sebutan spa itu sendiri menunjuk pada sebuah kota kecil di Provinsi Liege, Belgia, yang pertama-tama dikenal karena air mineralnya. Sumber air itu lama terlupakan, lalu ditemukan lagi pada 1326. Sejak itu, mulai banyak dikunjungi, hingga mencapai ketenarannya pada abad ke-18. Kini spa menjamur di banyak tempat. Selain sebagai pusat kebugaran, spa bisa juga menjadi obyek wisata. Spa Golden Door di Escondido, California, AS, laku keras. "Setahun ke muka sudah habis dipesan, sampai banyak yang masuk daftar tunggu," kata Indra Soekirno. Artis model Christie Brinkley, 33 tahun, adalah seorang langganan spa. Mengapa? Setahun setelah melahirkan, berat tubuhnya masih kelebihan 4,5 kg. Ia merasa terganggu dengan lemak di pinggul, bokong, dan pahanya. Brinkley menempuh berbagai cara membuang lemak, berenang, menunggang kuda, atau mengayuh sepeda. Tapi jarum timbangannya tak juga bergerak. Ia lalu memutuskan untuk melangsingkan diri ke spa. Dan pilihannya ternyata tepat. Dalam catatan majalah Life, lima tahun belakangan sejumlah spa dimanfaatkan terutama untuk merampingkan badan. Selusin lebih spa terkenal di AS -- sebagian besar di pantai barat -- menerapkan pola diet ketat dan memberi perhatian khusus pada kulit dan rambut. Selama tinggal di sana, tamu-tamu diberi petunjuk cara menghilangkan kebiasaan makan yang buruk. "Mereka juga diharapkan mengubah gaya hidupnya secara menyeluruh," kata Judy Babcock, penulis The Spa Book. Dengan biaya US$ 900 sampai US$ 3.000 per minggu, secara rutin spa menawarkan latihan jasmani 4-5 jam sehari, tanpa mengabaikan perawatan kecantikan. Pada musim salju, New Life Spa di Gunung Stratton mengadakan program main ski. Spa di Tuscon, Arizona, menyelenggarakan lomba lari. Kent Sutherland, salah satu pelanggan, mengingat-ingat program mengayuh sepeda sejauh 6,4 km, melintasi bukit dan jalan berkerikil. Spa di Negeri Paman Sam itu juga memanjakan klien. Di Golden Door, ada 145 staf untuk mengurus 39 pelanggan, delapan di antaranya adalah juru pijat. Di Cal-a-Vie, ada pijat dengan sari kembang dan tumbuh-tumbuhan. Memang ada perbedaan antara spa di Eropa dan Amerika. "Orang Eropa ke spa untuk bersantai, sedangkan orang Amerika untuk berlatih," kata Babcock. "Keluar dari spa, Anda akan punya motivasi untuk melanjutkan latihan, yah, paling tidak untuk beberapa hari," kenang Brinkley, si artis cantik. Bagaimana Javana Spa, apakah bersantai atau berlatih jasmani? Untuk kedua-duanya, barangkali. Bunga Surawijaya dan Sri Indrayati
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini