Astra siap membuat mobil listrik yang bebas polusi. Kemampuan baterenya masih jadi masalah. Tapi mobil listrik memang akan menjadi pilihan di masa depan. NAMANYA Lectra. Bentuk tubuhnya ramping. Tinggi 140 cm, lebar 160 cm, dan panjang 386 cm. Yang paling menarik: ia bersih dan tidak bising. Soalnya, dia digerakkan dengan batere. Tak ada knalpot yang menyemburkan gas-gas beracun. PT Astra International akan memamerkan Drototin mobil listrik ini di Jakarta akhir Mei ini. Lectra bukan mobil aksi-aksian. Di jalanan lurus dan datar, ia bisa berlari 85 km per jam. Daya angkutnya, termasuk penumpang, 400 kg. Lectra punya lima persneling -- termasuk satu untuk mundur. Mobil listrik ini bertumpu pada enam buah batere sebagai sumber tenaga. Kelemahannya: batere itu akan habis setelah menempuh jarak 85 km. Maka, dia harus dicharge ulang. Untuk merancangnya Astra dibantu oleh ahli-ahli dari Swiss. "Prospeknya saya kira akan bagus," kata Dpl. Ing. Palgunadi, salah satu eksekutif Astra, kepada Sri Raharti dari TEMPO. PT Astra akan memproduksinya secara masal pada 1993. Sasarannya: pasar Eropa. Tampaknya Astra tak mau ketinggalan trend. Mobil listrik memang sedang menjadi incaran produsen mobil, di Eropa, Jepang, atau Amerika. Yang telah memproduksinya secara komersial, dalam jumlah yang terbatas, baru Fiat, Italia, dengan jenis Elettra. Mobil ini dijual dengan harga sekitar Rp 43 juta. Seperti pada Lectra, Fiat listrik ini belum sanggup menempuh jarak yang jauh. Setiap 70 km baterenya harus di-charge. Dan ini sering membuat jengkel pemiliknya. "Rasanya, saya lebih suka naik kuda," kata seorang pemilik Elettra di Kota Milan, seperti dilaporkan majalah Business Week awal April lalu. Suka atau tidak, tampaknya mobil batere itu cepat atau lambat akan menjadi salah satu pilihan yang utama di masa depan. Mobil dengan bahan bakar bensin atau solar perlahan-lahan bakal musnah. Di satu sisi, polusinya dimusuhi. Pada sisi lain persediaan minyak bumi akan semakin langka dan mahal. Mobil listrik dianggap lebih menjanjikan, secara teknis maupun ekonomis. Tekanan terhadap mobil gasolin memang makin gencar. Mobil yang boros bahan bakar dan mencemari lingkungan makin tidak mendapatkan tempat. Di Jerman ada rancangan peraturan pemerintah yang mengharuskan semua mobil menaikkan efisiensi konsumsi bahan bakarnya sebanyak 60%, menjadi 47 mil per galon, sekitar 16,5 km/liter, pada tahun 2005. Mobil yang boros dipersilakan minggir dari jalanan. Kendati peraturan itu belum disahkan, produser Jerman semacam Daimler Benz dan BMW telah ketar-ketir. Peningkatan efisiensi konsumsi bahan bakar, yang masih dianggap ekonomis, adalah 25%. "Batas 25% itu yang kami rasa bisa dipenuhi sampai tahun 2005," kata seorang manajer di Daimler Benz. Desakan serupa juga muncul di Amerika. Kongres AS menyiapkan aturan serupa, tahun lalu. Para produsen mobil diharapkan mengatrol efisiensi konsumsi gasolinnya, yang kini rata-rata 27,5 mil/galon, menjadi 40 mil/galon, atau sekitar 14 km/liter. Batasan ini akan dikenakan untuk semua jenis mobil pada tahun 2001. Angka efisiensi itu tak mudah dicapai. Sampai-sampai Direktur Utama Chrysler Corp., Lee A. Iacocca, menyebut rencana kebijaksanaan baru itu "gila-gilaan". Chrysler, menurut Iacocca, hanya sanggup menaikkan sampai 10,3 km/liter pada 1996. Batasan versi Kongres itu diduganya tak akan terkejar sampai 2001. Maka, si tiga besar -- Chrysler, General Motor (GM), dan Ford, tiga industri mobil terbesar di AS -- membuat lobi intensif ke Gedung Putih. Lobi mereka berhasil. Keinginan Kongres itu kini tenggelam. Tapi itu baru desakan dari segi konsumsi gasolin. Masih ada desakan lain: pencemaran gas buang. Ancaman pertama datang dari Pemda California, negara bagian yang setiap tahun membeli dua juta buah mobil baru alias 11% dari konsumsi Amerika. Pada 1994 nanti 10% dari mobil yang dijual di California, harus mulai mengurangi kadar bahan pencemar seperti CO dan NOx pada gas buangnya. Lantas pada 1997, tingkat pengurangan gas buang itu diharuskan sampai 40%. Dan itu dikenakan pada 25% mobil yang dijual di California. Lalu, ketentuan itu akan terus bergulir, hingga pada tahun 2000 nanti tak ada lagi knalpot mobil California yang mengeluarkan gas-gas yang berbahaya bagi manusia maupun lingkungan alam, termasuk lapisan ozon. Trend membuat mobil listrik juga menyebar ke Jepang. Mitsubishi, Toyota, Honda, atau Mazda, kabarnya telah bersiap-siap untuk meluncurkan produk perdananya. Bahkan mereka telah patungan mendirikan 10 stasiun pen-charge batere mobil di Osaka, dengan investasi sekitar Rp 6,5 milyar. Dalam soal mobil listrik itu, tampaknya General Motor yang berdiri paling depan di AS. Dia telah siap meluncurkan produk perdananya: sedan Impact. Sedan itu bisa berlari sampai 160 km per jam. Beratnya hanya 990 kg, dan 390 kg di antaranya batere penggerak. Akselerasinya cukup memadai, hanya perlu delapan detik untuk mencapai laju 96 km/per jam -- start dari titik nol. Namun, seperti mobil listrik lainnya, kelemahan sedan Impact ini pada baterenya, harus di-charge setiap 192 km. Dan setiap kalinya perlu waktu delapan jam. Ada memang alat setrum yang lebih cepat, hanya dua jam. Tapi kapasitas baterenya hanya 80% terisi, entah mengapa. Lantas, GM membuat terobosan dengan sedan HX-3. Sedan listrik mungil ini dilengkapi generator listrik berkapasitas 40 Watt, dengan gasolin 45 liter di tangkinya. Hasilnya, batere pada HX-3 sanggup menempuh jarak 480 km, tanpa harus di-charge lagi. Sayangnya, sedan ini terlalu mahal dan tetap mengonsumsi bensin. PTH
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini