Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Bukan karena Kerasukan Roh

Penyandang epilepsi bisa sembuh dengan obat. Waspadai anak bengong secara tiba-tiba.

26 Desember 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Adi, ayo main bola lagi!" Ajakan itu datang dari seorang anak yang mengajak Adi, seorang penderita epilepsi, untuk kembali bermain bola. Tak berapa lama, setelah adegan Adi bermain bola dengan temannya, di pengujung iklan, tampil ibu si Adi menyatakan bahwa epilepsi bukan penyakit menular dan bukan pula penyakit turunan.

Isi iklan layanan masyarakat tentang epilepsi yang sempat ngetop di televisi Indonesia pada awal 1990 itu rasanya tak lekang oleh waktu. Maklum, hingga saat ini, ajakan serupa masih bisa disampaikan kepada Adi-Adi lain. Apalagi hasil pengobatan terhadap penyakit ini semakin menjanjikan, seperti dengan divalproex sodium, fenobarbital, atau diazepam.

"Epilepsi bisa disembuhkan dengan total dan hanya sekitar 1 persen dari total penyandang epilepsi di Indonesia yang diturunkan secara genetika," kata Hardiono D. Pusponegoro, dokter spesialis anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Kamis pekan lalu. Ia mengungkap hal itu dalam seminar "Mari Hapus Stigma Negatif Epilepsi" bersama Lyna Soertidewi, dokter spesialis saraf FKUI-RSCM. Lantaran epilepsi bisa disembuhkan, Hardiono melanjutkan, deteksi serta perawatan dini, terutama sejak anak di bawah lima tahun, sangat efektif menanggulangi penyakit ini secara total.

Menurut Lyna, 70-80 persen penderita epilepsi dapat sembuh dengan obat. Hanya sekitar 30 persen yang tak bisa sembuh karena ada gangguan dalam otak. Selain dengan obat, epilepsi bisa diatasi dengan pembedahan. "Epilepsi sebenarnya sama dengan penyakit kronis atau penyakit menahun lainnya. Penyakit ini dapat diobati dan dikendalikan sehingga penderita dapat hidup normal, bahkan berprestasi," katanya.

Epilepsi adalah kejang spontan yang dialami seseorang dan terjadi lebih dari dua kali tanpa sebab yang jelas. Bangkitan epilepsi (seizures) terjadi saat letupan kimia listrik pada neuron otak terjadi secara berlebihan. Pada anak-anak, serangan bengong secara tiba-tiba sebagai salah satu bentuk bangkitan epilepsi bisa sangat sering terjadi. Durasinya bisa cuma beberapa detik, tapi bisa juga berbilang menit. "Bisa puluhan kali terjadi dalam sehari," kata Hardiono.

Kasus epilepsi cukup sering dijumpai. Rata-rata prevalensi epilepsi aktif adalah 8,2 per 1.000 penduduk. Sedangkan angka insidensinya mencapai 50 per 100 ribu penduduk. Bila jumlah penduduk Indonesia 220 juta orang, kata Lyna, jumlah pasien epilepsi yang butuh pengobatan ada sekitar 1,8 juta jiwa. Prevalensi pada bayi dan anak-anak cukup tinggi, menurun pada dewasa muda dan pertengahan, lalu meningkat lagi pada kelompok usia lanjut.

Selain kasusnya sering ditemui, menurut Lyna, salah kaprah soal penyakit ini di tengah masyarakat masih sering terjadi. Misalnya epilepsi dianggap sebagai penyakit kutukan, kena guna-guna, atau muncul karena kerasukan roh. Salah kaprah yang lain, epilepsi dibilang menular melalui air liur, dan penderitanya tak boleh kena air atau dekat api. Lantaran masih banyak salah kaprah, penyandang epilepsi kerap dikucilkan dan dilekati stigma negatif. "Anggapan seperti itu tidak benar," katanya.

Stigma negatif itu pula hendak dibuang jauh-jauh oleh Nyonya Prihatin, orang tua Fawwaz Ilyasa Zein, bocah 14 tahun yang dua tahun lalu divonis epilepsi. Sempat dua kali tinggal kelas di sekolah dasar karena sering bengong di kelas, begitu gurunya beralasan, kini kondisi Fawwaz membaik setelah rutin minum obat. Serangan bengong mendadak tak lagi sesering dulu.

Laiknya anak kebanyakan, Prihatin tak membatasi aktivitas Fawwaz, yang kini duduk di kelas VI SD Kartini Kemayoran, Jakarta. Bahkan ia mengizinkan anaknya itu berenang bersama teman-temannya. Selain berenang, Prihatin oke-oke saja jika ada teman Fawwaz yang mengajaknya bermain bola, "Fawwaz, ayo main bola lagi."

Dwi Wiyana, Amirullah


Tip Menghadapi Kejang Epilepsi:

  1. Bersikap tenang, kepanikan tidak akan membantu mengatasi kejang
  2. Jauhkan dari benda yang membahayakan
  3. Baringkan penderita dalam posisi miring
  4. Jangan memasukkan benda apa pun ke dalam mulut penderita
  5. Jangan mencoba menahan tangan/kaki yang sedang kejang
  6. Bila kejang berlangsung lima menit, segera bawa ke fasilitas kesehatan terdekat (umumnya kejang pada penyandang epilepsi berlangsung singkat, kurang dari lima menit)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus