Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Gaya Hidup

Cara Menurunkan Risiko Penyakit Tidak Menular, Berhenti Merokok

Merokok termasuk salah satu pemicu munculnya penyakit tidak menular. Untuk mengurangi risiko penyakit, salah satu langkahnya berhenti merokok.

8 April 2022 | 11.40 WIB

13-terkaitHL-ilustrasi-penyakitKarenaRokok-bebaniKeuanganNegara
Perbesar
13-terkaitHL-ilustrasi-penyakitKarenaRokok-bebaniKeuanganNegara

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat sejumlah penyakit tidak menular seperti diabetes, kanker, kardiovaskular, dan jantung menyumbang sebesar 66 persen angka kematian di Indonesia. Ketua Masyarakat Sadar Risiko Indonesia (Masindo), Dimas Syailendra, menilai penerapan konsep pengurangan risiko pada konsumsi tembakau penting dan mendesak untuk menurunkan prevalensi penyakit tak menular di Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Dimas menyebut penurunan prevalensi dan dampak penyakit tidak menular memerlukan peran aktif seluruh pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah, komunitas, hingga masyarakat. Tujuannya untuk mengenal dan menyadari faktor pemicu penyakit tidak menular serta menyampaikan informasi terkait cara-cara mengurangi risiko terhadap penyakit tersebut dan implementasinya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Tingginya angka kematian akibat penyakit tidak menular ini tak lepas dari masih rendahnya kesadaran masyarakat akan penyebab penyakit dan cara-cara untuk mengurangi risiko dari penyakit tersebut," katanya.

"Oleh karena itu, mari kita jadikan Hari Kesehatan Dunia yang jatuh pada bulan ini untuk membangun kembali kesadaran akan faktor pemicu dan aksi pengurangan risikonya,” ujar Dimas.

Menurut Dimas, terlepas dari sebaik apapun sarana kesehatan di suatu negara, konsep pengurangan risiko, yang mengedepankan metode pencegahan dengan menerapkan polahidup minim risiko akan jauh lebih efektif dalam menjaga taraf kesehatan dan angka harapan hidup masyarakat.

"Kita tahu mencegah selalu lebih baik daripada mengobati," tegasnya.

Salah satu perilaku pengurangan risiko yang bisa diterapkan adalah berhenti merokok. Merokok, yang melalui proses pembakaran, memicu terbentuknya beragam senyawa kimia berbahaya yang berpotensi menimbulkan beragam penyakit. Merokok merupakan salah satu faktor risiko penyebab penyakit tidak menular.

Meski demikian, Dimas menyadari berhenti merokok secara total bukan sebuah hal mudah. Oleh karena itu, perokok dewasa dapat mempertimbangkan produk tembakau alternatif, seperti rokok elektrik, produk tembakau yang dipanaskan, dan kantung nikotin untuk beralih jika sulit berhenti secara langsung. Sejumlah penelitian mengungkapkan produk tembakau alternatif mampu mengurangi risiko hingga 90 persen-95 persen daripada rokok konvensional.

“Saat ini teknologi sudah sangat maju, ada beragam pilihan produk tembakau alternatif yang secara ilmiah sudah terbukti memiliki profil risiko yang jauh lebih kecil dibanding rokok. Perokok dewasa yang kesulitan berhenti bisa menggunakan produk ini sebagai alternatif pemenuhan asupan nikotin sembari mengurangi risiko dan eksternalitas yang mereka hadapi,” tambah Dimas.

Dalam kesempatan terpisah, Ketua Ikatan Apoteker Indonesia (IAI), Nurul Falah Eddy Pariang, menyebutkan beberapa negara telah membuktikan pendekatan konsep pengurangan risiko membawa manfaat bagi kesehatan masyarakat, khususnya terkait penyakit tidak menular. Meski demikian, minimnya riset terkait konsep ini menyebabkan terbatasnya informasi sehingga riset terkait konsep itu dan implementasinya perlu terus digalakkan.

Menurut Nurul, tanpa penelitian akan sulit mengambil kesimpulan yang konklusif demi memaksimalkan penerapan pendekatan pengurangan risiko bagi kesehatan masyarakat.

“Oleh karena itu, seluruh pihak terkait harus satu suara dan serius dalam mendorong penelitian yang mumpuni dan menyebarluaskan hasilnya. Kalau perlu, dilakukan kebijakan khusus sehingga konsep ini bisa dipahami dan diterapkan oleh masyarakat untuk tujuan yang lebih besar bagi peningkatan kesehatan dan harapan hidup masyarakat akibat penyakit tidak menular," paparnya.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus