Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Cepatnya AIDS Merambah Wanita

Penyakit ini kian menakutkan. Ditemukan virus baru pada penderita yang tidak diserang HIV.

1 Agustus 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

GEMA acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) tidak lagi sebatas ujung rambut penderitanya. Gaungnya semakin keras di Amsterdam, Negeri Belanda, sejak Ahad hingga Jumat pekan lalu. Di negara kincir angin itu berlangsung Konperensi AIDS sedunia. Yang hadir sekitar 11 ribu peserta dari 133 negara, termasuk aktris beken Liz Taylor sebagai Presiden American Foundation on AIDS, lembaga yang aktif menghimpun dana bagi riset AIDS. Dalam konperensi ke delapan ini, selain menampilkan 1.500 lebih ahli AIDS di dunia, juga diputar video tentang perilaku seksual para gay berikut perlengkapannya. Selama ini, homowan itu dituding sebagai biang penyebar virus AIDS. Sejak AIDS pertama kali dikenal di Amerika Serikat pada tahun 1981, hingga kini, jumlah penderita penyakit ini belum pernah surut. Penyakit yang disebabkan HIV (human immunodeficiency virus ), yang menggerogoti sistem kekebalan tubuh itu, semakin menakutkan. Menurut Michel Merson, Direktur Program AIDS Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 10-12 juta orang dewasa dan sejuta anak-anak di seluruh dunia telah terinfeksi HIV. Dari jumlah itu termasuk sejuta yang baru terjangkiti virus penyebab AIDS tersebut sejak enam bulan ini. Memasuki akhir abad ini diperkirakan lebih dari 40 juta orang terjangkit HIV, dan 80% dari penderitanya berada di negara berkembang. Pola penyebaran infeksi HIV pada orang dewasa masih didominasi kelompok Sub-Sahara Afrika, yaitu sekitar tujuh juta penderita. Yang paling kecil adalah kelompok Asia Timur dan Pasifik, yakni sekitar 25.000 penderita (lihat peta). Dari satu juta yang baru terjangkit HIV, separuhnya hidup di Sub-Sahara Afrika, dan seperempatnya hidup di Asia dan Pasifik. Selebihnya berada di Amerika Latin dan Karibia. Menurut Merson, penyebaran ini tak mengenal batas lagi. Jumlah terinfeksi tampaknya mulai bergeser. Sepuluh tahun lalu, pria merupakan dua pertiga dari jumlah yang terkena HIV. Homoseksual paling dominan di Eropa, Amerika Utara, dan sebagian Amerika Latin. Namun, jurang antara wanita dan pria makin lama makin sempit, karena virus AIDS mulai menerjang kaum heteroseksual. Di seluruh dunia, sejak enam bulan terakhir ini, hampir setengah dari satu juta penderita adalah wanita dewasa. Setiap pekan lebih dari 15.000 wanita tertular HIV. Kenapa cepat merambahnya? Kenyataannya, bahwa tanpa memakai kondom, bagi pria tak begitu mudah tertular, sekalipun pasangan kencannya mengidap AIDS. Konon peluangnya 1 dibanding 100. Jadi, dibutuhkan hubungan badan yang berulang kali barulah kemungkinan pria itu tertular. Sebaliknya, wanita lebih mudah tertular jika pria pasangan kencannya sudah mengidap AIDS. Peluangnya sepuluh kali lebih besar daripada pria. Celakanya, berjangkitnya HIV pada wanita biasanya berbarengan dengan infeksi HIV pada anak-anak. Ini sudah terjadi di London, yaitu satu dari 500 bayi yang lahir pada tahun 1991 ternyata mengidap HIV. Sementara itu, sekitar 39% dari infeksi baru di AS terjadi pada wanita kulit hitam. Tapi, nasib itu tak dialami bayi yang dilahirkan istri Earvin "Magic" Johnson pemain basket kenamaan yang belum lama ini dikabarkan tidak membawa virus AIDS, padahal bapaknya itu adalah seorang penderitanya. Menurut Dokter Suriadi Gunawan, wakil Indonesia di konperensi Amsterdam itu, HIV pada anak-anak diduga masuk ketika anak tersebut lahir. Untuk ibu yang terinfeksi HIV, katanya, dianjurkan tetap meneteki bayinya. Karena pada beberapa daerah rawan pangan, air susu ibu sangat membantu menyelamatkan bayi. Kini, sekitar 80% tempat tidur di rumah sakit di kota-kota di Afrika dihuni pasien AIDS dewasa. Data dari Amerika dan Afrika menunjukkan bahwa apabila kebutuhan pasien dipenuhi, AIDS akan menyerap separuh pembelanjaan nasional di bidang kesehatan di beberapa negara. Dan ini baru awal dari pandemik AIDS. Diperkirakan oleh WHO bahwa Muangthai, misalnya, akan kehilangan US$ 9 milyar pada tahun 2000 nanti, akibat AIDS. Menurut Fred J. Hellinger, Direktur Divisi Biaya dan Keuangan Lembaga Kebijaksanaan Perawatan Kesehatan dan Riset Maryland, AS, biaya penderita AIDS sampai meninggal mencapai US$ 102.000 per orang. Di Indonesia, menurut Suriadi Gunawan, yang juga anggota tim penanggulangan AIDS Nasional, kini baru 66 orang yang mengidap HIV. Dan yang sudah menderita AIDS ada 23 orang. Mereka itu kebanyakan sudah meninggal. Angka tersebut diperkirakan belum tentu menunjukkan kenyataan sebenarnya. Pekan lalu, misalnya, tersiar kabar tentang dua pelaut asal Indonesia yang bekerja di kapal asing kabur dari Baruna Medical Service, Jakarta, setelah mereka diberitahu mengidap virus AIDS. Hingga kini obat manjur untuk memberantas AIDS belum ditemukan (lihat: Dari Kepiting hingga Mantera Dukun ). Sekarang malah ada perkembangan terbaru penyebab AIDS. Majalah Newsweek terbitan 27 Juli lalu melaporkan tentang ditemukannya sebelas pasien yang gejalanya mirip penderita AIDS, yaitu hilangnya sel darah putih yang dinamai dengan sel CD4. Padahal, mereka itu tak diserang HIV. Gatot Triyanto (Jakarta) dan Asbari N. Khrisna (Amsterdam)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus