Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Gertak lawan gertak

Saddam hussein menggertak tim pbb, as menggertak saddam. hasilnya, kompromi.

1 Agustus 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

GAYA Presiden Saddam Hussein ternyata masih gaya Perang Teluk yang lalu. Pernyataanpernyataan pemerintah Irak yang keras tentang isu internasional yang berkaitan dengan Irak ternyata cuma konsumsi untuk dalam negeri. Terakhir, pernyataan kesiapsiagaan angkatan darat Irak mengantisipasi serangan Amerika, yang dibacakan oleh Wakil PM Tareq Azis di TV Baghdad. Pernyataan itu sehubungan dengan ancaman Amerika setelah tim penyidik PBB yang mengusut dokumen nuklir Irak ditolak masuk ke Kementerian Pertanian Irak. Irak oleh PBB diberi waku 24 jam, sejak Sabtu pekan lalu. Namun, sebelum waktu habis, di Gedung PBB New York Ahad siang kemarin, wakil Irak di badan dunia itu, Abdul Amir Al Anbari, mengatakan bahwa pemerintahnya sudah mengizinkan tim penyidik PBB memeriksa dokumen di Gedung Pertanian. Pernyataan Anbari ditayangkan jaringan televisi berita AS, CNN. Tapi memang ada semacam kompromi. Salah satu keberatan Irak terhadap tim PBB itu karena seorang anggotanya adalah orang Amerika yang menurut Irak anggota badan intelijen AS, CIA. Tim baru, yang dijadwalkan tiba di Baghdad Selasa pekan ini, tampaknya tak lagi menyertakan orang Amerika itu. Tim itu hanya terdiri dari ahli bom nuklir Swedia, Swiss, Jerman, dan Rusia. Semula, pemerintah Irak bersikeras melarang tim penyelidik PBB untuk memasuki Kementerian Pertanian, yang diduga menyimpan sejumlah dokumen program persenjataan peluru kendali nuklir Irak. Ketujuh anggota tim yang menginap di luar gedung selama 18 hari itu akhirnya kembali ke hotel dan terbang ke Bahrain, setelah mereka diteror dan dilempari batu oleh sejumlah warga Irak. "Sebanyak 400 demonstran melakukan unjuk rasa di depan hotel kami," tutur Silver, orang Amerika, ketua tim tersebut. Memang, Saddam Hussein tetap bermimpi punya persenjataan nuklir terbesar di dunia setelah Proyek Manhattan milik AS. Dengan proyek senjata nuklirnya antara lain bernama sandi Petrokimia 3 yang menelan dana US$ 10 milyar itu, Irak berambisi menjadi juara senjata nuklir di Dunia Ketiga. Bila itu terlaksana, Irak akan menjadi faktor yang membuat keseimbangan Timur Tengah terganggu. Memang, menurut sejumlah pengamat, Amerika memerlukan Irak yang kuat untuk menakut-nakuti negara-negara Arab dan Teluk. Inilah taktik AS agar negara-negara yang takut itu tetap bergantung padanya. Ini, logikanya, agar impor minyak AS dari Timur Tengah lancar jalannya. Tapi Irak bersenjata nuklir tentu juga tak diinginkan oleh Amerika. Terutama ketika AS sedang getol-getolnya menjadi sponsor Konperensi Damai Timur Tengah. Ini akan membuat Israel bergerak sendiri untuk menetralisasi ancaman nuklir Irak, dan negara-negara Arab akan mengatur strategi baru yang belum tentu sesuai dengan rencana Amerika. Singkat kata, perdamaian yang dirancang Amerika bisa berantakan gara-gara nuklir Irak. Penyelesaian krisis kali ini tampaknya juga karena peranan Sekjen PBB Boutros Boutros Ghali. Diduga, bekas diplomat kawakan dari Mesir inilah yang menggeser ahli Amerika dalam tim penyidik itu. Di sisi lain, PBB pun bisa meyakinkan Irak bahwa tim baru ini cukup tahu diri. Irak semula menginginkan tim PBB berasal dari negara netral seperti India atau Cina. Perang Teluk III memang tak perlu ada. BHM (Washington)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus