SEKS bisa menjadi sumber kericuhan di muka bumi. Itu kata juru dakwah. Ada benarnya, memang. Contohnya, seperti yang terjadi di Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP). Awal bulan lalu, wakil-wakil mahasiswa dan dosen institut yang berlokasi di Lenteng Agung, Jakarta, itu telah menggugat rektornya, A.M.Hoeta Soehoet. Rektor berusia 60 tahun ini dituduh memerkosa Diah Bintarini, 32 tahun, janda kembang beranak satu. Diah adalah bekas mahasiswi IISIP yang kemudian menjadidosen di kampus itu. Skandal itu terkuak karena Diah mengadukan nasibnya ke Polda Metro Jaya dan Lembaga Bantuan Hukum pertengahan Juni lalu. Padahal, hubungan gelap mereka sudah berlangsung sejak 1987. Total jenderal, ia mengaku sudah disetubuhi sebanyak delapan kali. Semuanya secara paksa, baik di perpustakaan maupun di ruang rektor. Sebelum melapor ke Polda, Diah hanya menyimpan aib atasannya karena takut dipecat. Soehoet, kata Diah, juga mengancam akan mengadukan hubungan gelap mereka kepada bekas suami dan pacar Diah. Diah juga menjadi tak berdaya manakala Soehoet mengungkit-ungkit utang budisetiap kali ingin menjamahnya. "Pak Soehoetlah yang menolong saya. Ia yang menanggung biaya kuliah saya semenjak cerai dengan suami saya, hingga selesaidan menjadi dosen di sini," kata Diah. Diah bercerita dari awal. Ia adalah mahasiswi IISIP angkatan 1979 yang menikah dengan pria Manado pada 1982. Karena tak akur, tahun 1986 mereka bercerai. Kemudian ia bekerja ke Surabaya dengan bekal ijazah sarjana muda.September 1986, Diah kembali ke Jakarta menemui rektor IISIP untuk melegalisasi ijazahnya. Ketika itulah Hoeta Soehoet menyarankan agar ia meneruskan kuliah. Soal biaya, beres. Yayasan Kampus Tercinta pengelola IISIPyang akan menanggungnya. "Saya juga ditawari pekerjaan sebagai staf perpustakaan," tutur Diah mengenang. Langsung saja ia menerimanya. Maka, sejak Januari 1987, Diah kembali ke kampus sambil bekerja di perpustakaan IISIP dengan gaji Rp 50.000 per bulan.Namun, ceritanya lagi, kebaikan yang diterimanya harus dibayar mahal. Baru sebulan di kampus, kira-kira menjelang magrib, Hoeta Soehoet memanggilnya ke ruang rektor. Setelah mengungkit-ungkit kebaikannya terhadap Diah, lelaki tua ini menuntut balas budi.Mula-mula Hoeta Soehoet cuma minta dipijiti kakinya. Tak lama kemudian ia minta yang lain. Tentu saja Diah menolak. Tapi, rektor mendesak sambil mengancam akan mengadukan keberadaan Diah di IISIP kepada suaminya. Diah ketakutan, karena ia khawatir bekas suaminya akan menculik anaknya. Sementara itu, pintu ruangan rektor terkunci rapat. Praktis Diah tak bisa lari. Maka, berlangsunglah adegan mesum itu. "Saya diperkosa di atas kasur yang dihamparkan di lantai. Rupanya, Hoeta Soehoet sudah merencanakan sebelumnya," tutur Diah. Suatu hari, Diah disuruh mengundurkan diri dari IISIP oleh Soehoet, yang termakan desas-desus bahwa Diah melego buku-buku perpustakaan dan menggoda suamiorang. Tentu saja Diah membantah. Namun, Soehoet malah mengancam akan memecat dengan tidak hormat. Apa boleh buat, Diah pun bertindak. Lantas ia melaporkanaib yang disimpannya itu. Maka, gegerlah civitas akademika IISIP ketika membaca pengaduan Diah di media massa. Mahasiswa-mahasiswa berdemonstrasi. Mereka membentuk Komite Mahasiswa Pemulihan Nama Baik IISIP. Antara lain mereka menuntut agar Soehoet turun. Dosen dosen, termasuk Pembantu Rektor, pun mendukungnya. "Hoeta Soehoet munafik. Dari mulutnya meluncur nasihat-nasihat berbau keagamaan. Tapi tindakannya sungguh memalukan," kata A.M. Fansuri, seorang dosen yang ikut menandatangani pernyataan itu. Dhanie, seorang mahasiswa yang menjadi anggota komite, menyebut empat wanita lain yang pernah digarap Hoeta Soehoet di kampus. Ketika laporan Diah tersebar, Soehoet sedang menunaikan ibadah haji. Anaknyalah yang menanggapi. Ilham P. Hutasuhut, nama sang anak, malahmengancam akan memecat 20 mahasiswa dan 30 dosen penanda tangan pernyataan bersama. Ilham adalah Ketua Yayasan Kampus Tercinta (YKT) yang mengelolaIISIP. "Saya tahu persis siapa Ayah. Saya tidak mempercayai tuduhan itu," katanya pada TEMPO. Ilham malah menceritakan perilaku Diah yang tak terpuji. "Ia suka menerima tamu pria di rumahnya hingga larut malam," ujarnya. Ilham mengutip cerita itu dari tetangga-tetangga di rumah kontrakan Diah di Lenteng Agung. Akan halnya Hoeta Soehoet, hingga akhir pekan lalu ia belum muncul di tengah mahasiswa IISIP yang berjumlah sekitar 3.500 itu. Tak ada konfirmasi, sejauh mana cerita Diah benar. Namun, menurut sumber di Polda, Soehoet sudah memenuhi panggilan polisi dan sempat diperiksa. Priyono B. Sumbogo, G. Sugrahetty Dyan K., dan Indrawan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini