Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Cinta dalam Sepotong Liver

Seorang artis Singapura sukses menjalani transplantasi hati. Inilah cangkok hati pertama di negeri itu dengan donor yang hidup dan bukan kerabat pasien.

2 Juni 2002 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bayangkan sebuah adegan berikut. Tim dokter serius "menggarap" Anda yang tengah terbius dimeja operasi. Mereka memainkan berbagai bentuk pisau bedah dan dengan lihai membelah perut Anda. Kemudian, kres. Separuh hati Anda terpotong, potongan yang segera dicangkokkan ke tubuh orang lain.

Adegan tersebut bukan sekadar rekayasa. Persisnya 9 Mei lalu, Pierre Png, 28 tahun, berbaring di ruang operasi Rumah Sakit Universitas Nasional Singapura. Dia merelakan 40 persen hatinya dipangkas dan diberikan kepada Andrea De Cruz, 27 tahun, pacarnya yang sedang sekarat karena livernya gagal berfungsi. Kegagalan ini terjadi setelah Andrea berminggu-minggu gencar minum pil pelangsing bermerek Slim 10, produk perusahaan farmasi Suzhou, Cina.

Syukurlah, operasi selama 12 jam itu berlangsung lancar. Andrea dua pekan lalu duduk di kursi roda menemui wartawan di lobi rumah sakit. "Saya bahagia, hati Pierre tumbuh di dalam saya," kata Andrea dengan wajah berseri.

Kebahagiaan pun segera menular ke masyarakat Singapura, yang sejak semula mengikuti proses pemulihan Andrea-Pierre—keduanya artis yang cukup ternama. Ribuan orang mengirimkan kartu ucapan selamat, bunga, dan boneka, untuk kesembuhan sepasang kekasih itu. "Ini kejadian yang menyentuh," kata Chang Long Jong, seorang produser film. Chang berencana mengemas kisah Andrea-Pierre dalam sebuah cerita layar lebar.

Dan, sentuhan tadi cukup berdaya kuat. Kasus Andrea membuktikan, ada dua hal yang layak digarisbawahi. Pertama, negeri seketat Singapura pun bisa diterobos obat-obatan yang membahayakan konsumen. Obat Slim 10, berdasar penyelidikan sementara, dicurigai terkait dengan kerusakan hati 13 orang, termasuk Andrea. Uji laboratorium membuktikan bahwa obat produksi perusahaan farmasi Suzhou, Cina, ini mengandung senyawa aktif fenfluramine yang bernama generik hidroklortiaside (HCT).

Sebetulnya, pada 1997, pemerintah Singapura sudah melarang fenfluramine dalam obat yang beredar bebas. Tapi, nyatanya, Slim 10—satu botol berisi 120 kapsul untuk diminum 10 hari—beredar di pasaran, dan mungkin sudah masuk ke Indonesia. Se-orang pedagang obat di Jakarta memastikan, apa yang beredar di Singapura beredar pula di Indonesia. Kini, setelah kasus Andrea mengemuka, pemerintah Singapura menarik 20 ribu kemasan Slim 10 dari peredaran.

Apa gerangan fenfluramine? Utomo Dewanto, ahli toksikologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Jakarta, menjelaskan bahwa fenfluramine tergolong senyawa keras yang penggunaannya tak boleh sembarangan. Konsumsi yang sembrono berisiko mengikis cadangan mineral tubuh, mengencerkan cairan darah dengan drastis, dan memicu dehidrasi atau kekurangan cairan. Memang, orang yang minum obat ber-HCT bisa kurus. Tetapi tubuh yang mengurus ini cuma hasil semu dari hilangnya cairan tubuh yang berlangsung terus-menerus.

Unggul Budihusodo, ahli hepatologi (ilmu tentang hati) dari FKUI, punya penjelasan tambahan. Obat pelangsing umumnya dilengkapi dengan senyawa kimia yang menghambat pencernaan lemak. Namun, aksi menghambat ini justru menimbulkan kerusakan sel-sel hati yang permanen serta gawat (fulminan).

Sebetulnya, kerusakan dahsyat ini bisa pula bersumber dari infeksi virus hepatitis B. Secara perlahan, virus membuat sel-sel hati mengecil dan mengering. Walhasil, setelah 20-25 tahun, liver sampai pada tahap sirosis. Inilah tahapan ketika hati telah menyusut, membatu, dan kehilangan fungsi.

Namun, berbeda dengan virus hepatitis yang beraksi kalem, obat-obatan yang digunakan sembrono berdampak ekstracepat merusak liver. Hati yang membatu terjadi hanya dalam tempo beberapa minggu. Jika hati sudah rusak, tak ada jalan lain, si penderita harus mendapat ganti hati baru yang sehat. "Jutaan pasien membutuhkan donor hati," kata Unggul.

Nah, di poin inilah kasus Andrea memberi pelajaran kedua. Sistem pendonoran liver, seperti penuturan Menteri Kesehatan Singapura Lim Hng Khan, mestinya dirancang lebih luwes dan peka.

Menteri Lim mengakui, selama ini Singapura menerapkan aturan yang relatif kaku. Hati hanya boleh diambil dari donor yang sudah mati atau dikenal dengan istilah kadaverik. Orang hidup yang diizinkan menjadi donor hanyalah yang memiliki hubungan kekerabatan dengan pasien. Mereka yang tak punya kaitan kerabat, pacar misalnya, tidak diizinkan menyumbangkan hati.

Aturan inilah yang menyusahkan Andrea. Setelah mengikuti serial tes, tak seorang pun kerabat sang bintang memenuhi syarat sebagai donor. Padahal, daftar pasien yang senasib dengan Andrea yang menanti donor hati cukup panjang. Perlu waktu minimal satu tahun untuk beroleh donor kadaverik.

Sementara itu, waktu Andrea amat sempit. Sel-sel hatinya telah menyusut, mengering, mengeras, dan kehilangan daya. Fungsinya sebagai penyaring racun, pendukung pencernaan, dan penyokong sistem kekebalan macet total. Walhasil, tubuh Andrea menguning (jaundice), yang menandakan racun plus cairan empedu bocor dan menyebar ke seluruh tubuh. Andrea diperkirakan tewas hanya dalam hitungan minggu jika tak mendapat ganti hati yang baru.

Akhirnya, Pierre menawarkan diri sebagai donor. Kebetulan, tes darah dan antibodi membuktikan lelaki berfisik sehat ini adalah kandidat yang cocok. Tim dokter juga yakin bahwa pemangkasan hati tidak membahayakan hidup Pierre. "Sel-sel hatinya bisa melakukan regenerasi dengan cepat dalam 2-3 bulan setelah dipotong," kata Profesor Prabhakaran, Direktur Program Transplantasi Liver Rumah Sakit Universitas Nasional Singapura.

Optimisme yang serupa, menurut Unggul, juga dipastikan terjadi pada Andrea. Sepanjang 24 jam, setidaknya dalam dua bulan, tim dokter harus siaga menjaga segala kemungkinan aksi penolakan. Obat-obatan dan perawatan terbagus mesti dikerahkan untuk mencegah jangan sampai tubuh Andrea menolak hati donor. "Jika dua bulan terlampaui, aman," kata Unggul. Ini tanda bahwa tubuh Andrea sudah seratus persen menerima hati Pierre.

Mardiyah Chamim

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus