Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Pestisida Aman dari Minyak Cengkeh

2 Juni 2002 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Anda tak perlu lagi takut keracunan saat memakai pestisida. Ariful Asman, peneliti dari Balai Penelitian Tanaman, Rempah, dan Obat (Balitro) Departemen Pertanian Bogor, menawarkan obat pembasmi hama tanaman nabati dari minyak cengkeh. Bahan dasarnya adalah 28 persen twin, 20 persen minyak cengkeh, 51 persen terpentin, dan 1 persen asam tipol.

Uji coba laboratorium dan lapangan menunjukkan pestisida ini ampuh membunuh jamur dan bakteri untuk semua jenis tanaman, dari sayuran, jagung, kedelai, hingga tanaman keras seperti cokelat, karet, dan kelapa.

Tanaman yang menggunakan pestisida ini aman dikonsumsi manusia. Hal ini sudah melalui uji toksisitas formula dan analisis residu pascapanen. "Tak tersisa residu pada tanaman karena semua bahan pestisida terserap oleh jaringan," ujar Ariful kepada TEMPO.

Selain aman, pestisida nabati ini ekonomis. Satu liter harganya cuma Rp 60 ribu dan bisa membasmi hama di 20 hektare lahan. Meski belum dipatenkan, pestisida nabati ini mulai dipakai sejumlah petani di Jawa Barat.

Nilon dari Minyak Sawit

Minyak sawit ternyata tak cuma bisa dibikin jadi mentega atau detergen. Kimiawan asal Lembaga Penelitian Universitas Sumatera Utara, Hemat R. Brahmana, berhasil "menyulap" asam lemak bebas yang terkandung pada kelapa sawit menjadi nilon 9,9—bahan baku tekstil dan plastik.

Prosesnya memang tak mudah. Mula-mula asam oleat dipisahkan dari minyak sawit. Setelah itu, ia dioksidasi agar diperoleh asam azerat. Asam azerat ini diolah lagi, lalu dilebur dalam tungku bersuhu 300 derajat Celsius. Dari pemanasan itu, muncullah nilon 9,9.

Keunggulannya? "Nilon 9,9 lebih panjang, lebih tahan panas, dan lebih keras dibandingkan dengan nilon 6,6 yang biasa dibuat industri petrokimia," kata Hemat.

Sabun Super Anti-Bakteri

Para produsen sabun mungkin harus bersiap-siap memiliki pesaing baru. Ilmuwan dari Piscataway, New Jersey, Amerika Serikat, baru-baru ini menemukan formula sabun yang bisa membuat kulit bebas bakteri lebih lama dibandingkan dengan sabun biasa. Penemunya menyebut sabun ini menggunakan microbial anti-attachment technology (MAT).

Sabun dengan teknologi MAT menggunakan tiga bahan pokok: petrolatum, dimethicone, dan polyquaternium. Campuran ketiga bahan itu menciptakan lapisan film tipis pada kulit pemakai sabun. Akibatnya, bakteri yang datang akan tergelincir dan ogah menempel. Dalam sebuah uji klinis, tangan yang memakai sabun MAT terbukti 50-58 persen lebih sedikit tertempeli bakteri ketimbang tangan yang memakai sabun biasa. "Teknologi baru ini tak hanya menguntungkan bagi konsumen, tapi juga memberi paradigma baru dalam teknologi pengontrolan kuman," kata Shamim Ansari, penemu MAT. Sayang, belum jelas benar berapa lama sabun MAT bertahan menolak bakteri dibandingkan dengan sabun umumnya.

Helm Aman untuk Arung Jeram

Banyak helm arung jeram yang tak aman. Selain berat, menghadapi benturan air dan batu, helm mudah remuk sehingga pemakainya terluka. Kini Michael Cordeiro dan Chang Lee, dua insinyur biomedis mekanik dari The John Hopkins University Bloomberg, Atlanta, Amerika Serikat, membuat terobosan. Mereka membuat helm khusus untuk arung jeram yang aman se-kaligus ringan (30 ons).

Helm ini terbuat dari plastik ABS yang tahan api. Dalam sebuah uji laboratorium, semburan api bahkan tak mampu membuat plastik helm leleh. Selain itu, karena dirancang dengan komputer 3 dimensi, helm ini juga dipastikan tak bisa ditembus air.

Dirancang sedemikian, helm ini bisa lentur mengikuti arus air yang menerpa kepala. Bagian dalamnya disesuaikan dengan bentuk wajah dan kepala. Tali pengikatnya bahkan tak akan putus atau lepas meski pemakainya terguncang hebat. Menurut situs Sciencedaily, helm ini bahkan lebih hebat daripada helm yang biasa dipakai pembalap sepeda ataupun sepeda gunung.

Adi Prasetya, Dwi Arjanto/A.Z.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus