Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Dampak Luas KDRT, Perlunya Pahami Penyebab hingga Cari Solusi

Pengamat sosial budaya menekankan pentingnya memahami penyebab, dampak, hingga solusi dalam mengatasi KDRT.

13 Januari 2025 | 11.12 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dapat dilakukan siapa saja dalam keluarga, termasuk suami, istri, orang tua, anak, atau bahkan anggota keluarga lainnya. Pengamat sosial budaya dari Universitas Pakuan Bogor, Dr. Agnes Setyowati menekankan pentingnya memahami penyebab, dampak, hingga solusi dalam mengatasi KDRT.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Fenomena ini tidak terbatas pada satu gender atau satu jenis hubungan sehingga penting memahami untuk mengatasi masalah ini," kata Agnes, Minggu, 12 Januari 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Masing-masing pelaku KDRT mungkin memiliki motivasi dan konteks yang berbeda. Misalnya, suami mungkin menggunakan kekerasan sebagai bentuk dominasi sementara istri bisa melakukannya sebagai respons terhadap kekerasan yang diterima.

Anak-anak juga bisa terlibat, baik sebagai pelaku maupun saksi, yang dapat mempengaruhi perilaku mereka di masa depan. Menurutnya, berbagai faktor dapat menjadi penyebab KDRT, di antaranya pengalaman masa lalu, trauma, dan masalah kesehatan mental yang sering berkontribusi pada perilaku kekerasan. Pelaku yang tumbuh dalam lingkungan yang penuh kekerasan berpotensi mengulangi pola tersebut.

"Dinamika hubungan yang tidak sehat, seperti ketidaksetaraan kekuasaan atau komunikasi yang buruk, dapat memicu KDRT. Ketika satu pihak merasa terancam atau tidak berdaya, mereka mungkin bereaksi dengan kekerasan," ujarnya.

Norma-norma budaya yang mengizinkan atau memfasilitasi kekerasan dalam rumah tangga juga berperan dalam terjadinya KDRT. Dalam beberapa budaya, kekerasan dianggap sebagai cara yang sah untuk menyelesaikan konflik. Tekanan ekonomi dan ketidakstabilan finansial dapat meningkatkan stres dalam rumah tangga yang kemudian dapat memicu kekerasan. Ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar sering menyebabkan frustrasi yang berujung pada perilaku agresif.

Luasnya dampak KDRT
Agnes menjelaskan dampak KDRT sangat luas dan menyentuh berbagai aspek kehidupan korban dan keluarga. Korban KDRT sering mengalami cedera fisik, trauma psikologis, depresi, dan gangguan kecemasan. Dampak ini bisa bertahan lama, bahkan setelah kekerasan berakhir.

"KDRT juga merusak hubungan antara anggota keluarga dan dapat menyebabkan isolasi sosial. Korban mungkin merasa malu atau takut mencari bantuan sehingga semakin terjebak dalam siklus kekerasan," paparnya.

Anak-anak yang menyaksikan atau mengalami KDRT cenderung mengalami gangguan emosional dan perilaku. Mereka mungkin menginternalisasi kekerasan sebagai cara yang sah untuk menyelesaikan konflik, yang dapat menyebabkan generasi kekerasan berikutnya.

"Mengatasi KDRT memerlukan pendekatan holistik yang melibatkan individu, keluarga, dan masyarakat," ujarnya.

Agnes mengatakan program pendidikan yang menekankan kesetaraan gender, komunikasi yang sehat, dan resolusi konflik harus diperkenalkan sejak dini. Kesadaran masyarakat tentang dampak KDRT juga perlu ditingkatkan.

"Penyediaan layanan dukungan bagi korban KDRT seperti tempat perlindungan, konseling, dan akses ke bantuan hukum adalah langkah penting dalam membantu mereka keluar dari situasi berbahaya," ujarnya.

Menurutnya, program rehabilitasi yang fokus pada pengembangan diri dan pengendalian emosi bagi pelaku KDRT juga perlu diperkuat. Pendekatan yang berbasis pada pemahaman tentang dampak kekerasan diharapkan dapat membantu pelaku mengubah perilaku. Masyarakat harus dilibatkan dalam upaya pencegahan KDRT. Diskusi terbuka tentang isu ini dapat membantu mengubah pandangan dan norma yang mendukung kekerasan.

"Penegakan hukum yang tegas terhadap pelaku KDRT serta kebijakan yang melindungi korban KDRT sangat penting. Namun, kebijakan tersebut harus diimbangi program rehabilitasi yang memberikan kesempatan bagi pelaku untuk berubah," tuturnya.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus