Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Daging anjing masih banyak dikonsumsi oleh masyarakat di berbagai negara di dunia, khususnya Indonesia. Padahal, perdagangan daging anjing merupakan hal yang ilegal. Selain itu, mengonsumsi daging anjing pun memiliki banyak dampak negatif bagi kesehatan tubuh. Terjadi ancaman yang signifikan terhadap kesehatan manusia melalui perdagangan daging anjing yang telah dikaitkan dengan wabah trichinellosis, kolera dan rabies.
Dilansir dari laman Human Society International, World Health Organization memperkirakan bahwa makan daging anjing meningkatkan risiko tertular kolera yang dapat dilihat dari sejumlah wabah skala besar baru-baru ini di Vietnam terkait langsung dengannya. Selain itu, penyakit rabies juga muncul akibat memakan daging anjing. Penyakit tersebut membunuh sekitar puluhan ribu orang di seluruh Asia setiap tahun dan telah ditemukan pada anjing yang diperdagangkan untuk konsumsi manusia di Cina, Vietnam, dan Indonesia.
Investigasi tim Dog Meat Free Indonesia (DMFI) telah mengungkapkan tidak hanya penderitaan hewan yang sangat besar, tetapi juga ancaman serius yang ditimbulkan terhadap kesehatan manusia. Perdagangan daging anjing mendorong pergerakan sejumlah besar anjing dengan status penyakit yang tidak diketahui. Kondisi yang tidak bersih di rumah jagal dan pasar terbuka, menjadi perhatian tambahan dan sama, dengan mereka yang terlibat dalam perdagangan daging anjing, termasuk pedagang, penyembelih, vendor, dan konsumen yang berisiko terkena rabies dan penyakit zoonosis lainnya. Simak dampak negatif mengonsumsi daging anjing bagi kesehatan tubuh berikut.
Munculnya penyakit Trichinellosis
Trichinellosis merupakan parasit zoonosis yang mudah menular dari anjing ke manusia melalui konsumsi daging yang terinfeksi. Begitu parasit ini masuk ke dalam tubuh manusia , mereka dapat menyebabkan peradangan pada pembuluh darah yang menyebabkan pendarahan pada dasar kuku dan mata, selain kelemahan otot yang parah. Jika tidak diobati, trichinellosis bisa berakibat fatal.
Terkena penyakit Kolera
Bakteri yang terkait dengan Kolera juga mudah menyebar dan berkembang biak melalui proses pengangkutan massal dan pemotongan anjing untuk dikonsumsi. Menyusul merebaknya wabah Kolera secara besar-besaran di Vietnam, perwakilan WHO Jean-Marc Olive, memperingatkan bahwa mengonsumsi daging anjing, atau makanan lain dari gerai yang menyajikannya, terkait dengan peningkatan risiko tertular bakteri tersebut sebesar 20 kali lipat.
Selain itu, kemungkinan infeksi termasuk parasit seperti E. Coli 107 dan salmonella. Ada juga bahaya infeksi bakteri seperti antraks, brucellosis, hepatitis, dan leptospirosis dapat menyebar melalui daging ke manusia.
Rabies
Dilansir dari laman One Green Planet, salah satu bahaya terbesar dari daging anjing adalah penyebaran rabies baik pada hewan maupun manusia. Di Filipina, sekitar 10.000 anjing dan 300 orang dibunuh karena rabies setiap tahunnya. Meskipun terdapat upaya yang dilakukan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk memvaksinasi anjing secara massal untuk mencegah penyebaran rabies melalui proses pengadaan, penyembelihan, dan penjualan anjing, perdagangan daging anjing menyebabkan puluhan ribu anjing melintasi perbatasan internasional sehingga upaya pencegahan rabies menjadi sangat besar.
Pekerja dapat dengan mudah tertular rabies saat penyembelihan dan menyebarkan penyakit tersebut ke anjing lain dan manusia. Pada tahun 2008, 20 persen anjing di rumah jagal di Hoai Duc, Vietnam ditemukan mengidap rabies. Tahun sebelumnya, Vietnam menderita wabah rabies dengan sekitar 30 persen kematian disebabkan oleh penyembelihan anjing untuk diambil dagingnya. Menurut catatan Center for Disease Control, hanya 10 orang yang pernah selamat dari penyakit mengerikan ini. Hal ini jelas menjadi kekhawatiran besar ketika penyakit berbahaya dan mematikan tersebut begitu mudah menyebar.
Pilihan Editor: Korea Selatan Resmi Larang Perdagangan Daging Anjing Mulai 2027
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini