Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Anastasia memang seorang dokter, tepatnya dokter gigi. Namun dia juga perempuan yang punya keinginan tampil lebih cantik dan menawan. Maka, ketika mendapat tawaran bertubi-tubi melakukan sulam alis di salon-salon kecantikan—bahkan ada yang menawarkan jasa mendatangi rumah—dia pun tergoda. Perempuan yang tinggal di Surabaya ini tertarik melihat hasil sulam yang menyulap wajah hampir sempurna, simetris.
Tasya—demikian panggilannya—memang sempat ragu akan steril-tidaknya alat-alat yang digunakan serta latar belakang pendidikan praktisi sulam. Akhirnya, Anastasia merasa menemukan tempat sulam yang meyakinkan, My Beauty Art International, di Surabaya. Sebab, praktisinya dokter ahli kecantikan, yang juga berpengalaman menangani klien kaya dari Jakarta. ”Saya yakin karena saya mengerti risikonya bila ditangani orang sembarang,” katanya.
Alis Anastasia pun disulam pada akhir Januari lalu. Tak ada rasa sakit sepanjang proses. ”Hasilnya sangat natural, sesuai dengan bentuk muka saya,” ujarnya puas. Sekarang Anastasia mengaku tak perlu lama berdandan karena alisnya sudah berbaris manis. ”Menghemat waktu.”
Tanyakan kepada para perempuan yang punya kebutuhan selalu tampil cantik, treatment wajah apa yang sedang jadi tren. Jawabannya adalah sulam-menyulam: alis, bibir, dan garis mata. Ketik ”sulam alis” pada mesin pencari Google, maka bermunculan berbagai artikel sulam itu. Namun memang jarang yang mengakui dengan terbuka memiliki jasa sulam alis.
Klinik L’Viors di Jalan Kayoon, Surabaya, salah satu yang terbuka. ”Memang klinik kami melakukan sulam bibir dan alis. Semakin hari peminatnya makin banyak,” kata seorang perempuan, anggota staf klinik itu, kepada Kukuh S. Wibowo, koresponden Tempo di Surabaya.
Ida Roswati, 66 tahun, pemilik Ida Salon and Spa di Jalan Cihampelas, Bandung, misalnya, dengan bangga menunjukkan foto-foto perempuan muda kliennya yang dia simpan di telepon selulernya. Tampak di antara foto itu bintang sinetron terkenal.
Karena di Bandung salon dan klinik yang melayani sulam itu bisa dihitung dengan jari, klien pun banyak. Dalam sebulan, permintaan sulam alis, bibir, dan garis mata bisa mencapai 50 orang. Semuanya ditangani Ida, yang berpengalaman membuat tato alis sejak ngetren pada awal 1980-an. Sebanyak 70 persen adalah klien sulam alis—sisanya bibir atau garis mata. Peminatnya 90 persen perempuan berusia 20-75 tahun. Ada juga pasien lelaki, yang umumnya berusia 40 tahun ke atas.
Nah, ketidakterbukaan salon dan klinik yang melakukan praktek ini disebabkan oleh tak banyaknya praktisi yang bisa dikategorikan ahli. Maklum, dalam sulam-menyulam wajah ini, butuh proses anestesi dan penggunaan jarum.
”Dibutuhkan 18 mata jarum halus berbentuk sisir untuk sulam alis,” ujar Susiana Hendro, anak Ida Roswati. Menurut Susiana, yang menjabat Ketua Asosiasi Spa Terapis Indonesia Cabang Jawa Barat, jarum-jarum itu dikhawatirkan dapat merusak saraf di wajah.
Cara kerja praktek sulam alis hampir sama dengan membuat tato alis. ”Bedanya, sulam alis lebih terlihat alami,” kata Susiana. Tato alis terlihat seperti sapuan garis penuh di atas mata. Beberapa tahun lalu, sempat populer istilah tato KD (Kris Dayanti). Sedangkan hasil sulam alis sepintas terlihat seperti jejeran bulu yang diatur rapi, padahal itu hanyalah garis-garis warna hasil tato di sela sisa bulu alis asli.
Menurut Susiana, sulam alis tidak mencukur atau mencabuti bulu-bulu alis secara permanen, tapi hanya menambah garis-garis tato. Tujuannya agar alis orang yang rontok atau bentuknya tak seimbang jadi terkesan penuh, bagus, dan simetris di wajah. Begitu pula sulam bibir. ”Kalau sulam eyeliner untuk mempertegas garis mata,” ujarnya.
Proses sulam membutuhkan jarum khusus. Mata jarumnya yang halus berjumlah 1 sampai 18 hingga berbentuk seperti sisir mini. Sebelum alis disulam, dilakukan proses anestesi dengan salep pada permukaan kulit bagian alis untuk mengurangi rasa sakit akibat tusukan jarum berulang-ulang. Setelah bentuk alis—atau bibir atau garis mata—disetujui pelanggan, mulailah ”penyulaman” yang berlangsung sampai dua setengah jam. Saat proses, biasanya ada sedikit darah keluar. Untuk mengurangi risiko penularan penyakit lewat jarum, Ida Roswati hanya menggunakan satu jarum sekali pakai.
Tak ada syarat khusus sebelum pembuatan sulam alis. Tamu bisa datang langsung tanpa janji. Hanya, bila klien mengidap diabetes, praktisi kecantikan meminta orang itu datang lagi sambil membawa surat keterangan dokter. ”Belum pernah ada yang balik lagi,” kata Susiana. Penderita diabetes dilarang karena rawan perdarahan.
Setelah penyulaman, biasanya terjadi luka pada alis dan bibir yang baru kering dalam empat hari. Setelah itu, hasil sulaman bakal mengelupas bersama kulit ari. Upaya perbaikan (retouch) baru bisa dilakukan dua bulan kemudian.
Memang belum ada klien sulam yang diberitakan celaka. Namun ada baiknya waspada karena sejumlah dokter bedah plastik mengaku belum kenal praktek sulam alis, bibir, dan garis mata. ”Saya belum pernah melakukannya, juga tato alis,” kata dokter Lisa Hasibuan dari Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung.
Menurut dokter di Bagian Ilmu Penyakit Saraf Rumah Sakit Hasan Sadikin, Ahmad Rizal, serabut saraf terlindung di dalam daging. Namun, pada bagian wajah, ada yang berada di atas permukaan daging. Ujung saraf itu menembus lapis jaringan lemak yang berada di bawah kulit. ”Misalnya kalau terkena sesuatu rasanya seperti tersetrum, itu berarti ujung saraf persis di bawah kulit,” ujarnya.
Ujung saraf yang dekat dengan permukaan kulit, menurut Ahmad, di antaranya terletak di tulang dahi bagian alis dan tulang pipi atas. Namun ujung-ujung saraf itu tidak muncul di sepanjang garis bagian wajah tersebut, tapi di beberapa titik. Jika tertusuk jarum, bagian wajah itu akan terasa kebas. ”Paling bahaya kalau jarumnya tidak steril. Bisa infeksi dan kena penyakit lain,” katanya.
Dokter Ahmad menduga praktek sulam wajah tersebut tidak berbahaya karena lapisan kulit yang ditembus jarum tato tidak dalam. Gangguan saraf biasanya terjadi karena kerusakan serabut atau pembuluh besar secara permanen, misalnya luka di kepala atau wajah karena dibacok. ”Luka dalam itu bisa memutuskan serabut saraf,” ujarnya.
Pendapat yang sama dikemukakan dokter spesialis saraf Rumah Sakit Siloam Karawaci, Banten, Yusak Mangara Siahaan. ”Kalau tidak mengenai perjalanan saraf itu, biasanya tidak apa-apa. Saraf 7, misalnya, terdapat di dalam, letaknya berpusat di bawah telinga. Tidak terpengaruh,” katanya.
Jikapun ada yang terganggu, menurut Yusak, otot (muscular)-lah yang mengalami gangguan. Kalau ada jarum masuk, menurut lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang, itu, yang terganggu adalah saraf 5 dan 7 untuk gerakan otot wajah, rasa rabaan, dan ekspresi wajah (lihat ”Susunan Saraf Wajah”).
Memang, wajah simetris menjadi dambaan banyak orang. ”Wajah tempat pertama orang melihat penampilan seseorang,” ujar dokter spesialis bedah kecantikan Ultimo Clinic, Enrina Diah. Namun, menurut Diah, mengubah penampilan wajah seseorang tidak boleh sembarangan. ”Harus aman, ditangani ahlinya yang tahu soal medis.”
Ahmad Taufik, Anwar Siswadi (Bandung)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo