Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Telur unggas, entah itu ayam, bebek, burung, biasa dikonsumsi manusia untuk kebutuhan protein. Telur merupakan bahan makanan yang mudah diolah, goreng maupun rebus.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saking mudahnya, telur bisa digoreng langsung setelah dipecahkan atau diaduk dengan campuran bawang menjadi dadar. Sensasi rasa telur goreng itu pun berlainan. Memasak telur rebus juga bisa dipecahkan saat masih mentah. Di Indonesia, biasanya telur rebus ini untuk tambahan sajian mi instan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di Jepang, orang-orang terbiasa sarapan menyantap nasi dan telur mentah, nama makanannya tamago kake gohan itu. Mengutip dari situs web International Eggs Commission, Jepang termasuk tiga negara yang penduduknya paling banyak mengonsumsi telur. Data menunjukkan, bahwa per orang mengonsumsi telur sebanyak 320 butir dalam satu tahun.
Tak semua orang di seluruh dunia mau menyantap telur mentah. Apalagi banyak publikasi ilmiah yang menjelaskan memakan telur mentah tak bagus untuk tubuh, karena berisiko terinfeksi bakteri salmonela. Ketika terinfeksi salmonela bisa mengakibatkan demam juga diare. Tapi, mengapa orang-orang di Jepang tak bermasalah mengonsumsi telur mentah?
Ternyata, telur mentah yang dikonsumsi itu memang khusus metode produksinya, seperti penyortiran, kesterilan, dan pemeriksaan kualitas. Pengemasan pun dilakukan melalui cara terkhusus, sebagaimana tercantum dalam website Japan Livestock Products Export Promotion Council.
Di kemasan telur tercantum keterangan waktu yang berkaitan konsumsi. Telur yang bisa dikonsumsi mentah bertahan 16 hari disimpan di tempat kedap udara. Kalau sudah lewat dari kurun waktu tersebut, maka harus dimasak sebelum dikonsumsi.
PRIMANDA ANDI AKBAR