Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Docang, Hidangan Merakyat di Pelataran Keraton Cirebon

Docang konon merupakan sisa makanan Sultan Keraton Kasepuhan Cirebon. Disukai para wali, lalu wisatawan menggemarinya.

15 Juli 2019 | 19.17 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Hidangan Docang Ibu Sukarti di Kawasan Keraton Kasepuhan Cirebon

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Tak sulit menemukan docang, kuliner murah meriah nan merakyat yang tersebar di sekeliling Keraton Kasepuhan Cirebon. Rasa oncom yang gurih terasa di lidah saat mengecap docang, kuliner khas Cirebon, Jawa Barat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Umumnya, penjaja docang turun temurun berjualan. Begitupula kisah sepiring docang, juga melalui cerita turun temurun. Konon, docang adalah makanan sisa Sultan Cirebon yang dikumpulkan oleh para bangsawan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mereka menggunakan sisa-sisa makanan itu untuk meracuni para wali yang menyebarkan ajaran Islam di wilayah Cirebon. Tapi, racun itu menguap tak sampai mencelakai para wali itu. Sebaliknya docang menjadi makanan kesuakaan para wali, lalu jadi kesukaan masyarakat yang berkunjung ke Keraton Kasepuhan Cirebon.

Docang Ibu Sukarti boleh dibilang paling diminati di sekitar Keraton Kasepuhan Cirebon. Komposisi bahan dalam docang sebenarnya tidak istimewa amat – sebagaimana kisah makanan sisa raja. Satu porsi docang terdiri dari oncom dage, lontong, tauge, daun singkong, parutan kelapa, dan kerupuk aci.

Dalam sepiring hidangannya, docang, seluruhnya menggunakan bahan-bahan nabati, “Kuah oncom dage yang khas dari rasanya docang," kata Sukarsono, 33 tahun, pedagang docang Ibu Sukarti, Sabtu, 13 Juli 2019.

Untuk satu porsi docang harganya Rp10 ribu. Dalam kuahnya terdapat remukan oncom dage. Kelegitannya terasa begitu dikunyah. Kuahnya, memiliki sensasi menyegarkan saat disantap.

Lalu, apa rahasia docang Ibu Sukarti? "Proses membuat kuahnya sekitar satu jam," ucap Sukarsono, anak Sukarti yang biasa membantu berjualan. Meskipun membuat kuah oncom dage untuk campuran docang cukup sederhana. Namun perlu cermat saat memasaknya agar rasa dan aromanya tidak timpang.

"Sebelum menjadi kuah, oncom dan bumbunya disangrai, kemudian dicampur air," ujarnya. Docang Ibu Sukarti dijajakan sebagai dagangan kaki lima sejak tahun 1994.

Meski dagangan kaki lima, namun peminatnya pengunjung dari luar kota sangat banyak. Gerobak dagang Ibu Sukarti mulai melayani pembeli setiap hari pukul 06.30 sampai 14.30.

Docang Bu Sukarti meraih popularitasnya, karena berada di kawasan wisata Keraton Kasepuhan Cirebon. Umumnya, pelancong itu datang dari Jakarta, Bandung, dan Indramayu. Mereka itulah yang bercerita soal kelezatan docang, makanan para wali yang disukai rakyat kebanyakan.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus