Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia, Tirta Prawita Sari, mengatakan makanan manis punya daya tarik tinggi bagi anak-anak sehingga menyulitkan orang tua dalam memperkenalkan makanan sehat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Makanan manis dan gorengan memiliki daya tarik tinggi bagi anak-anak sehingga sulit untuk memperkenalkan makanan sehat. Pengaruh ini bisa memicu perilaku makan yang tidak sehat," katanya pada Jumat, 15 November 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tirta menjelaskan konsumsi makanan manis dan tinggi lemak membuat anak terus mencari makanan tersebut sehingga berpotensi menyebabkan obesitas akibat adanya ketidakseimbangan energi, yaitu energi masuk lebih besar dari yang keluar, yang terjadi dalam waktu lama. Ketidakseimbangan energi ini disebabkan makan berlebihan, pengeluaran energi yang rendah, dan gaya hidup tak aktif.
Ilustrasi makanan manis seperti cupcakes. Unsplash.com/Viktor Forgacs
Perlunya edukasi tentang makanan
Berdasarkan hasil skrining penjaringan kesehatan 2022 pada anak dan remaja usia 7-15 tahun di Jakarta, ditemukan 59.657 orang (3,64 persen) mengalami kelebihan berat badan. Sedangkan 14.784 orang (0,90 persen) mengalami obesitas.
Tirta menyebut tingginya konsumsi minuman manis di kalangan anak-anak sebagai masalah serius yang berkontribusi terhadap obesitas. Konsumsi yang tinggi ini juga disertai kurangnya aktivitas fisik anak.
"Minuman manis yang dijual dengan harga murah menarik perhatian anak-anak. Strategi pemasaran yang agresif mempengaruhi pilihan konsumsi mereka sehari-hari," ujarnya.
Ia mengatakan orang tua perlu mengontrol kualitas makanan yang dikonsumsi anak, termasuk menghindari makanan tinggi kalori tanpa gizi dan hidangan manis. Menurutnya, keterlibatan keluarga dan lingkungan sangat penting dalam membentuk kebiasaan makan yang sehat.
Edukasi tentang makanan yang baik perlu dilakukan sejak anak masih kecil, yakni pola makan seimbang dengan memperhatikan komposisi gizi yang penting untuk pertumbuhan. Selain itu, pemerintah perlu menerapkan intervensi yang lebih efektif untuk mengurangi konsumsi gula di kalangan anak-anak.