Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pengeluaran belanja rokok di rumah tangga berada pada peringkat kedua terbesar atau setara tiga kali lipat lebih tinggi dari biaya kebutuhan protein untuk anak. Berdasarkan data Global Adult Tobacco Survey (GATS), uang di rumah tangga yang dipakai untuk membeli rokok berkisar rata-rata Rp 382 ribu per bulan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain itu, Penelitian Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia pada 2018 menemukan balita yang terpapar asap rokok berpotensi mengalami stunting sebab tumbuh 1,5 kilogram lebih ringan dari anak-anak yang bukan dari orang tua perokok.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ketua Kelompok Kerja Masalah Rokok Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Feni Fitriani Taufik, menyebut pengaruh nikotin pada hormon dopamin memberi kebahagiaan semu pada perokok.
"Kenapa susah berhenti merokok? Karena ada nikotin sebagai salah satu bahan yang menyebabkan adiksi dalam rokok tersebut," kata Feni.
Memicu sugesti bahagia
Spesialis paru di RSUP Persahabatan Jakarta itu mengatakan nikotin sebagai kandungan rokok berperan memproses otak mengeluarkan hormon dopamin. Dopamin sebenarnya masuk dalam kriteria hormon yang baik sebab dapat merangsang rasa bahagia.
Tapi, dampak negatif yang timbul memicu sugesti perokok seakan-akan bisa lebih lancar berpikir dan berkonsentrasi. Sedangkan rokok mengandung sekitar 7 ribu bahan berbahaya bagi tubuh dan 60 macam zat karsinogenik penyebab infeksi saluran napas atas sehingga pertumbuhan paru-paru terganggu.
"Rasa bahagia itu semu karena membuat orang merasa bisa berpikir, lebih konsentrasi, dan mood lebih baik. Itu penghargaan yang semu diperoleh perokok," jelasnya.
Sedangkan untuk bisa melepas jeratan rokok dapat memberi pengalaman yang bikin sengsara dan tidak mudah. Tim ahli dari RSUP Persahabatan pernah meneliti pengaruh asap rokok pada bayi yang baru lahir dari kandungan ibu perokok aktif, ibu perokok pasif, dan yang bukan perokok.
"Hasilnya, pada plasenta ibu perokok aktif dan pasif, sama-sama ditemukan nikotin," ujarnya.
Pada bayi yang lahir dari ibu perokok aktif memiliki tubuh yang lebih pendek dibandingkan bayi normal. "Intinya, dalam kehamilan pun rokok sudah sangat berpengaruh," tegasnya.
Pilihan Editor: 4 Tahap Remaja Jadi Perokok Aktif dan Cara Mencegahnya
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.