Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Dokter Paru Sebut Polusi Udara Bisa Picu Serangan Asma

PDPI menyoroti bahaya polusi udara di Jakarta dan sekitarnya sebagai salah satu pemicu penyakit asma kambuh.

10 Agustus 2023 | 21.22 WIB

Pemandangan Kota Jakarta yang tertutup polusi udara pada Selasa, 25 Juli 2023. Berdasarkan data IQAir pukul 16.29 WIB, Jakarta tercatat menjadi kota dengan kualitas udara dan polusi terburuk di dunia dengan nilai indeks 168 atau masuk kategori tidak sehat. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Perbesar
Pemandangan Kota Jakarta yang tertutup polusi udara pada Selasa, 25 Juli 2023. Berdasarkan data IQAir pukul 16.29 WIB, Jakarta tercatat menjadi kota dengan kualitas udara dan polusi terburuk di dunia dengan nilai indeks 168 atau masuk kategori tidak sehat. TEMPO / Hilman Fathurrahman W

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Berdasarkan data QAir tahun 2022, Indonesia menduduki peringkat nomor 26 sebagai negara dengan polusi udara terburuk di dunia. Sedangkan Jakarta per 6 Agustus 2023 memiliki tingkat polusi tidak sehat dengan 161 indeks kualitas udara dengan konsentrasi 8,4 kali nilai panduan kualitas udara tahunan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) pun menyoroti bahaya polusi udara di Jakarta dan sekitarnya sebagai salah satu pemicu penyakit asma kambuh.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

"Asma adalah penyakit penyempitan saluran napas karena ada pencetusnya. Dari luar adalah polusi udara, asap rokok, hingga stres yang merupakan faktor harus dikontrol," kata Ketua Kelompok Kerja Asma dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) PDPI, Budhi Antariksa.

PDPI melaporkan paparan polusi udara membahayakan kesehatan penderita asma yang jumlahnya mencapai 7 persen atau setara 18 juta orang di Indonesia pada 2022. Menurut Budhi, puskesmas perlu ditingkatkan sebagai lini pertama untuk diagnosa dan pengobatan asma agar pasien dapat mengendalikan penyakitnya sejak dini. Alasannya, asma merupakan bagian dari 144 diagnosa penyakit yang dapat ditangani di puskesmas sesuai dengan kompetensi dokter umum.

Kendala penanganan
Berdasarkan Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) Tahun 2012, penyakit asma masuk ke dalam tingkat kemampuan 4A, di mana lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan melakukan penatalaksanaan penyakit tersebut secara mandiri dan tuntas.

"Dokter umum punya kompetensi, diagnosis, bagaimana kontrol asma, gejala, hingga pemeriksaan," ujarnya.

Salah satu faktor yang dapat mengakibatkan biaya pengobatan asma tinggi adalah akses obat di tingkat puskesmas yang masih dalam bentuk obat oral tanpa inhalasi pengontrol yang sesuai. Tanpa obat pengontrol asma, pasien asma berisiko untuk mengalami eksarsebasi atau serangan asma.

Problemnya adalah biaya penanganan asma bisa menjadi mahal karena lebih dari 57,5 persen pasien mengalami kekambuhan serangan asma dan datang ke rumah sakit pada saat kondisi sudah dalam keadaan tidak terkontrol.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin melalui keterangan tertulis menyampaikan sejumlah penyakit respirasi yang diakibatkan polusi udara dengan prevalensi tinggi. Polusi udara menyumbang 15-30 persen kasus. 

Budi menyebut faktor risiko polusi udara terhadap penyakit asma adalah 27,95 persen dan berdasarkan data Global Burden Diseases 2019 Diseases and Injuries Collaborators, asma termasuk dalam lima penyakit respirasi penyebab kematian tertinggi di dunia, selain penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), pneumonia, kanker paru, dan tuberkulosis.

Data tersebut menunjukkan asma memiliki 477 kejadian per 100 ribu orang dengan 455 ribu kematian. Di Indonesia, penyakit asma juga masuk ke dalam salah satu dari 10 penyebab kematian terbesar. Penyakit asma tidak bisa disembuhkan, tetapi bisa dikendalikan dengan melakukan pola hidup CERDIK (cek kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok, rajin aktivitas fisik/olah raga, diet sehat dan seimbang, Istirahat cukup, dan Kelola stres dengan baik).

Selain itu, penderita asma juga bisa minum obat asma secara teratur dan mencegah terpapar hal-hal yang bisa menyebabkan kambuhnya serangan asma. Menurut Budi, anggaran yang ditanggung untuk penyakit asma memiliki kecenderungan naik tiap tahun jika tidak terkendali dengan baik. Selama periode 2018-2022, pengobatan asma melalui BPJS Kesehatan setidaknya telah menelan anggaran sebesar Rp 1,4 triliun.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus