Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Edukasi Stunting pada Remaja Krusial, Ini 3 Peran Mereka

Remaja penting diedukasi terkait isu stunting. Ini 3 peran remaja dalam mencegah stunting.

30 Agustus 2020 | 22.09 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Tim Komunikasi Publik, Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Dokter Reisa Broto Asmoro. (KOMBEN BNPB/Ignatius Toto Satrio)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Remaja penting diedukasi terkait isu stunting. Banyak yang menyangka isu stunting hanya untuk orang tua dan pasangan yang sudah menikah. Padahal sebenarnya stunting adalah sebuah siklus. Jika calon ibu punya asupan gizi kurang sejak remaja ia berisiko punya anak kurang gizi dan si anak akan mencontoh pola makan ibunya dan terus berputar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pengamat kesehatan Reisa Broto Asmoro mengatakan anak remaja banyak yang belum dapat ilmu tentang gizi. Akibatnya, akan sulit ke depannya dalam kehidupan keluarga. “Indonesia darurat stunting. Kita butuh gerakan yang nyata, yang bisa mengubah kondisi ini. Kondisi anak sudah stunting tidak bisa berubah, yang penting bagaimana kita harus menyelamatkan generasi setelahnya,” ujar Reisa dalam seri webinar 'Saatnya Remaja Cegah Stunting' pada Rabu 26 Agustus 2020.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Reisa, saat ini tidak ada ilmu parenting di sekolah. Paling hanya kesehatan reproduksi. Oleh karena itu sudah seharusnya pemerintah memasukan ilmu ini di masa remaja yang sedang ingin tahu segala sesuatu, apalagi di masa pubertas. Kalau tidak punya pengetahuan, mereka nggak akan siap saat harus merawat anak.

Webinar bertema 'Saatnya Remaja Cegah Stunting' pada 26 Agustus 2020/Tanoto Foundation

Edukasi di usia remaja, sejak usia 10-19 tahun adalah masa krusial. “Harus tepat informasinya. Apalagi Indonesia kebanyakan mitosnya yang belum tentu benar tapi lebih dipercaya. Takutnya info yang kurang tepat akan mereka bawa terus sampai nanti punya anak,” kata Reisa.

Peran remaja dalam pencegahan stunting berfokus pada tiga hal:

1. Edukasi. Remaja harus melek dengan isu stunting. Rajin mencari tahu dan terlibat aktif dalam diskusi/program mengenai stunting.

2. Inovasi. Membuat inovasi baru yang dapat mengasah ketertarikan teman sebaya mengenai isu ini. Bisa ekplorasi cari tahu tentang stunting. Berperan sebagai peer educator bagi teman sebaya karena akan lebih impactful dibanding webinar yang kaku.

3. Implementasi: Berperan aktif dalam mewujudkan inovasi yang dimiliki dengan berkolaborasi dengan lembaga terkait mau pun universitas. Caranya bisa dengan terjun langsung ke masyarakat, diawali dari lingkungan terdekat (keluarga) untuk memberi edukasi terkait stunting. Mengusulkan program atau membuat inovasi terkait stunting). Banyak inovasi menarik yang dibuat remaja.

Kampanye dan edukasi stunting sangat bisa dilakukan oleh remaja, misalnya melalui sosial media. Dan bukan tidak mungkin, kata Melinda, remaja mulai sekarang dilibatkan dalam kegiatan Posyandu yang miskin kaderisasi. “Kita bisa mendukung remaja dalam program penanggulangan stunting, dengan melibatkan remaja secara langsung. Setidaknya mendengarkan ide-ide mereka untuk mendapatkan perspektif baru,” ujar Reisa.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus