Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Cacar api yang disebabkan oleh virus varicella-zoster, yaitu virus yang sama yang menyebabkan cacar air dapat menular ke orang lain. Penderita cacar api dapat menularkan virus varicella-zoster kepada siapa saja yang tidak kebal terhadap cacar air.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Penularannya biasanya dapat terjadi melalui kontak langsung dengan luka terbuka dari ruam cacar api. Setelah terinfeksi, orang tersebut tidak akan menderita cacar api, melainkan terkena cacar air.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Siapa pun yang pernah menderita cacar air dapat mengembangkan cacar api. Dilansir dari mayoclinic.org, kebanyakan orang dewasa di Amerika Serikat menderita cacar air ketika mereka masih anak-anak, sebelum munculnya vaksinasi rutin anak-anak yang sekarang melindungi terhadap cacar air.
Faktor Risiko Kena Cacar Api
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko terkena cacar api ialah:
1. Berumur di atas 50 tahun. Cacar api paling sering terjadi pada orang dewasa di atas 50 tahun. Risiko meningkat seiring bertambahnya usia.
2. Memiliki penyakit tertentu. Penyakit yang melemahkan sistem kekebalan tubuh, seperti HIV/AIDS dan kanker, dapat meningkatkan risiko cacar api.
3. Menjalani pengobatan kanker. Radiasi atau kemoterapi dapat menurunkan daya tahan tubuh terhadap penyakit dan dapat memicu cacar api.
4. Mengkonsumsi obat-obatan tertentu. Obat-obatan yang dirancang untuk mencegah penolakan organ yang ditransplantasikan dapat meningkatkan risiko cacar api.
Komplikasi Akibat Cacar Api
Selain itu cacar api juga dapat menyebabkan komplikasi bila tak ditangani dengan cepat dan tepat.
1. Neuralgia pascaherpes.
Bagi sebagian orang, nyeri cacar api dapat berlanjut lama setelah lepuh hilang. Kondisi ini dikenal sebagai neuralgia postherpetik, dan itu terjadi ketika serabut saraf yang rusak mengirim pesan rasa sakit yang membingungkan dan berlebihan dari kulit ke otak.
2. Kehilangan penglihatan.
Cacar api di dalam atau di sekitar mata dapat menyebabkan infeksi mata yang menyakitkan yang dapat menyebabkan kebutaan atau kehilangan penglihatan.
3. Masalah neurologis.
Tergantung pada saraf mana yang terpengaruh, cacar api dapat menyebabkan radang otak, kelumpuhan wajah, atau masalah pendengaran dan keseimbangan.
4. Infeksi kulit.
Jika lepuh dari cacar api tidak diobati dengan benar, infeksi kulit bakteri dapat berkembang.
Cacar api dapat dicegah dengan memberikan vaksin Shingrix. Orang yang memenuhi syarat untuk mendapatkannya harus mendapatkan vaksin Shingrix di AS
Di Amerika Serikat, Shingrix telah disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) pada tahun 2017. Studi menunjukkan bahwa Shingrix menawarkan perlindungan terhadap cacar api selama lebih dari lima tahun.
Shingrix adalah vaksin tak hidup yang terbuat dari komponen virus. Vaksin ini diberikan dalam dua dosis, dengan rentang 2-6 bulan.
Shingrix disetujui dan direkomendasikan untuk orang berusia 50 tahun ke atas, termasuk mereka yang sebelumnya telah menerima vaksin Zostavax atau menderita cacar api.
Efek samping yang paling umum dari vaksin cacar api adalah kemerahan, nyeri, nyeri tekan, bengkak dan gatal di tempat suntikan, juga sakit kepala.
Vaksin cacar tidak menjamin seseorang tidak akan terkena cacar api, tapi dengan vaksin ini akan mengurangi kemungkinan dan tingkat keparahan penyakit serta mengurangi risiko neuralgia pascaherpetik.
ANNISA FIRDAUSI
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.