Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

gaya-hidup

Ingin Tinggi Malah Pendek

Suplemen peninggi badan yang beredar di pasar diduga berisi hormon pertumbuhan. Memicu usia tulang lebih tua dan tinggi badan berhenti sebelum waktunya.

12 Agustus 2012 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Memiliki tubuh paling rendah di kelas, 146 sentimeter, membuat Martin—bukan nama sebenarnya—rendah diri. Apalagi siswa kelas III sekolah menengah pertama di Bumi Serpong Damai, Tangerang Selatan, itu kerap dibanding-bandingkan dengan temannya sekelas. Benar-benar bikin keki.

Atas saran orang tuanya, seperti sering dilakukan keluarga keturunan Tionghoa yang lain, Martin minum kapsul herbal ramuan dari Cina. Saban hari, sesuai dengan anjuran di kemasan, ia mesti menelan sembilan kapsul. Beberapa bulan kemudian hasilnya mulai terlihat. Tinggi Martin, kini 14 tahun, menjadi 152 sentimeter. Namun ia belum puas dan masih berkeluh kesah.

Dua pekan lalu, orang tuanya membawa Martin berkonsultasi ke dokter Aman Pulungan, ahli endokrinologi anak, di Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta. Mereka ingin tahu apakah tinggi Martin masih bisa didongkrak lagi. Ternyata hasil diagnosisnya sangat mengejutkan: tinggi badan Martin di bawah potensi tinggi genetiknya. Tinggi ayahnya 167 sentimeter dan ibunya 160 sentimeter. Tinggi genetik Martin semestinya bisa mencapai 170 sentimeter.

Tapi potensi itu pupus sudah. "Prediksi final tinggi Martin 155 atau 156 sentimeter," kata Aman saat ditemui Tempo di Sekretariat Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jalan Dempo, Jakarta, pekan lalu.

Menurut dokter yang juga berpraktek di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, ini, tidak optimalnya pertumbuhan akhir tulang Martin diduga berkaitan dengan kebiasaannya mengkonsumsi suplemen peninggi badan yang diklaim sebagai herbal itu. Aman menduga suplemen tersebut mengandung hormon pertumbuhan sehingga memacu pertumbuhan tulang Martin sebelum masanya berkembang. Akibatnya, lempeng pertumbuhan tulang (epifisis) Martin tertutup sehingga sulit tumbuh lagi.

Temuan lain, umur tulang Martin lebih tua daripada umur sebenarnya, yakni mendekati 16 tahun. Setelah foto roentgen tangan kiri Martin dicocokkan dengan atlas Greulich-Pyle (pedoman pembacaan usia tulang), diketahui pertumbuhan tulangnya sudah mencapai 97,6 persen. Ditambah stadium pubertas Martin yang sudah mendekati tahap akhir sehingga pertumbuhannya juga mentok, maka Aman pun angkat tangan. Alhasil, mimpi Martin untuk mendongkrak tinggi tubuh pun melayang.

Penjelasan Aman jelas menjadi kado paling tidak enak bagi Martin dan banyak remaja seperti dia. Saban hari, kata Aman, "Ada saja pasien yang datang seperti Martin, dengan keluhan merasa kurang tinggi, paling pendek di kelas, dan sebagainya." Kalau perempuan maunya bertinggi di atas 160 sentimeter, sedangkan yang laki-laki di atas 170 sentimeter. Namun, setelah minum obat atau suplemen yang tidak jelas kandungannya itu, tinggi tubuh mereka justru tak seperti yang diharapkan. Bisa saja yang perempuan di bawah 152 sentimeter dan yang laki-laki tak sampai 165 sentimeter. "Jelas mereka masuk kategori perawakan pendek," kata Aman.

Efek samping suplemen peninggi tubuh terus memakan korban karena suplemen ini gampang didapat. Selain dari mulut ke mulut, seperti diakui keluarga Martin kepada Aman, produk ini mudah dipesan secara online. Satu botol suplemen herbal berisi 60 kapsul yang diminum Martin harganya seratusan ribu rupiah. Klaimnya memang yahud: meningkatkan pertumbuhan, menambah tinggi badan, dan cocok untuk usia 8-20 tahun, laki-laki ataupun perempuan.

Selain yang berbahan herbal, di dunia maya gampang didapat merek suplemen lain dengan klaim serupa. Laiknya tukang obat, penjual dan distributornya mengklaim produknya nomor satu dan paling laku. Bahkan ada produk yang terang-terangan menyebut sebagai hormon pertumbuhan, diminum justru setelah pubertas, dan bisa menumbuhkan tulang yang sudah berhenti sebesar 4-8 sentimeter. Kandungan suplemen ini, antara lain, vitamin B, L-arginine, L-ornithine, L-lysine, dan glycine.

"Tidak ada satu pun dari zat itu yang bisa menambah fungsi hormon pertumbuhan atau menambah tinggi badan. Itu jelas penipuan," kata Aman. Menurut dia, zat-zat yang disebutkan dalam suplemen itu merupakan asam amino yang biasa dipakai orang-orang di gimnasium untuk membesarkan otot. Suplemen amino ini banyak sekali dijual di pusat kebugaran. Bukan untuk anak, melainkan buat mereka yang ingin cepat membesarkan otot.

Jika pasien seperti Martin datang sebelum pubertas dini, sejatinya harapan untuk meninggikan tubuh masih ada. Ia akan diterapi dengan pemberian GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone) Analog. Dalam bahasa awam, Aman akan memberikan hormon yang mengendalikan produksi sel telur (estrogen) dan sel sperma (testosteron). "Pemberian zat ini bisa menunda penutupan lempeng epifisis sehingga tulang anak masih bisa tumbuh normal."

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Lucky S. Slamet menegaskan, lembaganya tidak pernah menyetujui produk suplemen ataupun obat tradisional dengan klaim sebagai peninggi badan yang sekarang beredar. Menurut pantauan BPOM, produk yang dipasarkan sebagai suplemen peninggi badan ada beberapa macam, antara lain Ghenerate + IGH-1, Swanson Growth Hormon Releaser, Niacin Flush 250 mg, atau USA Grow-Up Super. "Produk-produk tersebut tidak terdaftar sebagai suplemen makanan di Badan POM," kata Lucky.

Agar penjualan produk ilegal itu tak kian menjadi, terutama lewat dunia maya, BPOM akan melacak situs yang dipakai untuk memperjualbelikan produk tersebut. Langkah berikutnya, mereka akan meminta Kementerian Komunikasi dan Informatika memblokir situs-situs tersebut. Penindakan hukum terhadap orang yang menjual produk suplemen ilegal juga akan digeber, plus pemusnahan produk yang bisa disita. "Mengedarkan produk yang tidak mendapatkan izin edar jelas tindak pidana," kata Sukiman Said Umar, Direktur Inspeksi dan Sertifikasi Obat Tradisional, Kosmetika, dan Produk Komplementer BPOM.

Dwi Wiyana


Mengukur Potensi Tinggi Genetik Anak

Tinggi tubuh seorang anak dipengaruhi oleh tinggi ayah dan ibunya. Dari tinggi orang tuanya itulah bisa diketahui potensi tinggi genetik si anak. Inilah rumus yang berlaku secara internasional untuk mengukur potensi tinggi genetik itu.

Contoh:

Toni, tinggi ayah 172 sentimeter, tinggi ibu 166 cm, maka potensi tinggi genetiknya adalah

172 + 166 + 13 = 175,5 cm
        2

Ima, tinggi ayah 172 cm, tinggi ibu 166 cm, maka potensi tinggi genetiknya adalah

172 + 166 – 13 cm= 162,5 cm
         2

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus