Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sleep apnea adalah kelainan yang menyebabkan berhenti bernapas saat tidur. Otak mencoba melindungi dengan membangunkan agar bisa bernapas, namun hal ini menghalangi tidur yang nyenyak dan sehat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seiring berjalannya waktu, kondisi ini dapat menimbulkan komplikasi serius. Dilansir dari WebMD, jika tidak diobati, penyakit ini dapat menyebabkan dengkuran keras, kelelahan pada siang hari, atau masalah yang lebih serius seperti gangguan jantung atau tekanan darah tinggi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kondisi ini berbeda dengan mendengkur biasa. Mendengkur pada umumnya mungkin disebabkan oleh kondisi hidung atau tenggorokan, gaya tidur (terutama tidur terlentang), kelebihan berat badan atau usia, atau penggunaan alkohol atau obat depresan lainnya.
Meskipun kedua jenis mendengkur terjadi ketika jaringan di belakang tenggorokan bergetar, penderita apnea tidur cenderung mendengkur jauh lebih keras dibandingkan dengan mendengkur biasa, jeda selama lebih dari 10 detik saat mereka bernapas, ambil napas pendek, terkesiap, atau tersedak, hingga menjadi gelisah saat tidur.
Sleep apnea tidak dianggap berakibat fatal. Namun penelitian menemukan bahwa orang yang mengidap penyakit ini dua kali lebih mungkin meninggal mendadak dalam jangka waktu tertentu dibandingkan mereka yang tidak, terutama jika penyakit tersebut tidak diobati. Hal ini karena kaitannya dengan kondisi serius seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung, stroke, dan diabetes.
Dikutip dari laman Sleep Foundation, berikut beberapa jenis sleep apnea yang dikategorikan berdasarkan penyebab gangguan pernapasan:
1. Sleep Apnea Obstruktif
Sleep apnea obstruktif (OSA) terjadi ketika saluran udara di bagian belakang tenggorokan menyempit atau tersumbat saat tidur, yang dapat menyebabkan mendengkur karena udara dicegah untuk melewatinya secara normal.
Menanggapi penyumbatan saluran napas, seseorang biasanya terbangun, menggerakkan otot-otot di tenggorokannya, dan menarik napas dalam-dalam beberapa kali, sering kali disertai dengan suara seperti mendengus atau tersedak.
Sleep apnea obstruktif adalah jenis apnea tidur yang paling umum. Diperkirakan mempengaruhi 10-30 persen orang dewasa di Amerika Serikat, namun dalam banyak kasus tidak terdiagnosis.
Pada penderita sleep apnea obstruktif, otot-otot di bagian belakang tenggorokan menjadi rileks saat tidur, sehingga mengurangi ruang untuk lewatnya udara. Mendengkur terjadi ketika saluran nafas menyempit, dan ketika saluran napas tersumbat, seseorang gagal mendapatkan oksigen yang cukup.
Kekurangan oksigen menyebabkan terbangun sebagian atau seluruhnya untuk memulihkan aliran udara. Gangguan pernapasan ini terjadi berulang kali saat tidur.
2. Sleep Apnea Sentral
Central sleep apnea (CSA) melibatkan gangguan komunikasi antara otak dan otot yang mengontrol pernapasan. Akibatnya, pernapasan mungkin menjadi lebih dangkal dan terhenti sementara. Prevalensi sleep apnea sentral lebih rendah dibandingkan dengan sleep apnea obstruktif. Diperkirakan kurang dari 1 persen orang menderita CSA.
Sleep apnea sentral muncul karena adanya masalah dalam cara otak berkomunikasi dengan otot-otot yang bertanggung jawab untuk bernapas. Bagi penderita CSA, bagian otak yang disebut batang otak gagal mengenali dengan baik kadar karbon dioksida dalam tubuh saat tidur.
Hal ini menyebabkan episode pernapasan berulang yang lebih lambat dan dangkal dari yang seharusnya. Kondisi sleep apnea dapat membahayakan karena mengganggu pernapasan dan mengakibatkan berbagai kondisi dari ringan hingga yang memerlukan tindakan medis.