Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pada usia berapa pun, menangis adalah respons normal ketika diliputi oleh emosi, seperti kemarahan, ketakutan, stres, atau bahkan kebahagiaan. Namun, beberapa anak lebih sering menangis daripada yang lain. Mengontrol emosi anak bukan perkara mudah. Jika gagal, anak-anak mungkin lebih cepat merasa frustrasi, dan terlalu bersemangat dibandingkan dengan teman sebayanya.
Kemampuan untuk mengatur emosi yang besar sangat bergantung pada usia dan perkembangan anak. Mengalami berbagai hal secara lebih intens juga terkadang merupakan bagian dari diri seseorang.
Emosi yang besar dapat membuat hidup sedikit lebih sulit bagi anak-anak ini kecuali mereka belajar bagaimana cara mengatur emosi. Meskipun hal ini secara alami dipelajari dari waktu ke waktu, ada beberapa cara yang dapat Anda lakukan untuk membantu anak Anda menumbuhkan kesadaran emosional dan mengadopsi keterampilan mengatasi masalah yang sehat melansir dari verywellfamily
Ajarkan Anak Anda Tentang Emosi
Penting bagi anak Anda untuk mengenali dan mendefinisikan apa yang mereka rasakan. Mulailah mengajari mereka tentang emosi sehingga mereka belajar bahwa hal-hal yang mungkin tampak tidak berbentuk atau berlebihan sebenarnya memiliki nama.
Katakanlah, "Kamu terlihat sedih sekarang," atau "Aku tahu kamu sedang marah." Sebutkan juga emosi Anda dengan mengatakan, "Aku sedih karena kita tidak bisa mengunjungi Nenek hari ini," atau "Aku terkejut karena anak-anak itu sangat jahat hari ini."
Anda juga dapat memulai percakapan tentang perasaan dengan membicarakan karakter dalam buku atau acara TV. Sesekali, ajukan pertanyaan seperti, "Menurutmu, bagaimana perasaan karakter ini?" Dengan latihan, kemampuan anak Anda untuk melabeli emosi mereka akan meningkat.
Kesadaran emosional dapat membantu anak-anak menjadi kuat secara mental, bahkan ketika mereka merasakan emosi yang mendalam.
Memisahkan Perasaan vs Perilaku
Penting juga bagi anak-anak untuk belajar bagaimana mengekspresikan emosi mereka dengan cara yang sesuai secara sosial. Berteriak keras di tengah-tengah toko kelontong, merengek, atau mengamuk di sekolah, misalnya, tidaklah baik.
Meskipun mereka memiliki hak untuk marah kepada seseorang, Tetapi hal tersebut tidak berarti mereka boleh untuk memukul orang tersebut. Demikian juga, mereka dapat merasa kesal karena toko kehabisan es krim favorit mereka, tetapi bukan berarti mereka boleh berguling-guling di lantai sambil menangis dan mengganggu orang lain.
Disiplinkan perilaku, tapi bukan emosi. Katakanlah, "Kamu tidak akan mendapat waktu istirahat karena kamu memukul adikmu," atau "Kamu akan kehilangan mainan ini selama sisa hari ini karena kamu berteriak-teriak dan itu menyakitkan telingaku."
Memvalidasi dan Menghubungkan
Terkadang orang tua secara tidak sengaja meremehkan perasaan anak. Mengatakan "Berhentilah marah. Ini bukan masalah besar" mengajarkan anak Anda bahwa perasaan mereka salah. Padahal pada kenyataannya perasaan mereka valid bahkan jika menurut Anda perasaan itu tidak proporsional.
Saat Anda seorang anak marah, sedih, frustrasi, malu, atau kecewa. Kemudian, tunjukkan bahwa Anda memahami perasaan mereka dan berempati..
Pada saat yang sama, bantu anak Anda memahami bahwa emosi bisa cepat berlalu dan apa yang mereka rasakan sekarang tidak akan bertahan selamanya-atau bahkan tidak lebih dari beberapa menit.
RECHA TIARA DERMAWAN
Pilihan Editor: 5 Tips Dasar Ajarkan Anak Manajemen Amarah Sejak Dini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini