Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ada dua jenis makanan dari pabrik yang ditujukan untuk anjing dan kucing, yakni makanan kering dan basah. Dia menjelaskan, makanan basah punya kandungan air yang lebih tinggi tapi dari segi nutrisi kandungan dalam makanan kering lebih tinggi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jika memilih untuk memberi makanan hewan peliharaan yang diproduksi pabrik, berikan sesuai kebutuhan. Jangan berikan makanan anjing kepada kucing. Drh. Radhiyan Fadiar Sahistya menuturkan formulasi pakan untuk kucing dan anjing berbeda, jadi berikanlah makanan sesuai dengan jenisnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bagi pemilik kucing yang memilih untuk memberikan makanan anjing karena harga biasanya lebih murah, ada dampak negatif yang nantinya bisa terjadi, yakni masalah kesehatan mata dan jantung pada kucing. Jangan lupa untuk selalu menyediakan air bersih untuk hewan peliharaan sebab 90 persen kadar air dalam tubuh anjing dan kucing didapatkan dari makanan dan minuman. Jangan biarkan hewan peliharaan meminum air dari sumber yang kotor, seperti kolam ikan atau air di kamar mandi yang bisa menyebabkan diare hingga cacingan akibat air yang tidak higienis.
Ada pemilik yang memilih untuk membuat makanan sendiri bagi hewan peliharaan mereka. Jika ingin memberikan ikan kepada kucing, panaskan dulu agar matang dengan cara dikukus atau direbus. Selain itu, berikan pakan yang berbeda secara bergantian karena setiap bahan baku punya nilai nutrisi berbeda. Misalnya, dalam satu pekan berikan kucing pakan dari ikan, sisanya berikan makanan dari bahan baku unggas.
Jangan lupa untuk memberikan multivitamin tambahan. Sementara serat bisa didapat dengan menggunakan agar-agar. Lalu, bagaimana bila peliharaan mendadak tidak nafsu makan?
Pemilik hewan bisa mengecek kesehatan peliharaannya. Anjing atau kucing yang mengandalkan indera penciuman bisa tidak berselera makan bila terkena flu yang membuat produksi ingus berlebihan dan sulit membaui makanan.
Pemilik mungkin khawatir bila bulu kucing mendadak banyak yang rontok, terutama ketika ada perubahan, seperti mengganti jenis pakan. Sama seperti rambut manusia, kucing juga mengalami kerontokan bulu, kata dokter hewan Novi Wulandari.
"Bulu rontok tidak selalu karena pergantian makanan tapi itu hal yang normal," kata Novi.
Bulu-bulu kucing dapat rontok bila pemiliknya memberikan makanan yang lebih berkualitas. Kerontokan adalah salah satu efek detoksifikasi karena kucing mendapat asupan makanan yang lebih baik. Proses itu bisa memakan waktu hingga dua pekan.
Namun, makanan yang tidak sehat serta kondisi tidak fit dan penyakit yang tidak terdeteksi juga bisa menjadi penyebab bulu kucing rontok. Bila penyebabnya tidak kunjung diketahui, periksakan ke dokter hewan untuk mendapatkan solusinya.
Selain mengganti makanan, bulu kucing dapat rontok ketika sedang birahi, hamil, juga beranak. Bulu kucing rontok bisa juga disebabkan oleh infeksi atau parasit yang membuat kulit kucing gatal. Garukan yang berlebihan bisa membuat bulunya rontok sehingga bagian tersebut menjadi botak.