Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Jenang Suran, Kuliner Khas Solo yang Hanya Ada di Bulan Sura

Sajian berupa jenang suran dibagikan kepada pedagang serta pengunjung pasar barang antik Triwindu, Surakara

11 September 2018 | 17.05 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Jenang Suran, sajian hidangan kirab malam Satu Sura di Istana Mangkunegaran, Solo, Jawa Tengah. TEMPO/ Aditia Noviansyah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Sekelompok orang berpakaian tradisional berjalan mengelilingi pasar barang antik Triwindu, Solo, Senin sore 10 September 2018. Mereka berjalan dengan berdiam diri. Usai mengelilingi pasar hingga tiga kali, rombongan itu kembali masuk ke pelataran lalu menggelar acara doa bersama di sana. Selanjutnya, sajian berupa jenang suran dibagikan kepada pedagang serta pengunjung pasar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Jenang Suran, atau ada pula yang memberikan sebutan Jenang Sura, merupakan jenis kuliner istimewa. Masakan serupa bubur itu hanya dibuat dan dihidangkan saat Bulan Sura. "Sekarang juga sudah sangat jarang ditemukan," kata Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Triwindu, Dodi Sudarsono, Senin, 10/9.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hidangan ini sebenarnya cukup populer puluhan tahun silam. Banyak masyarakat yang membuat kuliner itu di Bulan Sura kemudian membagikannya ke tetangga dan kerabat. "Sayang, tradisi membuat Jenang Suran sudah nyaris hilang," katanya.

Jenang Suran merupakan masakan nasi bubur yang dimasak dengan santan sehingga terasa gurih. Di atasnya bertabur irisan telur dadar serta kacang kedelai yang digoreng. Masakan semakin terasa lezat dengan tambahan sayur sambal goreng krecek.

"Rasanya merupakan kombinasi gurih dan pedas," kata Dodi. Lembutnya bubur juga berpadu dengan kedelai goreng yang renyah. "Semuanya menyatu seperti konsep kebhinnekaan," kata dia.

Menurutnya, para pedagang berupaya ikut melestarikan kuliner istimewa itu. Mereka tidak hanya menjual barang antik semata, namun juga berusaha melestarikan tradisi yang kian langka.

Salah satu pembeli asal Malang, Yayuk mengaku sengaja datang ke pasar untuk mencari barang antik berupa lonceng sapi. Dia tidak menyangka bahwa di pasar itu tengah berlangsung acara penyambutan Tahun Baru Sura. "Saya baru pertama kali ini makan Jenang Suran," kata dia.

AHMAD RAFIQ (Sala)

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus