Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Hipertensi atau tekanan darah tinggi termasuk masalah kesehatan utama yang dialami banyak orang di seluruh dunia. Kondisi ini sering disebut sebagai pembunuh senyap karena banyak yang tidak merasakan gejala apapun pada awalnya. Padahal, hipertensi dapat menyebabkan komplikasi serius seperti penyakit jantung, stroke, hingga kerusakan ginjal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Karena itu, penting untuk segera melakukan penanganan yang tepat. Salah satunya mengonsumsi obat hipertensi. Dikutip dari pafikabmalinau.org ini, berikut cara mengatasi tekanan darah tinggi dengan obat, jenis obat yang biasa digunakan dan cara kerjanya, serta tips mengelola tekanan darah tinggi agar tetap terkontrol.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Alasan perlunya obat hipertensi
Hipertensi adalah kondisi medis di mana tekanan darah terus-menerus berada di atas angka normal, yaitu lebih dari 140/90 mmHg. Tekanan darah yang terlalu tinggi bisa merusak dinding pembuluh darah dan organ vital seperti ginjal, jantung, dan otak. Dalam jangka panjang, hipertensi yang tidak ditangani dapat memicu terjadinya serangan jantung, stroke, atau gagal ginjal.
Untuk mengendalikan tekanan darah tinggi, selain menerapkan pola hidup sehat, obat-obatan tertentu sangat diperlukan. Obat hipertensi bertujuan untuk menurunkan dan mengontrol tekanan darah agar tetap berada dalam rentang normal. Meskipun tidak ada obat yang dapat menyembuhkan hipertensi secara permanen, pengelolaan yang baik dapat mengontrol tekanan darah dan mencegah dampak negatifnya.
Terdapat berbagai jenis obat yang digunakan untuk mengatasi hipertensi. Setiap jenis obat bekerja dengan cara yang berbeda untuk menurunkan tekanan darah. Berikut beberapa jenis obat hipertensi yang sering diresepkan oleh dokter.
Diuretik
Diuretik adalah obat penurun tekanan darah dengan mengeluarkan cairan, misalnya: Hidroklorotiazid, Furosemid. Obat ini bekerja dengan cara meningkatkan produksi urin yang dikeluarkan oleh ginjal, yang pada gilirannya akan mengurangi volume darah dalam tubuh dan membantu menurunkan tekanan darah dengan mengurangi beban pada jantung dan pembuluh darah. Obat ini dapat menimbulkan efek samping seperti pusing, dehidrasi, peningkatan kadar gula darah.
Beta-blocker
Beta-blocker merupakan obat yang menurunkan denyut jantung. Obat ini juga dapat menghalangi efek hormon adrenalin pada jantung sehingga menurunkan denyut jantung dan mengurangi beban kerja jantung dan membantu menurunkan tekanan darah dengan memperlambat jantung dan mengurangi volume darah yang dipompa. Obat beta-blocker misalnya Atenolol, Metoprolol. Efek sampingnya, dapat mengakibatkan kelelahan, penurunan denyut jantung, pusing.
ACE Inhibitor
ACE inhibitor adalah obat penghambat angiotensin-converting enzyme. Obat ini bekerja dengan cara menghambat enzim yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah sehingga menjadi lebih rileks dan tekanan darah turun. Contoh obatnya Enalapril, Lisinopril, yang juga bisa menghasilkan efek samping seperti batuk kering, peningkatan kadar kalium, pusing.
Angiotensin II Receptor Blockers (ARB)
ARB bekerja dengan cara memblokir reseptor angiotensin II, yang merupakan hormon yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Dengan memblokir efek hormon ini, ARB membantu menurunkan tekanan darah. Contoh obatnya Losartan, Valsartan. Efek sampingnya pusing, kelelahan, gangguan fungsi ginjal.
Calcium Channel Blockers
Calcium channel blockers menghalangi kalsium masuk ke dalam sel-sel otot pembuluh darah, yang menyebabkan pembuluh darah melebar dan tekanan darah turun. Contoh obatnya seperti Amlodipin, Verapamil. Adapun efek samping yaitu pusing, pembengkakan pada kaki, gangguan pencernaan.
Alpha-blocker
Alpha-blocker bekerja untuk menghalangi efek norepinefrin pada pembuluh darah, yang menyebabkannya melebar dan tekanan darah menurun. Contoh Obat yaitu Doxazosin, Prazosin. Obat ini dapat meniumbulkan efek samping seperti pusing, penurunan tekanan darah mendadak, kelelahan.
Pilihan Editor: Penyebab Pembuluh Darah di Otak Pecah, Termasuk Hipertensi