Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Jenis Penyakit yang Membutuhkan Asupan Antibiotik, Infeksi Virus Tak Perlu

Antibiotik tidak dapat membunuh virus atau mikroba, seperti jamur parasit dan protozoa.

10 Juni 2021 | 20.27 WIB

Ilustrasi antibiotik (pixabay.com)
Perbesar
Ilustrasi antibiotik (pixabay.com)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Masih banyak salah kaprah dalam penggunaan antibiotik di masyarakat. Terutama antibiotik yang dijual bebas, mereka yang menggunakan harus tahu betul apa dan bagaimana mengkonsumsi obat tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Direktur Promosi kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Kesehatan, Imran Agus Nurali mengatakan penggunaan antiobiotik hanya untuk infeksi bakteri dan sebaiknya jangan membeli sendiri, kecuali berdasarkan resep dokter. "Jangan pula memberikan antibiotik sisa kepada orang lain," kata Imran dalam diskusi 'Kemitraan Sektor Swasta dan Peran Masyarakat dalam Mempromosikan Penggunaan Antibiotik Secara Rasional dan Tuntas' pada Kamis, 10 Juni 2021.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Imran menjelaskan, antibiotik tidak dapat membunuh virus atau mikroba lain, seperti jamur parasit dan protozoa. Penggunan antibiotik juga berpotensi bahaya jika tidak sesuai kebutuhan klinis. Adapun sejumlah penyakit yang dipicu oleh infeksi bakteri dan membutuhkan antibiotik, antara lain demam tifoid, meningitis, tuberkulosis atau TBC, infeksi paru seperti pneumonia. Juga difteri, infeksi saluran pencernaan, seperti disentri, infeksi saluran kemih, gonore atau kencing nanah, dan sifilis.

ilustrasi obat (Pixabay.com)

Konsumsi antibiotik juga harus sesuai dosis dan umumnya selama lima hari, tergantung dari kondisi penyakit. Imran melanjutkan, pentingnya pengetahuan dan kehati-hatian dalam mengkonsumsi antibiotik supaya tidak terjadi resistensi.

Resistensi antibiotik merupakan kondisi saat bakteri bertahan hidup dari serangan antibiotik. Artinya, bakteri yang menginfeksi dan memicu penyakit sudah 'kebal' dengan antibiotik dikonsumsi. Dalam sejumlah kasus, menurut Imran, kondisi resistensi antibiotik membuat pasien susah disembuhkan dan membutuhkan perawatan yang cukup lama. Akibatnya, tentu biaya berobat yang lebih tinggi.

Penggunaan antibiotik yang tidak sesuai dengan petunjuk dokter, kata Imran, menjadi salah satu penyumbang terbesar angka resistensi antimikroba atau AMR di dunia kesehatan. Data Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO menunjukkan penggunaan antibiotik meningkat 91 persen secara global.

Konsumsi antibiotik juga bertambah sampai 165 persen di negara-negara berkembang sepanjang tahun 2000 sampai 2015. Dengan begitu, resistensi antimikroba atau AMR menjadi satu dari sepuluh ancaman kesehatan global yang berbahaya. "Itu sebabnya penting mengadvokasi dan mengedukasi masyarakat tentang konsumsi antibiotik," kata Imran.

Baca juga:
5 Bahan Antibiotik Alami Termasuk Madu dan Bawang Putih

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus