Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Kaitan Defisiensi Zat Besi dan Depresi

Kekurangan zat besi menyebabkan kecemasan dan kabut otak. Studi menunjukkan anemia defisiensi zat besi dapat meningkatkan peluang mengalami depresi.

26 Desember 2022 | 17.28 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Zat besi dan vitamin B12  adalah dua nutrisi utama untuk perkembangan dan fungsi darah dalam tubuh. Nutrisi ini berperan penting dalam mencegah banyak penyakit yang timbul dari kekurangan darah. Vitamin B12, juga dikenal sebagai kobalamin, nutrisi yang larut dalam air dan membentuk sel darah merah dan DNA. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sementara itu, zat besi adalah komponen penting lain dalam hemoglobin yang membawa oksigen ke berbagai bagian tubuh. Wanita paling sering mengalami kekurangan ini, yang sering menimbulkan efek buruk, bahkan pada kesehatan mental. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Oleh karena itu, penting untuk mempertahankan kadar nutrisi tersebut untuk menghindari penyakit. Kekurangan zat besi adalah yang paling umum. Kekurangannya dapat menyebabkan anemia akibat kehilangan darah yang berlebihan atau kekurangan zat besi dalam darah. Hal ini juga menyebabkan kelelahan yang terus-menerus, bikin tubuh susah melakukan aktivitas fisik karena tidak memiliki cukup zat besi. 

Untuk memproduksi hemoglobin, komponen pembawa oksigen dari sel darah merah diperlukan jumlah zat besi yang cukup. Studi menunjukkan anemia defisiensi zat besi dapat meningkatkan peluang mengalami depresi. Jumlah serotonin yang rendah, neurotransmitter penting dan penstabil suasana hati, dapat terjadi akibat kekurangan zat besi. 

Gangguan kognitif, kesedihan, dispnea, hilangnya hipotensi postural, kelemahan otot, dan kelelahan mental dan fisik adalah beberapa indikasi dan gejala kekurangan vitamin B12 yang paling khas. Namun, sulit untuk menginterpretasikan gejala secara akurat karena defisiensi vitamin B12 dapat berkembang, bahkan ketika kadar darah berada di atas ambang batas klinis untuk defisiensi. 

Dengan bertambahnya usia, kehamilan, penyakit kronis, dan penggunaan obat-obatan tertentu, kebutuhan harian vitamin B12 meningkat. Konsumsi harian 4-20 gr dianjurkan untuk mencegah kekurangan vitamin B12. 

Kecemasan dan depresi
Kekurangan zat besi menyebabkan kecemasan dan kabut otak. Vikas Chawla, pakar ayurveda di Vedas Cure, mengatakan zat besi diperlukan untuk fungsi otak yang dapat mempengaruhi perilaku psikologis. Kadar zat besi yang rendah dapat meningkatkan risiko mengembangkan sejumlah kondisi kesehatan mental, termasuk kecemasan dan depresi. 

"Kecemasan adalah salah satu gejala anemia. Anemia menempatkan tubuh di bawah banyak tekanan dan sebagai akibatnya otak sering menerima sinyal untuk menjadi lebih cemas dan kabur,” ujarnya. 

Chawla menyarankan herbal atau asupan makanan sebagai metode paling aman untuk mendapatkan kembali tingkat nutrisi. Zat besi dan vitamin B12 dapat ditemukan di berbagai sayuran berdaun hijau, kacang-kacangan, sereal membantu memperbaiki kekurangan tersebut. Ikan, daging merah, hati, atau telur adalah sumber vitamin yang kaya, begitu juga produk susu, termasuk susu, keju, dan yogurt. 

Anda juga harus mengonsumsi kacang-kacangan, kacang polong, buncis, sayuran berdaun hijau, atau biji-bijian utuh seperti oatmeal untuk memastikan kecukupan zat besi dalam makanan. Ini adalah sumber zat besi nonheme yang sangat baik dan berasal dari sumber tanaman.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus