Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Kaitan Gangguan Irama Jantung dan Stroke

Menurut pakar, angka kejadian stroke iskemik pada pasien dengan gangguan irama jantung lebih tinggi lima kali lipat. Simak penjelasannya.

1 Oktober 2021 | 09.23 WIB

Ilustrasi stroke. bbc.com
Perbesar
Ilustrasi stroke. bbc.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Spesialis saraf Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI), Rakhmad Hidayat, mengatakan, penyebab gangguan irama jantung antara lain faktor genetik, sinyal elektrik jantung tidak normal, dan perubahan jaringan jantung normal. Menurutnya, angka kejadian stroke iskemik pada pasien aritmia lebih tinggi lima kali lipat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hubungan aritmia dan stroke diawali adanya gangguan kontraksi jantung sehingga membuat aliran darah menjadi tertahan. Aliran darah yang tertahan akan membentuk gumpalan (tromboemboli) yang dapat terbawa ke otak, menyumbat pembuluh darah di otak dan akhirnya menyebabkan stroke.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Stroke juga dapat memicu terjadinya aritmia. Rakhmad mengatakan kerusakan pada jaringan otak mempengaruhi sistem saraf autonom pada tubuh yang mengatur irama dan laju jantung. Kematian sel otak juga dapat merangsang respons peradangan umum tubuh yang memicu aritmia.

"Aritmia ditemukan lebih banyak pada stroke yang melibatkan otak sisi kanan dan area insula pada otak," tutur Rakhmad.

Ada sejumlah cara untuk membantu pasien artimia terhindar dari stroke, antara lain gaya hidup sehat seperti tidak merokok, menghindari minuman beralkohol, makanan yang berlemak dan mengandung natrium tinggi. Mereka juga disarankan melakukan olahraga rutin, mengontrol tekanan darah dan gula darah, menjaga berat badan agar ideal, serta rutin meminum obat yang diresepkan oleh dokter.

Beberapa obat yang mungkin diresepkan dapat termasuk untuk memperbaiki irama dan laju jantung, misalnya obat laju jantung, irama jantung (digoksin), atau obat yang mencegah penggumpalan darah, yaitu pengencer darah (aspirin atau warfarin).

Spesialis jantung dan pembuluh darah RSUI, dr. Hermawan, Sp.JP(K)-FIHA, mengatakan pasien dengan riwayat penyakit kardiovaskular, khususnya stroke iskemik (thrombo-embolic stroke), membutuhkan pemantauan irama jantung secara berkesinambungan. Namun, irama ini seringkali tidak terdeteksi melalui pemeriksaan sesaat atau bahkan dengan modalitas yang ada saat ini karena memiliki keterbatasan waktu rekam, harga yang mahal, serta tindakan yang invasif.

Oleh karena itu, pemantauan kesehatan jarak jauh atau tele-health monitoring menggunakan alat yang terpasang (handheld device) berbasis Internet of Things (IoT) dikatakan dapat menjadi alternatif melawan keterbatasan ini.

"Mungkin dapat menjadi alternatif jangka panjang yang tidak terbatas dalam mendeteksi adanya gangguan irama jantung seperti fibrilasi atrium yang telah diketahui meningkatkan risiko stroke iskemik hingga empat kali lipat," tutur Hermawan.

Tidak hanya itu, pemanfaatan tele-health monitoring juga bisa diterapkan pada atlet dengan latihan fisik berat. Kondisi tersebut berhubungan dengan risiko terjadinya serangan jantung serta gangguan irama jantung mendadak dan berbahaya sehingga dapat menyebabkan kematian.

Menurut Hermawan, di era pandemi COVID-19 dan kemajuan teknologi saat ini telemedisin menjadi suatu keniscayaan. Fasilitas ini meningkatkan ketepatan dan kecepatan proses diagnosis dan konsultasi medis dan fasilitas kesehatan lain pada area di mana terdapat kekurangan tenaga kesehatan dengan kualifikasi khusus. Meski demikian, dia menegaskan fasilitas itu tidak bertujuan untuk menggantikan praktik klinik yang sudah ada melainkan untuk membantu pasien melakukan deteksi dini, meningkatkan kewaspadaan, memantau kesehatan dan pengobatan secara mandiri, serta membantu dokter dalam memberikan keputusan klinis terbaik untuk tindakan yang lebih lanjut.

"Telemedisin dan tele-health monitoring tidak boleh menjadi modalitas tunggal yang diandalkan dalam pengambilan keputusan klinis penting," tutur Hermawan.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus