Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Kelenjar Gondok dan Kecerdasan Anak

29 Agustus 1999 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

font face=arial size=-1>

JANGAN remehkan kelenjar gondok. Lebih-lebih bagi wanita yang sedang mengandung, yang sebaiknya rutin memeriksakan kelenjar gondok (thyroid)-nya ke dokter. Sebuah penelitian membuktikan bahwa kurangnya hormon kelenjar gondok (thyroid deficiency) pada ibu hamil, kelak, bisa mempengaruhi tingkat kecerdasan anak-anak yang dilahirkan. Demikian menurut studi yang dipublikasikan New England Journal of Medicine, yang dikutip Reuters Health, pertengahan Agustus silam.

Riset tersebut dilakukan Dr. James E. Haddow dari Foundation for Blood Research, di Scarborough, Maine, Jerman. Haddow dan kawan-kawannya meneliti sampel darah lebih dari 25 ribu wanita yang hamil selama kurun Januari 1987-Maret 1990. Hasilnya menunjukkan, pada anak-anak berusia 7-9 tahun yang lahir dari ibu-ibu yang kekurangan hormon tiroid, skor kecerdasannya turun tujuh angka. Skor itu diukur menggunakan Wechsler Intelligence Scale for Children.

Dalam laporan penelitian itu disebutkan pula bahwa pada 12 pekan pertama masa kehamilan, yakni sebelum kelenjar gondok janin aktif, ibu merupakan sumber utama hormon tiroid. Hormon ini memainkan peran yang sangat penting dalam pembentukan otak janin.

Untuk mencegah kekurangan hormon tiroid, para wanita bisa mengatasinya dengan mengonsumsi garam beryodium. Menurut situs kesehatan Mayo Health Clinic, yodium juga terdapat pada air dan makanan olahan seperti roti, produk dari susu (diary product), serta makanan hasil laut (seafood). Jadi, para ibu, selagi hamil, berakrab-akrablah dengan ikan, udang, kerang, kepiting, dan teman-temannya.


Vitamin E untuk Penderita Diabetes

PENDERITA kencing manis sering mengidap penyakit mata yang disebut diabetic retinopathy. Ini penyakit keturunan yang dapat mengakibatkan penderita kehilangan daya penglihatan dan aliran darah dalam retinanya menurun. Untuk mengatasinya, para peneliti di Massachusetts, Amerika Serikat, mencoba memberikan vitamin E dalam dosis besar selama empat bulan kepada penderita.

Percobaan itu dilakukan oleh Dr. George L. King dan koleganya di Joslin Diabetes Center, Boston, Amerika. Hasilnya ternyata positif: aliran darah pada retina dapat meningkat dan fungsi ginjal kembali normal. Kepada Reuters Health, King menuturkan, "Vitamin E sangat potensial untuk merawat gangguan mata akibat diabetes dan fungsi ginjal." Walaupun demikian, King mengakui, karena keterbatasan waktu riset dan jumlah pasien, ia belum membuat kesimpulan yang pasti.

Dr. Sushil K. Jain dari Louisiana State University Medical School punya pendapat lain. Setelah melakukan observasi, ia mengetahui bahwa dosis vitamin E yang diterapkan pada riset tersebut ternyata 60 kali lebih besar ketimbang dosis yang direkomendasikan untuk konsumsi harian. Dan hingga sekarang, belum diketahui efek apa yang mungkin timbul akibat dosis yang berlebih itu. Karena itu, Jain memperingatkan bahwa rekomendasi untuk memanfaatkan vitamin E dosis tinggi kepada pasien diabetes masih terlalu dini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum