Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Kembang, Sendratari Dan Dokter Anak

Kongres kesehatan anak se-asia ke-2 yang semula akan diselenggarakan di hongkong, dibuka di jakarta. indonesia mengemukakan naskah tentang penyakit rye, gejala penyakit radang otak.

14 Agustus 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TAK ada pertemuan para dokter yang begitu bertuah seperti Kongres Kesehatan Anak se-Asia ke-II 3 Agustus yang lalu di Jakarta. Presiden Soeharto datang sendiri ke Balai Sidang Senayan untuk mengucapkan kata-kata pembukaan dan memalu gong tanda dibukanya kongres yang dihadiri sekitar 400 utusan dari luar negeri. Nyonya Tien Soeharto dan Wakil Presiden Sultan Hamengkubuwono -- meskipun tak mengucapkan pidato -- hadir juga di sana dan berkenalan dengan para peserta. Hanya separo tempat duduk balai sidang itu terisi, namun pembukaan hari itu tetap memberikan kesan besar-besaran. Di tengah-tengah ruangan sekuntum kembang teratai kuncup setinggi tiga meter dibangun, sebagai lambang dari thema kongres: Tumbuh Kembang di Asia Tenggara. Kongres ini semula akan diselenggarakan di Hongkong, tetapi kota koloni itu ternyata mengundurkan diri, karena kesibukan dokter dan kurangnya persiapan. Indonesia menyanggupkan diri untuk mengambil-alih tugas tersebut dan panitia begitu hebatnya hingga dapat mengumpulkan uang sebanyak Rp 80 juta. Menurut panitia 40% dari jumlah itu datang dari pemerintah, sedangkan sisanya sumbangan dari perusahaan swasta dan yang terkumpul dari kalangan dokter sendiri. Sendratari Hari itu selain dari Presiden ada pula pidato dari Menteri Kesehatan Siwabessy, Sekjen Ikatan Ahli Kesehatan Anak Internasional, Stapleton dan dari AH Markum, Ketua Paniia Kongres. Sehabis pidato-pidato dipilihkan pula sebuah acara hiburan yang dibuat "berisi", yaitu sebuah sendratari yang dimainkan oleh grup Rudy Wowor, yang menggambarkan masa anak dikandung, besar dan menjadi dewasa. Ketika kuntum bunga menguak dan meloncatlah seorang anak perempuan, Nyonya Tien Soeharto diminta turun ke panggung untuk menebarkan beras kunyit ke arah kuntum bunga yang jadi mekar itu..."Sebagai tanda ikatan yang tak putus-putusnya antara seorang ibu dengan anaknya", kata pembawa acara. Setelah pembukaan di Balai Sidang,kegiatan kongres tumpah ke Hotel Indonesia. Bali Room yang sewanya sehari sekitar Rp 750.000 menjadi pusat pertemuan untuk membicarakan naskah-naskah ilmiah yang masuk dari berbagai negara. Indonesia mengemukakan naskah yang cukup aktuil, yaitu gejala penyakit Rye, satu gejala penyakit yang ditemukan sarjana Australia Rye, berupa gejala penyakit seperti radang otak dan panas kejang. Kelompok dokter dari RS Sumber Waras telah melaporkan beberapa kasus yang mereka temukan di rumahsakit tersebut tahun 1975 di Bangkok. Namun kali ini gejala-gejala penyakit itu mereka bicarakan lagi dengan tambahan kasus. Meskipun begitu, laporan kelompok Sumber Waras yang tempohari di Bangkok itu sama sekali ditolak oleh Prof dr Sutejo, Kepala Bagian Penyakit Anak RSCM/FKUI. Dalam sebuah konperensi pers, sebelum kongres dibuka, dia mengatakan laporan Sumber Waras itu "tidak ilmiah, karena salah satu syarat, yaitu pemeriksaan Glutamic Acid tidak mereka lakukan". (Namun dr Hansa Wulur dari kelompok Sumber Waras di lain kesempatan dengan menyodorkan beberapa tulisan dari luarnegeri menjawab dengan tegas: "Pemeriksaan Glutamic acid hanya bersifat anjuran belaka, bukan patokan yang harus diikuti. Tetapi bagaimana pun kami akan melakukan pemeriksaan ke arah itu. Kami kesukaran dalam memasukkan alat pemeriksaan cairan otak tersebut"). Walaupun rupanya masih ada perkara antar-dokter yang semacam itu,Kongres Kesehatan Anak Asia Ke-II di HI itu sungguh meriah. Ruangan lobby disunglap menjadi tempat kesibukan sekretariat. Di pintu masuk Bali Room ada pameran kesehatan anak dan berdampingan dengan ruangan itu ada pula pasar oleh-oleh -- mulai dari batik, keramik sampai ke tanaman bonsai.Pendeknya, para dokter anak bertemu, dan perdagangan jalan terus.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus