Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) meminta seluruh jemaah haji Indonesia mewaspadai Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV). Virus ini menjadi perhatian khusus bagi jemaah haji, karena berkumpulnya jutaan orang dari berbagai belahan dunia dalam waktu yang relatif singkat menjadi potensi penyebaran penyakit. Telah terjadi tiga kasus di Arab saudi hingga jelang musim haji tahun ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dikutip dari laman Kemenkes, virus ini diketahui pertama kali menyerang manusia di Yordania pada April 2012. Namun, kasus yang pertama kali dilaporkan adalah kasus yang muncul di Arab Saudi pada September 2012.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sampai saat ini, semua kasus MERS dikaitkan dengan perjalanan ke atau tinggal di negara-negara di sekitar Semenanjung Arab. Ini adalah penyakit yang menginfeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh suatu subtipe baru dari virus corona yang belum pernah ditemukan menginfeksi manusia sebelumnya.
Bagaimana penularan MERS-CoV
Virus MERS menyebar dari sekresi saluran pernafasan (droplet). Akan tetapi mekanisme penyebaran virus secara tepat belum diketahui dengan pasti. Penularan infeksi MERS dari manusia ke manusia terutama terjadi di layanan kesehatan. Sedangkan, penularan infeksi MERS dari hewan ke manusia masih belum diketahui. Namun hingga saat ini unta cenderung menjadi reservoir utama penyebab penyakit MERS dan sumber hewan infeksi pada manusia.
Penularan dari hewan ke manusia: MERS-CoV ditularkan dari hewan ke manusia melalui kontak langsung atau tidak langsung dengan unta dromedaris yang terinfeksi di beberapa negara Timur Tengah, Afrika, dan Asia Selatan.
Penularan dari manusia ke manusia: Virus ini dapat menular antar manusia secara terbatas, dan tidak terdapat transmisi penularan antar manusia yang berkelanjutan. Kemungkinan penularannya dapat melalui percikan dahak (droplet) pada saat pasien batu atau bersin. Selain itu, ini juga bisa menular melalui kontak dengan benda yang terkontaminasi virus
Sebanyak 80 persen kasus konfirmasi yang dilaporkan di Arab Saudi diakibatkan dari kontak langsung dan tidak langsung dengan unta dromedaris yang terinfeksi di fasilitas pelayanan kesehatan. Sedangkan kasus yang teridentifikasi di luar Timur Tengah umumnya adalah individu yang terinfeksi di Timur Tengah dan kemudian melakukan perjalanan ke daerah di luar wilayah tersebut.
Apa saja gejala MERS-CoV?
Masa inkubasi MERS (waktu antara saat seseorang terinfeksi MERS hingga timbul gejala) biasanya sekitar 5 atau 6 hari, namun bisa berkisar antara 2 sampai 14 hari. Gejala klinis dari penyakit MERS dapat berupa asimtomatik (tanpa gejala), gejala pernapasan ringan, gejala pernapasan akut hingga kematian.
Namun, sebagian besar kasus konfirmasi MERS mengalami sindrom saluran pernapasan akut yang berat dengan gejala awal yang paling sering ditemukan, yaitu demam, batuk, dan sesak napas. Beberapa kasus juga mengalami gejala gastrointestinal seperti diare dan mual/muntah.
Mayoritas kasus MERS disertai komplikasi yang parah, seperti pneumoni dan gagal ginjal. Sekitar 35 persen kasus yang dilaporkan terinfeksi MERS telah meninggal. Sebagian besar kasus meninggal karena kondisi medis yang sudah ada sebelumnya (komorbid) seperti ginjal, kanker, penyakit paru-paru kronis, hipertensi, penyakit jantung, dan diabetes, serta karena sistem kekebalan yang lemah, dan orang yang berusia tua. Sedangkan, beberapa kasus yang terinfeksi memiliki gejala ringan (seperti flu) atau tanpa gejala dapat sembuh.
Risiko terkena MERS-CoV
Dikutip dari laman kemkes.go.id, penyakit MERS-CoV yang parah dapat menyebabkan gagal napas yang memerlukan ventilasi mekanis dan perawatan intensif di unit perawatan intensif. Orang lanjut usia, individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, dan penderita penyakit kronis seperti penyakit ginjal, kanker, penyakit paru-paru kronis, dan diabetes tampaknya berisiko lebih tinggi terhadap penyakit yang parah.
Sebelum informasi lebih lanjut tentang MERS-CoV tersedia, orang-orang dengan kondisi seperti diabetes, gagal ginjal, penyakit paru-paru kronis, dan sistem kekebalan tubuh yang lemah dianggap berisiko tinggi terhadap penyakit yang parah akibat infeksi MERS-CoV. Oleh karena itu, mereka disarankan untuk menghindari kontak dengan unta, konsumsi susu unta mentah atau urin unta, dan makan daging unta yang belum dimasak dengan benar.
Orang yang dicurigai terinfeksi MERS-CoV harus masuk ke dalam ruang perawatan isolasi selama munculnya gejala hingga 24 jam setelah gejala hilang. Tidak ada vaksin atau pengobatan antiviral yang spesifik bagi penderita MERS-CoV
Pada umumnya penderita hanya mendapatkan pengobatan yang bersifat suportif berdasarkan gejala yang dialami pasien. Pada kasus yang parah, pengobatan juga termasuk untuk pemulihan fungsi organ-organ vital. Pada penderita anak dan ibu hamil harus dilakukan suportif awal dan pemantauan pasien