Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Ngabila Salama, mengimbau warga Jakarta untuk memakai masker seiring penemuan kasus infeksi mycoplasma pneumoniae.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia mengatakan bakteri mycoplasma pneumoniae atau walking pneumonia menjadi penyebab infeksi saluran napas yang sudah sering ditemukan, bukan hal baru. Bakteri ini dapat menular melalui droplet dari percikan dahak, batuk, dan kontak erat serta lama dengan orang yang terinfeksi.
Mycoplasma pneumoniae berbeda dengan pneumonia umum. Dilansir dari mountsinai.org, pneumonia umum meradang atau membengkak jaringan paru-paru karena infeksi kuman. Pneumonia adalah infeksi yang mengobarkan kantung udara di salah satu atau kedua paru-paru.
Kantung udara dapat terisi cairan atau nanah yang menyebabkan batuk dengan dahak atau nanah, demam, menggigil, dan kesulitan bernapas. Berbagai organisme, termasuk bakteri, virus, dan jamur dapat menyebabkan pneumonia, seperti mayoclinic.org.
Sementara itu, mycoplasma pneumoniae adalah pneumonia yang berasal dari bakteri mycoplasma. Bakteri mycoplasma pneumoniae adalah salah satu paling terkenal dari semua patogen manusia dan ada lebih dari 200 bakteri yang berbeda spesies.
Sebagian orang dengan infeksi pernapasan yang disebabkan oleh bakteri mycoplasma tidak mengembangkan pneumonia. Sebab, mycoplasma pneumoniae dikenal sebagai pneumonia atipikal.
Mycoplasma pneumoniae menyebar dengan cepat melalui kontak dengan cairan pernapasan di daerah ramai, seperti sekolah, kampus, panti jompo, dan tempat umum lain. Saat seseorang batuk atau bersin, kelembaban yang mengandung bakteri pneumonia mycoplasma dilepaskan ke udara.
Lalu, orang lain di sekitarnya dapat dengan mudah menghirup bakteri tersebut. Saat berada di dalam tubuh, bakteri dapat menempel pada jaringan paru-paru dan berkembang secara keseluruhan sampai menjadi infeksi.
Dilansir dari Healthline, sekitar 7-20 persen dari kasus mycoplasma pneumoniae di masyarakat tanpa penanganan rumah sakit terjadi sebagai akibat dari infeksi mikroorganisme bakteri atipikal.
Dari jumlah tersebut, virus ini menyebabkan infeksi paling banyak hanya sekitar 10 persen orang yang benar-benar akan mengembangkan pneumonia. Namun, selain pneumonia, bakteri ini juga dapat menyebabkan trakeobronkitis (dingin dada), sakit tenggorokan, dan infeksi telinga.
Menurut Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, Maxi Rein Rondonuwu, kasus mycoplasma pneumoniae di Indonesia sudah terdeteksi menyerang enam orang.
Dari seluruh kasus tersebut, virus ini ditemukan pada anak-anak berusia 3-12 tahun. Akibatnya, bagi orangtua yang anaknya sakit dan sudah diobati secara mandiri, tetapi tidak kunjung membaik dalam 2-3 hari, segera dibawa ke dokter agar dapat diobati lebih baik.
Selain itu, orang tua diimbau untuk melengkapi imunisasi rutin pada anak-anak. “Ada 15 imunisasi gratis dari pemerintah dari anak sampai dewasa, vaksin dosis 1 sampai 4 untuk Covid-19 usia 18 tahun keatas,” ucap Ngabila pada Rabu, 6 Desember 2023.
Jika terpapar mycoplasma pneumoniae, pastikan untuk menggunakan antibiotik dengan bijak atau sesuai resep dokter. Sebab, bakteri mycoplasma pneumoniae rentan mengenai seorang dengan resistensi antibiotik, yaitu ketika bakteri dan virus sudah kebal antibiotik. Hal itu mempersulit penyembuhan.
ADVIST KHOIRUNIKMAH | ADE RIDWAN YANDWIPUTRA
Pilihan Editor: Bantah Mycoplasma Pneumoniae dari Cina, Epidemiolog: Tiap Negara Ada
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini