Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Seiring perkembangan zaman, bahasa gaul berkembang sangat luas dikalangan anak muda. Perkembangan ini ditandai dengan munculnya istilah kiasan dengan arti tertentu. Beberapa di antaranya diambil dari bahasa Inggris seperti yang beken belakangan yakni FOMO, YOLO, dan FOPO.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bisa dibilang, ketiga istilah ini terdengar akbrab bagi anak muda atau gen Z dan generasi milenial. Lantas apa sih sebenarnya FOMO, YOLO, dan FOPO?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
FOMO (Fear of Missing Out)
Istilah ini digunakan untuk mendeskripsikan rasa takut merasa tertinggal karena tidak mengikuti aktivitas tertentu. Seorang yang merasa FOMO biasanya memiliki rasa cemas dan takut yang muncul di dalam diri seseorang akibat ketertinggalannya terhadap segala sesuatu yang baru.
Sesuatu baru yang dimaksud disini bisa berupa berita, tren, aktivitas, dan kegiatan lainnya. Dilansir dari laman Yankes.kemkes.go.id, rasa takut ketinggalan in mengacu pada persepsi bahwa orang lain bersenang-senang, menjalani kehidupan yang lebih baik, atau mengalami hal-hal yang lebih baik.
Dalam hal ini, media sosial memerankan peranan yang sangat vital sebagai penyebab umum terjadinya orang mengalami FOMO. Seseorang dapat dengan mudah menerima berbagai informasi dan melihat kegiatan orang-orang di luar sana. Hal ini memungkinkan munculnya perasaan cemas sehingga seseorang cenderung membandingkan kehidupannya dengan orang lain yang terlihat lebih bahagia dan menyenangkan.
YOLO (You Only Live Once)
Istilah yang satu ini digunakan untuk menggambarkan orang yang memanfaatkan setiap kesempatan demi menikmati hidup. Merujuk pada fakta bahwa “kamu hanya hidup sekali” membuat bahasa gaul yang satu ini menjadi tren yang tak terhindarkan dikalangan Gen Z dan milenial.
Tren tentang YOLO ini banyak diikuti dan dilakukan oleh kalangan anak muda, guna memotivasi orang lain bahwa dalam hidup yang hanya sekali ini jangan pernah kita menyia-nyiakannya. Dibandingkan dengan FOMO, munculnya istilah YOLO ini umumnya lebih memunculkan dapat positif.
YOLO mendorong seseorang untuk menikmati hidup tanpa memikirkan pendapat orang lain. Namun, apabila YOLO diterapkan secara berlebihan juga dapat memberikan dampak negatif. Hal ini dikarenakan penerapan YOLO secara berlebihan mengindikasikan seseorang tidak memiliki kontrol atas apa-apa saja yang memang perlu diperhatikan dan diperjuangkan dalam hidup.
FOPO (Fear of Other People’s Opinions)
Akronim FOPO ini biasanya digunakan untuk menjelaskan kondisi di mana seseorang merasa ketakutan terhadap apa yang orang lain pikirkan ketika ia mengatakan atau melakukan sesuatu.
Mengutip dari Decoholic.org, meskipun jika dilihat perasaan takut ini terkesan familiar dan normal-normal saja, namun hal ini dapat menimbulkan efek yang merugikan bagi kebanyakan orang. Bayangkan betapa sulitnya hidup Anda, jika Anda terlalu menahan diri untuk tidak melakukan sesuatu hanya karena Anda takut dengan apa yang orang lain pikirkan tentang Anda. Ini juga akan membatasi dunia Anda pada gagasan orang lain tentang apa yang seharusnya dilakukan.
Pilihan Editor: FOMO Pemicu Orang Terjebak Budaya Konsumtif