Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sebagian orang tengah dilanda demam gantungan kunci berwujud boneka monster dengan gigi tajam. Segala sesuatu terkait Labubu, gantungan boneka karya seniman asal Hong Kong, Kasing Lung, menjadi viral setelah personel grup K-pop, Lisa Blackpink, mempopulerkannya lewat media sosial. Seketika banyak warganet yang memburu gantungan boneka itu dan menciptakan situasi dan perilaku yang nyaris tidak masuk akal lagi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Fenomena memiliki sesuatu yang sedang viral di masyarakat menurut Ketua Umum Relawan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Indonesia, Fajar Eri Dianto, disebabkan fear of missing out (FOMO). FOMO merupakan ketakutan tertinggal momen di ranah daring, juga termasuk kekhawatiran tidak dapat memanfaatkan kesempatan terbaik dalam pergaulan dan aktivitas di media sosial dan sekitarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Fenomena tersebut dapat berdampak negatif karena baik individu maupun kelompok harus mengikuti tuntutan lingkungan sosial sekali pun bukan prioritas, bahkan cenderung keterpaksaan. Karena itu, Fajar mengingatkan agar warganet tidak terjebak budaya konsumtif di ranah daring sebagai akibat adanya kecenderungan ketergantungan pemenuhan keinginan bersifat nonprimer. Pasalnya, orang yang FOMO cenderung akan terus-menerus merasa perlu untuk terlibat dalam segala hal supaya tidak kehilangan momen atau peluang penting sehingga dapat mendorong masyarakat bergaya hidup hedonisme alias bersenang-senang tanpa batas.
Dampak ke kesehatan mental
Pemanfaatan berlebihan teknologi digital dapat berdampak negatif pada kesehatan mental. Media sosial muncul sebagai salah satu sumber stres yang berkontribusi pada peningkatan gangguan kecemasan di kalangan penggunanya. Kehadiran teknologi digital dan media sosial sering memicu tekanan tambahan dalam kehidupan, khususnya remaja.
Informasi yang terus-menerus datang dengan cepat, tuntutan terhubung secara daring, serta perbandingan sosial dapat menyebabkan stres yang signifikan. Selain dapat membanjiri pengguna dengan terlalu banyak informasi dan membuat diri merasa ketinggalan, media sosial juga membuat pengguna lebih rentan menghadapi penipu yang bisa mengeksploitasi informasi pribadi untuk mendapatkan keuntungan.
Salah satu pemicu FOMO adalah penggunaan gawai tanpa kenal waktu untuk kepentingan berselancar di media sosial melalui berbagai platform yang menampilkan fitur-fitur yang mendukung untuk update video dan foto pada unggahan pengguna. Dampak terhadap kesehatan mental akibat pemakaian gawai berlebihan memicu perasaan cemas, kecewa yang berujung membanding-bandingkan kehidupan dengan orang lain yang terlihat lebih menyenangkan atau bahagia.
Remaja sering kali terpapar jumlah informasi yang luar biasa besar setiap hari. Memproses informasi yang terus-menerus dapat menyebabkan kelelahan mental dan kesulitan dalam mengatur prioritas. Psikolog klinis lulusan Universitas Indonesia, Kasandra Putranto, mengingatkan seluruh lapisan masyarakat pentingnya menjaga kesehatan mental.
“No health without mental health. Kesehatan mental merupakan bagian integral dari kesehatan yang berdasarkan semboyan terkini diyakini tidak ada kesehatan tanpa kesehatan mental,” ujar Kasandra.
Kesehatan mental akan mempengaruhi kemampuan kolektif dan individu untuk berpikir, mengeluarkan emosi, berinteraksi satu sama lain, mencari nafkah, dan menikmati hidup. Atas dasar ini Badan Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan promosi, perlindungan, dan pemulihan kesehatan mental dapat dianggap sebagai perhatian penting bagi individu, komunitas, dan masyarakat di seluruh dunia.