Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Ketukan Pengusir Fobia

SEFT adalah cara yang dipercaya mampu menghilangkan berbagai fobia dan penyakit psikis lain secara cepat dan sederhana. Tapi, kritik tetap ada.

21 Mei 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Fatimah duduk pasrah. Ahmad Faiz Zainuddin mengetukngetukkan ringan dua jarinya pada ubunubun perempuan 37 tahun itu. Kemudian ketukan jari telunjuk dan tengah Faiz berpindah ke alis mata, di bawah kelopak mata, di bawah hidung, pada pergelangan ta­ngan, dan beberapa titik lainnya.

Sekitar 10 menit kemudian, setelah proses ketukan usai, lagu cadas Livin’ on A Prayernya Bon Jovi diputar keraskeras. Belum lagi separuh lagu, Fatimah mendadak berdiri. Wajahnya berseriseri. ”Terima kasih, terima kasih,” kata­nya. Ya, ibu dua anak ini telah terbebas dari fobia akan suara keras. Tepuk ta­ngan pun menggema dari sekitar 300an orang yang hadir di sebuah ruang pertemuan di Hotel Menara Peninsula, Jakarta Barat, dua pekan lalu.

Fatimah pantas bersyukur. Fobia terhadap suara keras sudah menghantuinya sejak dia berusia 9 tahun. Setiap kali mendengar suara keras, seperti lagu yang disetel kencang, suara knalpot, kebising­an di tempattempat umum, tubuhnya ge­metaran, jantung berdegup kencang, napas tersengalsengal, wajahnya pucat,­ dan kulitnya dingin. Tapi dia tidak tahu apa penyebabnya. Dua hari setelah dike­tukketuk, kepada Tempo, Fatimah bercerita bahwa dia sudah bisa menikmati jalanjalan di mal.

Sri Mulyawati, 34 tahun, bernasib sama dengan Fatimah. Dalam hitungan menit setelah diketukketuk, fobianya terhadap kucing sirna. Sri kemudian berani meng­elus dan membopong kucing, bahkan menimangnimang seperti laiknya bayi.

Faiz bukan pesulap, bukan pula dukun. Jurus ketukan (tapping) menggunakan dua jarinya itu merupakan bagian dari metode SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) atau teknik pembebasan emosi. Ini adalah suatu cara terapi psikologi untuk menyembuhkan berbagai gangguan psikologis seperti stres, kecanduan, dan fobia. Cara kerjanya adalah dengan merasakan secara fokus—bukan menghindari—masalah yang ada, seperti fobia terhadap sesuatu. Lalu, secara simultan ketukanketukan dua jari dilakukan pada titiktitik seperti dalam akupunktur atau akupresur yang merupakan meridian tubuh (lihat infografik 18 Titik Tapping).

Logikanya, jika seseorang mendapat pengalaman negatif, akan timbul emosi negatif, yang nantinya akan ”merusak” tubuh. Nah, ujungujungnya, sistem ener­gi tubuh pun terganggu dan menjadi tidak seimbang. ”Dengan SEFT hanya­ bu­tuh beberapa menit untuk mengatasi­ berbagai masalah, misalnya fobia terha­dap musik yang keras atau kucing seperti tadi,” begitulah klaim Faiz, alumnus Fakultas Psikologi, Universitas Air­langga, Surabaya, ini.

Faiz merintis metode SEFT sejak ak­hir 2005. Mulanya, dia hanya berani me­nerapkannya di lingkungan terdekat, se­perti kawan dan keluarga. Namun, se­jak awal 2006, Faiz mulai mengadakan workshop. Di Jakarta, acara SEFT dila­kukan setiap bulan di Hotel Mena­ra Peninsula. Biaya pelatihan SEFT lumayan mahal, sekitar Rp 2,5 juta. Kini, ”murid” Faiz sudah lebih dari 5.000 orang yang tersebar di berbagai kota di Indonesia, juga di Malaysia dan Singapura. Tak sedikit dari mereka yang berprofesi sebagai dokter dan psikolog.

Dokter Setiawan, ahli bedah di Rumah Sakit St. Carolus, Jakarta, dan dokter Welly Tanjung, alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia, Jakarta, mempraktekkan terapi ini untuk mengusir berbagai keluhan diri sendi­ri dan orangorang terdekat. Psikolog Yuli Suliswidyawati, sekretaris Ikatan Psikologi Perkembangan Indonesia, Jawa Barat, malangmelintang menebar SEFT, sejak Agustus lalu. Dia mengklaim telah berhasil mengatasi beragam keluhan psikis dan fisik dari ratusan kliennya, seperti trauma, maag akut, gangguan belajar, autis, bahkan kelumpuhan.

SEFT sendiri bukan temuan Faiz. Cikal bakalnya adalah teknik pembebasan emosi (EFT) yang digagas Gary Craig, terapis asal Amerika Serikat, pa­da pertengahan 1990an. Craig bukanlah seorang terapis atau psikolog. Dia berla­tar belakang insinyur. Namun, penyembuhan personal sudah menjadi pusat perhatiannya selama 30 tahun. Jika dilihat di internet, EFT sudah banyak dipraktekkan di Barat dan memiliki beberapa varian, mulai dari yang menyem­buhkan trauma kronis hingga khusus untuk pelangsingan tubuh.

Sedangkan Faiz mengenal EFT pada pertengahan 2005, saat mengikuti workshop di Singapura, yang menghadirkan Steve Wells, pakar EFT untuk mempe­roleh kinerja prima, asal Australia. Mulanya Faiz skeptis. Namun ketika fobia­nya terhadap gelap lenyap, dia pun per­caya keampuhan EFT. Faiz men­dalami­ ­metode EFT dari videovideo yang dikeluarkan Craig.

Nah, kemudian Faiz menambahkan­ unsur ”S” atau spiritual dalam EFT, yang berupa doa, keikhlasan, dan kepasrahan. Kandidat Master of Science, Universiti Teknologi Malaysia itu merujuk penelitian Larry Dossey, dokter dari Amerika Serikat, yang memasukkan pentingnya doa dan spiritualitas dalam pengobatan. Melalui buku Dossey, The Healing Words: The Power of Prayer and The Practice of Medicine, Faiz pun membangun SEFT.

Ada tiga unsur utama terapi SEFT. The step up alias doa kepasrahan, untuk memastikan agar aliran energi tubuh terarah dengan tepat. Fatimah misalnya, melafalkan, ”Walaupun saya geme­tar seperti mau mati kalau mendengar­ musik keras, saya ikhlas menerima masalah ini. Saya pasrahkan kesembuh­annya padaMu, ya Allah!”

Lalu, the tunein, yaitu memikirkan peristiwa atau sesuatu secara spesifik yang dapat membangkitkan emosi negatif, yang ingin dihilangkan. Bersamaan dengan itu, ketukanketukan ringan (tapping) di sejumlah titik meridian tubuh mulai dilakukan. ”Tak ada klenik atau supranatural di sini,” kata Faiz yang mengklaim angka keberhasilan SEFT mencapai 8095 persen.

Sedikit yang gagal itu an­tara lain di­alami Gita Ginandjar. Pria 35 tahun yang kecanduan rokok sejak kelas tiga sekolah dasar ini ingin sekali berhenti merokok, tapi Faiz gagal menanganinya. Malam itu, sudah tiga putaran terapi dilakukan, eh, tetap saja bau rokok terasa sedap baginya. Faiz mengatakan, kegagalan bisa disebabkan berbagai faktor, seperti klien atau terapis tidak khusyuk, ikhlas dan pasrah, atau masalah intinya belum ditemukan.

Metode ini juga tak bebas kritik. EFT disebut sebagai pseudoscienti­fic atau ilmu semu, karena kurangnya akurasi, buktibukti peneliti­an, dan terlalu gencarnya unsur promosi melalui internet. Psikolog senior Sarlito Wirawan bahkan menyebut SEFT itu di luar psikologi. Sebab, dalil dan jargonjargonnya tak dikenal da­lam psikologi, seperti energi psikologi dan sampah emosi. ”Saya tak tahu itu teknik apa, tapi yang jelas, dalil dan jargonjargonnya bukan istilah psikologi,” katanya. Menurut dia, dalam psikologi, terapi dilakukan dengan kaidahkaidah baku, misalnya observasi, wa­wancara, dan tes. Bukan ketukanketukan.…

Dwi Wiyana

18 Titik Tapping

*Keterangan: Tapping tidak harus dilakukan berurutan; bisa secara acak asal pada semua titik, dan boleh dilakukan pada sisi sebelah kiri atau kanan, atau duaduanya.

Baby Finger (BF) Di jari kelingking di samping luar bagian bawah kuku, di bagian yang menghadap ibu jari.

Karate Chop (KC) Di samping telapak tangan, bagian yang digunakan untuk mematahkan balok saat karate

Ring Finger (RF) Jari manis di samping luar bagian bawah kuku, di bagian yang menghadap ibu jari

Gamut Spot (GS) Di bagian antara perpanjangan tulang

Outside of Hand (OH) Di bagian luar tangan yang berbatasan dengan telapak tangan

Middle Finger (MF) Jari tengah samping luar bagian bawah kuku, di bagian yang menghadap ibu jari

Index Finger (IF) Jari telunjuk di samping luar bagian bawah kuku, di bagian yang menghadap ibu jari

Thumb (Th) Ibu jari di samping luar bagian bawah kuku

Inside of Hand (IH) Di bagian dalam tangan yang berbatasan dengan telapak tangan

Crown (Cr) Pada titik di bagian atas kepala atau ubunubun

Side of the Eye (SE) Di atas tulang di samping mata

Under the Eye (UE) 2 sentimeter di bawah kelopak mata

Under the Nose (UN) Tepat di bawah hidung

Eye Brow (EB) Pada titik permukaan alis mata

Chin (Ch) Di antara dagu dan bagian bawah bibir

Collar Bone (CB) Di ujung tempat bertemunya tulang dada, collar bone, dan tulang rusuk pertama

Under the Arm (UA) Di bawah ketiak, sejajar dengan puting susu (pria), atau tepat di bagian tengah tali bra (wanita)

Bellow Nipple (BN) di perbatasan antara tulang dada dan bagian bawah payudara

Sumber: Buku SEFT, Cara Tercepat dan Termudah Mengatasi Berbagai Masalah Fisik dan Emosi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus