Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Korban Bertambah Hewan Bertambah

Seminar mikrobiologi di Yogyakarta mengemukakan penelitian tentang perkembangan penyakit anjing gila di Indonesia. Selain melalui anjing, penularan dapat melalui kucing, kera, kambing, sapi dan kuda. (ksh)

6 Mei 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

RABIES atau penyakit anjing gila disebabkan oleh virus yang dengan bengis menyerang Susunan syaraf pusat. Semula, kuman penyakit tersebut hanya terdapat pada anjing. Tapi entah bagaimana hewan lain pun bisa menjadi sarang penyakit. Seperti kucing dan kera. Belakangan diketahui bahwa penyakit ini tidak hanya bisa ditularkan lewat binatang-binatang piaraan tadi. Tapi hewan yang menghasilkan keuntungan ekonomis pun, bisa jadi sumber penyakit. ~ Kepada manusia penyakit ini ditularkan lewat gigitan binatang yang sedang gila. Virus penyakit meresap ke dalam kulit dan secara perlahan-lahan merembeti syaraf. Masuk ke pusat syaraf di tulang-punggung, akhirnya dia menyerbu otak. Beberapa hari kemudian badan demam, otak kacau dan tubuh kejang. Penderita mungkin tak bisa minum, karena otot tenggorokan terkunci. Penyakit ini bisa membawa mati. Dunia sudah lama mengenal penyakit anjing gila. Malahan tahun 1885 Pasteur telah berhasil menemukan vaksin pencegahnya. Indonesia mengenal penyakit ini sejak 1889. Perluasan penyakit ini nampaknya agak mencemaskan. Selain korban yang bertambah, hewan piaraan, seperti kambing, sapi dan kuda sudah bisa pula menjadi sumber penyakit. Hal ini dikemukakan oleh tim ahli penyakit hewan Soehardjo Hardjosworo, Suratmo Partoatmodjo dan A. Amri Siregar (semuanya dari Bogor) dalam sebuah seminar mikrobiologi yang berlangsung awal April yang lalu, di Yogyakarta. Dari penelitian yang mereka adakan di Banda Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, Jakarta, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara dan Lampung, antara 1972-1976 tercatat rata-rata 8930 gigitan pada manusia oleh hewan penderita atau tersangka berpenyakit rabies. Alhasil dalam sebulan 744 orang yang kena gigit atau Z4 orang saban hari. Menurut catatan mereka untuk ke-9 daerah tersebut ada peningkatan angka yang cukup tajam. Dari 3000 gigitan sebelum tahun 1970 menjadi sekitar 8000 per tahun sejak 1973. "Dalam tiga tahun terakhir, tiap 10 hari terdapat seorang meninggal karena rabies. Lalu, untuk 15 propinsi selama periode 1972-1976 hewan yang mati karena rabies rata-rata 395 ekor tiap tahun, atau 32,9 ekor tiap bulan. Atau lebih dari satu ekor tiap hari," kata mereka bertiga. Daerah-daerah rabies juga melebar. Daerah-daerah yang dulunya bebas, ternyata juga terjangkit. Hingga tahun 1975 praktis yang bebas anjing gila hanya Bali, NTB, NTT, Maluku dan Irian Jaya. Buat trio peneliti tadi serangan rabies di Kalimantan Timur tahun 1974 amat menarik untuk diamati. Karena dari peristiwa tersebut terbukti bahwa sekalipun daerahnya dipisahkan laut dari pulau yang pernah terserang dan jadi sarang penyakit, ternyata mendapat bagian juga. Sementara hewan yang diserang bertambah Kambing, sapi dan kuda ikut kena anjing gila. Gatal Mulut Dari penelitian mereka bertahun-tahun itu, Soehardjo Hardjosworo berkesimpulan bahwa rabies tidak hanya sel~edar persoalan kesehatan, tapi pun menyangkut ekonomi. Ongkos produksi peternakan menjadi mahal karena ditimpa ongkos pengobatan dan perawatan. Daerah Yogyakarta sendiri, sebagai tuan rumah seminar yang menyangkut penyakit anjing gila itu, sudah lama bebas. Lebih dari 15 tahun tak terdengar orang yang panas-kejang karena serangan anjing gila. Hewan yang berpenya~kit rabies memang pernah ditemukan. Itupun sudah 14 tahun yang silam. Tapi tak berarti tak ada hewan yang gatal mulut. Apakah dia itu bernama anjing, kucing maupun kera. Sebab menurut dr Soetrisno, kepala kantor pencegahan dan pemberantasan penyakit menular di Yogya, tahun 1976 ada 101 gigitan hewan terhadap orang. Tahun 1977, meningkat jadi 142. Tapi dokter itu masih bisa bangga karena yang mengig~it ternyata tak gila. Menghadapi penyakit anjing gila ini para penjabat kesehatan menganjurkan kepada masyarakat untuk segera melapor ke rumah sakit atau puskesmas begitu ada yang kena gigit. Sedangkan terhadap hewan yang menggigit, kalau pun memang belum berhasil dibuktikan ~gila, ada baiknya supaya diberi vaksin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus