RABIES atau penyakit anjing gila disebabkan oleh virus yang
dengan bengis menyerang Susunan syaraf pusat. Semula, kuman
penyakit tersebut hanya terdapat pada anjing. Tapi entah
bagaimana hewan lain pun bisa menjadi sarang penyakit. Seperti
kucing dan kera. Belakangan diketahui bahwa penyakit ini
tidak hanya bisa ditularkan lewat binatang-binatang piaraan
tadi. Tapi hewan yang menghasilkan keuntungan ekonomis pun,
bisa jadi sumber penyakit.
~ Kepada manusia penyakit ini ditularkan lewat gigitan binatang
yang sedang gila. Virus penyakit meresap ke dalam kulit dan
secara perlahan-lahan merembeti syaraf. Masuk ke pusat syaraf
di tulang-punggung, akhirnya dia menyerbu otak. Beberapa hari
kemudian badan demam, otak kacau dan tubuh kejang. Penderita
mungkin tak bisa minum, karena otot tenggorokan terkunci.
Penyakit ini bisa membawa mati.
Dunia sudah lama mengenal penyakit anjing gila. Malahan tahun
1885 Pasteur telah berhasil menemukan vaksin pencegahnya.
Indonesia mengenal penyakit ini sejak 1889. Perluasan penyakit
ini nampaknya agak mencemaskan. Selain korban yang bertambah,
hewan piaraan, seperti kambing, sapi dan kuda sudah bisa pula
menjadi sumber penyakit. Hal ini dikemukakan oleh tim ahli
penyakit hewan Soehardjo Hardjosworo, Suratmo Partoatmodjo
dan A. Amri Siregar (semuanya dari Bogor) dalam sebuah seminar
mikrobiologi yang berlangsung awal April yang lalu, di Yogyakarta.
Dari penelitian yang mereka adakan di Banda Aceh, Sumatera
Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Kalimantan Timur,
Jakarta, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara dan Lampung, antara
1972-1976 tercatat rata-rata 8930 gigitan pada manusia oleh
hewan penderita atau tersangka berpenyakit rabies. Alhasil dalam
sebulan 744 orang yang kena gigit atau Z4 orang saban hari.
Menurut catatan mereka untuk ke-9 daerah tersebut ada peningkatan
angka yang cukup tajam. Dari 3000 gigitan sebelum tahun 1970
menjadi sekitar 8000 per tahun sejak 1973.
"Dalam tiga tahun terakhir, tiap 10 hari terdapat seorang
meninggal karena rabies. Lalu, untuk 15 propinsi selama
periode 1972-1976 hewan yang mati karena rabies rata-rata
395 ekor tiap tahun, atau 32,9 ekor tiap bulan. Atau lebih
dari satu ekor tiap hari," kata mereka bertiga.
Daerah-daerah rabies juga melebar. Daerah-daerah yang
dulunya bebas, ternyata juga terjangkit. Hingga tahun 1975
praktis yang bebas anjing gila hanya Bali, NTB, NTT, Maluku
dan Irian Jaya.
Buat trio peneliti tadi serangan rabies di Kalimantan
Timur tahun 1974 amat menarik untuk diamati. Karena dari
peristiwa tersebut terbukti bahwa sekalipun daerahnya
dipisahkan laut dari pulau yang pernah terserang dan jadi
sarang penyakit, ternyata mendapat bagian juga. Sementara
hewan yang diserang bertambah Kambing, sapi dan kuda ikut
kena anjing gila.
Gatal Mulut
Dari penelitian mereka bertahun-tahun itu, Soehardjo
Hardjosworo berkesimpulan bahwa rabies tidak hanya sel~edar
persoalan kesehatan, tapi pun menyangkut ekonomi. Ongkos
produksi peternakan menjadi mahal karena ditimpa ongkos
pengobatan dan perawatan.
Daerah Yogyakarta sendiri, sebagai tuan rumah seminar yang
menyangkut penyakit anjing gila itu, sudah lama bebas. Lebih
dari 15 tahun tak terdengar orang yang panas-kejang karena
serangan anjing gila. Hewan yang berpenya~kit rabies memang
pernah ditemukan. Itupun sudah 14 tahun yang silam. Tapi tak
berarti tak ada hewan yang gatal mulut. Apakah dia itu
bernama anjing, kucing maupun kera. Sebab menurut
dr Soetrisno, kepala kantor pencegahan dan pemberantasan
penyakit menular di Yogya, tahun 1976 ada 101 gigitan hewan
terhadap orang. Tahun 1977, meningkat jadi 142. Tapi dokter
itu masih bisa bangga karena yang mengig~it ternyata tak gila.
Menghadapi penyakit anjing gila ini para penjabat kesehatan
menganjurkan kepada masyarakat untuk segera melapor ke rumah
sakit atau puskesmas begitu ada yang kena gigit. Sedangkan
terhadap hewan yang menggigit, kalau pun memang belum berhasil
dibuktikan ~gila, ada baiknya supaya diberi vaksin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini