SUDAH~~ banyak yang datang ke P~asar Seni (Ancol, Jakarta) sejak
perdagangan seni itu dilokalisir 28 Pebruari 1975. Dulu
tempatnya di belakang Teater Mobil dengan gubuk-gubuk yang
sederhana sekali. Sekarang sejak 17 Desember menempati areal
4 Ha dengan bangunan-bangunan baru yang berharga Rp 370 juta.
Letaknya sudah dekat dengan pintu masuk.
Ide pasar seni digagas oleh Suluh Dumadi (36 tahun) -- melihat
seniman-seniman Bandung dan Jakarta punya kebiasaan menjual
barang secara musiman saja. "Lalu saya mikir, seniman itu
potensiil," kata Dumadi. Ia main tanya kiri-kanan, lalu mendapat
jawaban. Bahwa kebutuhan sebuah pasar memang nyata. Agaknya
seniman tidak perlu berbohong lagi bahwa mereka juga pedagang
biasa, seperti juga pedagang sayur, buah atau barang kelontong.
Mereka perlu mendapat tempat untuk kontak dengan pembeli.
Seniman-senimah besar jangan marah lho -- sebab anda juga
jualan, kan?
Festival Ngamen
Hanya berbeda dengan pasar yang lain, Pasar Seni mungkin salah
satu kompleks paling bersih di Indonesia. Bangunan-bangunannya
bergaya. Seniman-seniman di situ bisa dihubungi 24 jam nonstop.
Tukang sapu setiap kali mondar-mandir untuk mempertahankan
kestabilan kebersihan. Fungsinya, di samping tempat untuk
berjualan, juga untuk rekreasi dan pameran. Di sana sering ada
pertunjukan musik, drama, film karton atau perlombaan. Main
corat-coret tidak dilarang, tapi disediai sebuah tempat khusus.
Sehingga tidak mengganggu kestabilan kompleks itu sebagai taman.
Jumlah pengunjung Pasar Seni cukup menggembirakan. Tahun 1976
8,7 juta. Tahun berikutnya naik sampai 8,9 juta. Dapat
dipastikan para pengunjung tahun ini, dengan kompleks yang lebih
parlente -- kalau tidak bisa dikatakan mewah -- akan menanjak
terus. Sayang sekali pemasukannya masih belum ada. Dumadi
menganggapnya masih bersifat sosial. Seniman-seniman Bandung,
Yogya, Cirebon dan Jakarta yang bercokol di situ, masih menyewa
kios-kios dengan harga sangat enteng. Tak heran kalau pemasukan
hanya sekitar Rp 2 juta seminggu. Sementara biaya listrik saja
sudah mencapai Rp 3,5 juta -- seminggu.
Tiap orang di situ menyewa tempat seluas 12¬ mÿFD, dengan harga
Rp 350 satu hari. Sudah diperlengkapi dengan listrik. Banyak
di antaranya pelukis muda dari Yogya. Gaya lukisan mereka,
kalau tidak batik, adalah "gaya Pasar Seni". Yakni lukisan
ilustratif di atas kertas buffalo. Ada juga pelukis potret
yang siap melukis setiap pengunjung dalam tempo 1 jam. Salah
seorang dapat pula menggunting kertas hitam dengan mahirnya
meniru profil setiap pengunjung.
Barang kerajinan mendapat tempat leluasa juga di pasar ini. Para
pengrajin, dalam satu kios kadangkala 3 kali ganti orang --
dalam 1 bulan. Sebab mereka kan harus kembali ke sanggar mereka
untuk menerima pesanan para konsumen. Beberapa buah kios yang
agak besar, dengan sewa yang lain, kelihatan permanen. Sementara
yang non-se~ni -- seperti teh botol, tahu, sate, roti d~an makanan
lain -- ikut juga menjadi warga negara situ. Kalau tidak
berhati-hati mungkin sekali pasar seni kelak bisa berubah
menjadi semacam taman hiburan biasa.
Sebagai pasar, kompleks ini masih belum komersiil. Banyak orang
datang tapi paling hanya lihat-lihat, pegang-pegang, nawar-nawar,
lalu makan dan pergi. Ini salah satu sebabnya, kenapa diadakan
pancingan berbagai macam atraksi. Pada hari minggu misalnya,
diadakan apa saja yang bisa menggembirakan. Sedang sejak 22 April
yang lalu dicoba pula mengadakan apa yang dinamakan 'Festival
Ngamen'. Kegiatan tersebut berakhir 30 April.
Tak kurang dari Emil Salim, Jenderal Surono, Tjokropranolo,
Ruslan Abdul Gani, Prof. Muchtar Kusumaatmadja sempat menjenguk
festival tersebut. Ada 30 buah grup ngamen yang bertanding:
separuhnya profesional, sebagian lagi ba~u dibentuk dengan
spontan karena ada festival. Jenisnya macam-macam. Keroncong,
kecapi suling, siteran Jawa, dangdut, dan kuda lumping. Acara
ini ternyata berhasil juga mengundang banyak penonton. Yang
dinilai adalah: mutu aransemen, kekompakan, penampilan kostum,
dan gaya. "Ini bakal dijadikan kalender acara Dinas
Pariwisata," kata Dumadi. Bagus ya?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini