Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Kuwu, sebuah legenda

Ada tempat keramat di daerah petani garam, kuwu, purwodadi. ada letupan lumpur di kawah yang konon di bawahnya ada terowongan yang tembus ke pantai selatan. pernah akan dirubah sebagai tempat rekreasi. (sd)

31 Maret 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TIDAK semua penduduk Kuwu miskin. Di danau lumpur itu ada corang berada bernama Kartodipuro. Tetapi dia bukan petani garam. Dia hidup di antara petani garam sebagai "juru kunci" sebuah tempat keramat. Tempat itu banyak dikunjungi orang yang minta berkat dari Embah Dukun Den Ayu Ngainah. Bekas-bekas tusuk sate dan ayam panggang santapan para pengunjung bagai menyindir hidup para petani Kuwu yang miskin. Mereka yang merasa mendapat berkat tidak pernah lupa mengirim sesaji atau menadakan selamatan. Kalau tidak kambing, paling sedikit ayam yang dipotong. Dan tentu saja Kartodipuro selalu ketampiasan. Alangkah baiknya kalau semua penduduk Kuwu adalah juru kunci. Agak mengherankan juga kalau orang luar boleh minta berkat supaya kaya, orang Kuwu sendiri tidak. Rupanya jalan untuk kaya bagi penduduk kelurahan ini memang bukan berdoa, tetapi bekerja. Tempat keramat tersebut berupa sebuah menara kayu. Menurut Jurukunci, bangunan iN didirikan 1920 saat Ratu Juliana berkunjung ke sana untuk melihat-lihat pemandangan. Tahun 1916, raja Surakarta Hadiningrausuhunan Paku Buwana ke X pernah juga berkunjung ke Kuwu. Tapi setelah itu ia meninggal. Kata orang karena kunjungannya itu. "Dulu garam Kuwu ini hanya untuk kerabat keraton Sala saja," kata sang jurukunci. Rekreasi Adanya letupan lumpur di Kuwu sampai sekarang belum pernah diselidiki secara ilmiah. Sementara rakyat hanya memanfaatkannya sebagai sumber pembuatan uyah bleng (garam bleng karena bunyi letupan bleng). Ada legende yang menjelaskan letupan yang misterius itu. Konon ada terowongan di bawah daerah Kuwu yang tembus sampai ke pantai selatan. Setiap kali ombak menghantam pantai, maka tenaganya menerbitkan letupan di Kuwu. Legende ini juga belum pernah diselidiki adakah memang punya data-data yang bisa diperhitungkan. Begitu pula belum ada usaha untuk memanfaatkan ledakan lumpur Kuwu untuk proyek lain. Pernah ada usaha untuk mengorbitkannya sebagai tempat rekreasi. UnNk itu para petani itu sudah diundang kerja bakti. Ratusan penduduk dan anak-anak SD mengangkut batu kali setiap hari untuk membuat fondasi kolam renang, lapangan olahraga dan sebagainya. Tapi kemudian gagal total karena modalnya hanya dengkul. Lalu para para petani itu berhenti bermimpi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus