Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Semakin berkembangnya internet dan teknologi, belanja merupakan salah satu kegiatan penting yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Namun di luar kebutuhan pokok, sering orang-orang kesulitan untuk menahan godaan dari tawaran atau promosi dan berakhir menggunakan uangnya untuk membeli barang-barang yang tidak penting.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Karena itu, penting untuk mempertimbangkan bahwa pembelian impulsif lebih merupakan akibat dari kurangnya kontrol emosional yang dipicu oleh konflik batin daripada sekadar jingle catchy di toko atau iklan promosi yang mencolok di internet. Lalu, bagaimana mengatasinya?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir dari Forbes, Anda perlu mengidentifikasi masalah dan memiliki keberanian untuk menahan dorongan melakukan pembelian impulsif yang bisa dilakukan dengan menerapkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Hindari media sosial dan belanja online
Media sosial kini berperan sebagai etalase belanja daring yang memperlihatkan berbagai produk yang dianggap dapat meningkatkan kebahagiaan dan kualitas hidup. Namun aktivitas menggulir tanpa berpikir ini sering mendorong individu untuk melakukan pembelian impulsif yang tidak diperlukan.
Selain itu, media sosial juga menjadi tempat berkembangnya penipuan belanja daring. Panduan Pencegahan Penipuan 2024 dari ExpressVPN menyoroti banyaknya toko palsu dan penipu yang menggunakan konten menyesatkan untuk memancing konsumen mengklik tautan berbahaya atau memberikan informasi pribadi.
Meski sulit untuk sepenuhnya melepaskan diri dari media sosial, langkah sederhana seperti berhenti mengikuti influencer, menghapus akun yang tidak sejalan dengan tujuan keuangan, atau menutup langganan belanja daring dapat membantu mengurangi pengaruh eksternal secara bertahap.
2. Jangan Campur Keputusan Belanja dengan Stres
Setiap orang punya cara sendiri untuk menghadapi stres, yang bisa berasal dari pekerjaan, keluarga, kesehatan, atau keuangan. Meski banyak yang tahu, belanja sebagai terapi bukan solusi yang baik saat stres. Penelitian menunjukkan stres dan ketidakamanan finansial bisa memicu belanja panik atau impulsif.
Saat stres, kita sering mencari cara cepat untuk merasa lebih baik, tetapi belanja bisa menjadi solusi yang mahal dan merusak keuangan. Sebagai gantinya, cobalah cara lain seperti makan makanan sehat, berolahraga, tidur cukup, atau bermeditasi. Anda juga bisa menulis jurnal atau merekam diri sendiri untuk mengurangi stres.
3. Perhatikan Kebiasaan Belanja
Untuk mengatasi belanja impulsif, penting untuk memahami kebiasaan belanja Anda dan apa yang memicunya. Sering kali keputusan belanja dipengaruhi oleh tekanan sosial atau rasa takut kehilangan promosi.
Luangkan waktu untuk memikirkan apa yang mendorong Anda belanja secara impulsif dan bagaimana cara menghindarinya di masa depan. Dengan berpikir lebih sadar, Anda bisa menentukan apakah barang yang ingin dibeli benar-benar diperlukan atau hanya karena tekanan untuk membeli dengan cepat.
4. Kelola Ekspektasi
Membeli barang baru, seperti komputer atau pakaian, bisa menyenangkan. Namun kadang kita kecewa karena barang yang kita beli tidak sesuai harapan. Perasaan kecewa ini wajar dan terkadang membuat kita menyesal. Untuk menghindari kekecewaan, kelola ekspektasi dengan cara membaca ulasan produk, bergabung di forum komunitas, atau menonton video ulasan. Dengan begitu, Anda bisa membuat keputusan belanja yang lebih baik dan menghindari penyesalan.
5. Tetapkan Aturan Pengeluaran yang Jelas
Memiliki aturan dalam mengelola keuangan mungkin terasa kurang menyenangkan, namun hal ini sangat penting untuk mengontrol pengeluaran dan menghindari pembelian impulsif. Dengan menetapkan aturan dasar, baik untuk diri sendiri maupun rumah tangga, Anda dapat mengelola uang dengan lebih efektif dan merencanakan pengeluaran dengan lebih strategis.
Contoh aturan yang bisa diterapkan meliputi menetapkan tujuan tabungan atau membuka rekening khusus untuk tabungan. Pendapatan bebas sebaiknya digunakan untuk kebutuhan besar seperti membayar uang muka rumah atau berlibur ke luar negeri. Pastikan aturan-aturan ini sesuai dengan anggaran bulanan dan kebutuhan finansial Anda.
6. Diskusikan Keputusan Pembelian dengan Orang Lain
Mengajak orang lain untuk berdiskusi mengenai keputusan pembelian dapat memberikan perspektif baru yang mungkin tidak Anda pikirkan sebelumnya. Dengan berdiskusi, Anda akan mendapatkan waktu untuk merenung dan memikirkan kembali apakah pembelian tersebut benar-benar diperlukan, sehingga dapat mengurangi dorongan untuk berbelanja secara impulsif.
Memahami alasan di balik keinginan berbelanja impulsif serta mengambil langkah-langkah untuk mengatasinya dapat membantu Anda mengelola keuangan dengan lebih baik, mengurangi pengeluaran yang tidak perlu, dan menyisakan lebih banyak uang pada akhir bulan.
7. Pertimbangan Akhir
Pembelian impulsif sering dipicu oleh rangsangan eksternal yang kita temui sehari-hari. Namun keputusan tersebut juga erat kaitannya dengan kebiasaan dan kondisi psikologis kita. Dengan memahami sumber rangsangan tersebut dan menerapkan langkah-langkah yang tepat, kita dapat secara bertahap meningkatkan pengelolaan keuangan pribadi, mengurangi pengeluaran yang tidak diperlukan, dan menyimpan lebih banyak uang di akhir periode gajian.
Ni Made Sukmasari berkontribusi dalam penulisan artikel ini.