Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Macan yang ompong

Ramang, eks pemain pssi yang populer pada thn 1950-an dan pernah dijatuhi skorsing karena kasus suap kini sibuk jadi pelatih. rumah tangganya agak terganggu karena profesinya.

7 Oktober 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

COBA lihat, mana ada pemain sepakbola kita yang berasal dari keluarga kaya," kata Yacob Sihasale di Surabaya. Pernyataan ini dikukuhkan oleh sejarah hidup macan bola dari Ujungpandang yang memulai kariernya dengan menendang buah jeruk sebagai bola. Ramang yang ditebas dari sejarah PSSI karena persoalan "suap" atau dengan nama yang lebih manis "hadiah", menyeruak dari masyarakat lata sebagai pahlawan sepakbola nasional pada tahun 50-an. Ia pernah dibanggakan oleh semua orang Indonesia yang suka pada bola. Sedikit yang tahu bahwa pada mulanya ia hidup sebagai kenek truk yang menjelajahi Sulawesi Selatan. Pada tahun 1940-an sesudah melewati masa main bola dengan memakai bola tenis atau buntalan kain, Ramang memperkuat bon sarru di Sulawesi Selatan. Tahun 1945 ia pindah ke Ujungpandang sambil membawa becak. Sambil hidup dengan mendayung becak, ia tetap main bola. Tahun 1947 ia dipanggil Persis (Persatuan Sepakbola Induk Sulawesi). Dari klub itu ia meloncat ke bon Makassar (MVB yang sekarang bernama PSM). Prestasinya menanjak dalam penampilan PON III -1953. Sejak itu ia mulai memperkuat PSSI. Akan tetapi di tahun 1960, sesudah namanya sempat melangit ia dijatuhi skorsing. Dituduh makan suap. Dalam kompetisi PSSI, PSM gagal menjadi juara 3 kali, padahal Ramang sedang berada dalam kondisi puncak. Tahun 1962 ia dipanggil kembali, tapi pamornya sudah berkurang. Pada tahun 1968, dalam usia 40 tahun, Ramang bermain untuk terakhir kalinya membela panji-panji PSM di Medan, yang berakhir dengan kekalahan. Mungkin Sinting Karena sibuk dengan bola, rumah tangga Ramang memang terganggu. "Tapi mau bagaimana, biar saja, kita susah, kita sendiri yang tanggung," ujarnya. "Karena sibulc bermain bola, terpaksa profesi saya menarik beca saya tinggalkan," katanya menambahkan. Cobaan pada rumah tangganya datang bertubi-tubi, untung ia masih bisa ditampung bekerja di jawatan PU. "Namun apapun yang terjadi, coba kalau isteri saya tidak teguh iman, mungkin sinting, kata macan bola itu. Ramang tidak pernah cidera. Ia seorang pemain yang lihai. "Kalau saya mau dimakan oleh lawan, saya pura-pura takut," kisahnya, "tapi begitu ia lengah saya hantam dengan halus, saya tidak pernah cidera tapi orang yang cidera lantaran saya sudah banyak." Tapi bagaimana dengan kariernya yang cidera karena suap? Ramang tetap membantah itu sebagai suap. Ia menamakannya "hadiah ". sahkan ia balik menuduh bahwa tuduhan itu hanya sentimen. "Saya minta keadilan, tapi tidak ada," kata Ramang. "Saya telah menunjukkan orangnya yang memberikan hadiah, ternyata tidak pernah ditanyakan kepadanya benar atau tidak. Hadiah itu diberikan setelah pertandingan melawan Persidja setelah kita menang ! " Ramang bagai macan yang sudah ompong. Tapi dasar darahnya darah bola yang diwarisinya dari bapaknya "Nyo'lo" seorang pengawal pribadi Raja Barru yang pintar "sepak raga", ia tetap hidup di lapangan. Salah seorang anaknya -- Anwar Ramang - bermain untuk PSM. Ia sendiri sibuk jadi pelatih. Pada masa menjalani skorsing ia sudah sibuk membina pemain-pemain muda termasuk Anwar Ramang dan Ronny Patty. Dari mana ia mendapat biaya untuk membina pemain itu? Jawab Ramang, dari "hadiah" (suap) yang pernah diterimanya. Lalu berkata "Nah hasilnya kan bukan untuk saya saja!"

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus