A: Menteri Daoed Joesoef mau memperbaharui sistim pendidikan.
Niat Pemerintah itu harus kita tanggapi dengan positip.
B: Setuju. Hanya soalnya: apa itu mungkin. Sebab, bila beliau
konsekwen, boleh jadi lebih dari 75% guru-dosen-profesor harus
diganti atau ditempatkan dalam posisi lain dari yang sekarang
mereka duduki. Kan soalnya sekarang bukan lagi cuma mengganti
kurikulum 6+3+3 menjadi x+y+z tambah taman-kanak-kanak dsb.
Namanya lalu bukan pembaharuan, tetapi hanya variasi bahkan mode
dari satu jenis metode yang lama dari negara sudah maju atau
malahan kolonial.
C: Ah, kitapun ingin maju. Dan semua dan segala kan harus
bertahap nanti. Mosok mau dirombak dalam sekali gebragan.
D: Musti! Harus dengan sekali gebragan. Mau tambal-sulam lagi
dan mengulur-ulur waktu sampai kapan? Orang sakit kalau sudah
parah, mau apa lagi, harus dioperasi.
C: Hati-hati mas! Dibedah malahan kangker bisa pindah lebih
gawat. Lagi, apa yang disebut pendidikanpun sebetulnya kita
belum tahu persis.
A: Nggak usyah ya persis-persisan. Kita sudah ketinggalan lebih
dari satu abad. Mosok masih mau seminar bertele-tele tentang
definisi pendidikan. Ibu dari anak-anakku belum pernah tahu
definisi pendidikan, tetapi toh anak-anaknya terdidik baik. Akal
sehat yang penting.
D: Nah, justru itu yang sulit, siapa yang punya? Dan jangan
disamakan dong, mendidik tiga anak dan mendidik 130 juta orang.
Termasuk yang dewasa. Kan caranya orang mati dengan baik perlu
dididik juga. Banyak orang belum tahu itu. Tetapi kembali pada
soalnya. mengolah air bersuhu 13øC dan 130øC juga sudah lain,
walaupun sama-sama air. Maka saya pingin tahu sungguh, ini yang
dimaksud nanti cuma variasi lain, ataukah memang benar-benar
baru. Pendidikan a la Republik atau variasi baru Mataram-Hindia
Belanda?
A: Tidak ada satupun di dunia yang benar-benar baru. Dan rugi
segalanya mau serba orisinil mulai dari titik nol. Kita bisa
belajar banyak dad pengalaman-pengalaman luar negeri.
C: Indonesia bukan luar negeri mas. Akhirnyalah kita harus
mencari sendid sistim yang sebaik-baiknya untuk bangsa
Indonesia.
D: Nanti dulu. Bangsa Indonesia yang mana? Yang riil dikit deh.
Jangan semuanya mau diabstrak-abstrakkan sampai berkabut dan
kabur. Bangsa Indonesia yang naik Mercy dan beruntung dari
kerjabakti pelebaran jalan atau yang naik sepeda/jalan kaki yang
diperintah kerabakti itu?
C: Ah, itu-itu lagi. Membosankan. Kita bicara tentang
pendidikan. Bukan jurang kaya-miskin dan macam itu yang sudah
basa-basi. Itu sudah banyak diseminarkan dan hasilnya nol besar.
Marilah saudara-saudari, jangan emosi.
B: Soal pendidikan memangnya selalu soal emosi. Sebab itu
menyangkut soal anak dan kebahagiaan pribadi. Maka saya sangsi,
apakah ada pemerintah manapun di dunia ini di zaman sckarang
bisa memperbaharui pendidikan. Semua pemerintah dan negara di
seluruh bumi ini selalu ketinggalan zaman. Proses memperbaharuan
pun masih aduhai lama sekali: cetusan ide, perumusan,
dikabinetkan, diDPR kan, dirumuskan lagi, dimusyawarahkan lagi,
diDPRkan lagi, diamandemen, diUUkan dijabarkan dalam SK,
dilabor, dievaluasi, difidbek, direvaluasi dan wahai, baru saja
dilaksanakan akhirnya, dunia sudah maju sepuluh tahun lagi.
D: Selain itu, ingat: bukan Negara melainkan orang-tualah yang
primer berwajib dan berhak menentukan pendidikan anak-anak
mereka masing-masing.
C: Justru karena itulah! Karena pendapat orang tua 1001 macam
dan banyak tak mampu, maka Negaralah yang mewakili mereka.
B: Uah, itu jalan gagasan yang begitu logis, sampai saya sangsi
apa betul sehat. Sebab jalan kehidupan biasanya tidak logis
murni.
D: Logis tidak logis, yang penting apakah pembaharuan nanti
berbeda, apa kira-kira akan sama dengan perbaikan-perbaikan yang
juga pasti akan dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda atau
Jepang, andai kata mereka masih berkuasa di sini. Sebab yang
dibutuhkan bukan perubahan bentuk, melainkan hakekat sistim
pendidikan dan pengajaran.
B: Belanda atau Jepang atau Indonesia, yang penting ialah
strategi ini: Bukan mendidik generasi muda demi pembangunan,
melainkan pembangunan, termasuk pembangunan sistim pendidikan,
demi generasi muda. Suatu sistim yang memperhatikan dunia mereka
dan hari depan mereka, dan yang akan diolah sendiri oleh
generasi muda itu. Baru di sinilah orang melihat, apa sistimnya
benar-benar baru, atau hanya variasi saja dari tradisi
barangkali sejuta tahun peradaban manusia.
C: Ah, itu kan sastra New Left. Jangan semua diukur dari jurang
kaya-miskin, gap generasi tua generasi muda. Selain menjemukan,
cara pengukuran itu pada dasarnya adalah Marxis
historis-materialistis. Manusia bukan cuma homo economicus saja,
tetapi bomo faber, homo religiosus dan homohomo lain.
D: Saya ikhlas disebut materialistis daripada hanya menjadi homo
religosus tetapi tidak mengambil serius masalah-masalah
keterbelakangan kaum miskin, beserta konsekwensi-konsekwensinya.
Khususnya dalam hal pendidikan. Tentang materialisme, maaf,
akhir-akhirnyalah toh materi itupun diciptakan Tuhan, bukan!
A: Saudara-saudari, yang kita butuhkan bukan filsafat, tetapi
problem-solving soal pendidikan ini. Jujur: sayapun ada1
produk sistim sekolah dan dulu memang mendewakan peran sekolah.
Tetapi dari pengalaman sehari-hari yang semakin "begini" ini,
saya sungguh sangsi, apakah lembaga sekolah formil tepat untuk
pendidikan suatu bangsa 130 juta dengan ketinggalan-zaman sekian
lama dalam sekian bidang itu. Harus diciptakan bentuk-bentuk
lain.
C: Jangan bermimpi. Bentuk-bentuk lain itupun toh lama-kelamaan
akan berkembang menjadi sekolah formil juga. Dengan ujian dan
ijazah dan sebagainya.
D: Itu tergantung mas! Tergantung kreativitas dan mekanisme
sosial yang kita ciptakan. Susahnya ahli-ahli kita ini hampir
semua sekolah di dan dari Barat. Maaf jangan marah, tetapi
lama-lama kita toh harus berani belajar dari RRC.
A: Waspada! Waspada! Kita bukan negara komunis, sahabat!
D: Musuh-musuh kita bahkan sering guru yang baik. Untuk manusia
yang arif dan tidak minder. Jujur, saya tidak punya musuh.
Tetapi seandainya saya punya musuh yang tangguh, saya pasti akan
belajar dari dia tentang keburukannya dan kebaikannya, tentang
kelemahannya dan kekuatannya. Saya tidak menganjurkan jiplakan
sistim komunis. Tetapi dalam penanganan masalah keterbelakangan
secara massal yang menyangkut lebih dari 100 juta rakyat, Lenin
dan Mao sangat provokatip bagaikan batu cadas yang keras. Bagus
untuk mengasah pisau analisa kita. Saya tidak menawarkan batu
cadas selaku pisau. Jangan salah paham. Hanya sebagai batu
pengasah.
C: Tetapi anda lupa, bahwa sistim pendidikan dan sistim
sosio-politis itu perkara tunggal, tak terpisahkan.
D: Nah, kalau begitu sistim pendidikan akhirnya toh pada
hakekatnya adalah pertanyaan sistim politik riil. Atau lebih
jelas: masalah kekuasaan dan partisipasi pengarahan, ke mana
manusia mau dibawa.
A: Mari kawan-kawan, kita berdialog tidak untuk omong TENTANG
pendidikan, tetapi untuk MENGUBAH sistim pendidikan yang sudah
lapuk.
B: Saya ingin yang praktis saja. Saya usul: dalam alokasi
anggaran biaya negara nanti. sektor sekolah formil harap sangat
dibelakangkan. SEMENTARA dianaktirikan dulu, walaupun anak-tiri
tidak perlu kelaparan. Yang didahulukan, sekali lagi sementara,
adalah pendidikan-EMANSlPASI kesadaran MASSA. Termasuk informasi
tentang akar-akar sebab-musabab, mengapa dalam struktur dunia
dan masyarakat seperti sekarang ini mereka semakin miskin dan
semakin bodoh.
D: Termasuk pembinaan politik, kalau begitu.
B: Melalui segala aparatur media massa yang sudah bisa kita
tangani, radio, TV, koran, majalah, kursus-kursus tertulis yang
diakui pemerintah sederajad dengan sekolah fonnil
bengkel-bengkel pembinaan. Harus ada lomba sistim pengajaran
yang eksperimentil, sehingga massa tergairah, bukan oleh ijazah,
tetapi oleh prestasi riil. Anggaran biaya untuk riset dan labor
pendidikan harus dilipatkan. Orang-orang seperti Pak Kasur
misalnya yang bukan "apa-apa", dengan sistim penghargaan serba
baru harus disamaderajadkan dengan para ahli, diberi gelar
doctor buah-hasil causa dan tidak hanya honoris (kehormatan)
causa. Perfeksionisme bermutu internasional SEMENTARA dikalahkan
dulu demi wahana-wahana baru yang tertuju pada
kebutuhan-kebutuhan dasar dari massa yang 130 juta ini, sehingga
dapat dikatakan: seluruh masyarakat adalah sekolah dan dinilai
sebagai sekolah resmi diakui negeri dan diberi suasana reward
and punishment yang serba baru. Masyarakat harus dibanjiri
buku-buku yang murah dan film-film yang benar-benar mencerdaskan
dan meluaskan cakrawala si anak atau si nenek secara massal.
D: Tetapi itu berarti, pola periklanan konsumtip dan liberalisme
faktuil negara kita harus diubah kembali menjadi pola perjuangan
dan pengorbanan diri demi yang miskin dan lemah. Berarti juga
penggempuran inflasi feodalisme dan bapakisme dan klikisme dsb.
Apa mungkin?
B: Harus mungkin. Yang tidak bersekolah formil pun akan boleh
ikut ujian dan mendapat pernilaian sama dan adil dengan mereka
yang bersekolah formil. Dengan begitu sekolah formil akan
direlatipkan daya-tariknya dan para siswa bukan lagi murid dari
suatu gedung dan bangku khusus di jalan sana dari jam tujuh
sampai jam satu atau jam lain. tetapi ia adalah murid dari
masyarakat dan lingkungan kerja serta lingkungan perhatian
hatinya.
C: Itu teknis sulit dikerjakan. Mbok ya sudah, daripada mencoba
yang belum kita kenal, teruskan saja yang sudah ada. Disebut
tambal-sulam biarin deh. Toh bangsa kita ini ahli dalam
tambal-sulam opelet misalnya.
A: Memang, pembaharuan sungguh-sungguh membutuhkan poitical
will dan political leadership yang tidak hanya harus sangat
kuat, tetapi bermental lain sama sekali.
D: Apakah kita tidak perlu bertanya juga kepada anakanak kita
yang akan menjadi obyek, maaf, subyek pembaharuan pendidikan?
C: Ah, anak-anak! Yang bener dong kalau usul. Tahu apa mereka.
Dan lagi, bagaimana cara menanyakannya?
D: Eh, siapa tahu .....
B: Tidak ada yang tahu. Di seluruh dunia tidak ada satu ahli
atau negara satupun yang tahu, bagaimana mendidik gencrasi muda
untuk menghadapi dunia generasi muda demi masa kini dan hari
depan generasi muda. Semua sedang coba-coba dan dalam status
coba-coba, semua orang dan pandangan sama-sama sah dan berwibawa
pada prinsipnya.
A: Dan di antara yang coba-coba itu ada seorang yang bernama
Daoed Joesoef. Karena itu, mari saudara-saudari, niat
pembaharuan beliau yang mewakili pemerintah kita sambut dengan
positip.
B: Setuju. Hanya soalnya: apa itu mungkin? Sebab ..... dst, dst.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini