Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buku

Arjuna bin yudhistira

Pengarang: yudhistira ardi noegraha jakarta: cypress, 1977 resensi oleh: bambang bujono. (bk)

7 Oktober 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ARJUNA MENCARI CINTA Pengarang: Yudhistira Ardi Noegraha Cetakan: Kedua, Nopember 1977 Penerbit: Cypress, Jakarta BERITANYA jatuh cinta kepada semua gadis," begitu keberatan H.B. Jassin terhadap novel ini. Tapi tokoh novel ini namanya memang Arjuna. Dan Arjuna, dalam dunia pewayangan, dikenal sebagai tokoh mata keranjang, sakti, disayang para dewata. Arjuna, dalam tokoh novel ini, tak mau menyimpang dari "leluhur"nya itu. Ia mata keranjang, selalu unggul di antara teman-temannya. Cuma dia ini dibenci oleh para orangtua -- terutama para orangtua gadis-gadis. Bagaimana para orangtua itu tidak membencinya, kalau Arjuna suka nyelonong begitu saja masuk rumah, memperkenalkan diri sebagai kawan sekolah dan pacar anak mereka? Dan cewek-cewek itu memang tak berdaya. Mereka menurut -- bahkan mendambakan -- dijadikan pacar Arjuna, untuk kemudian merana karena Arjuna ternyata sudah punya pacar baru. Tapi Arjuna memang cerdas, pintar di sekolah, dan tak pernah gagal memasang jaring cinta. Kecuali dalam babak akhir buku ini. Arjuna hancur, ia kalah oleh ayahnya sendiri. Pergiwati, sekretaris ayahnya, yang didambakannya ternyata dipergokinya "sedang dipagut oleh papinya." Yudhis menulis novel ini tanpa maksud menggurui siapa pun --pelaku-pelakunya, ataupun pembaca. Ia hanya melukiskan suasana pergaulan remaja sekarang. Dan bahasanya memang hidup. Terutama lewat bahasanya itulah ia mampu memikat pembaca untuk terus membaca sampai selesai. Termenung Atau Muak Dan humor-humornya. Humor dalam buku ini jumlahnya memang banyak. Dari adegan yang lucu-lucu, dialog yang lucu-lucu sampai jalan pikiran pelakunya yang merangsang saraf tawa pembaca. Bukan berarti novel ini tanpa kesedihan dan air mata. Tapi novel yang ditulis dengan gaya karikatural ini tak memberi kesempatan pembacanya untuk termenung, atau muak -- reaksi yang biasanya timbul karena kegagalan pengarang memancing tawa atau air mata. Gaya karikatural Yudhis telah membuat kesedihan dan air mata juga menjadi pancingan ketawa. Misalnya, ketika Arjuna memberikan masing-masing sebuah amplop kepada Arimbi, Setyowati dan Anggraeni. Isi amplop tersebut ialah surat keputusan Arjuna bahwa ia memutuskan hubungan dengan ketiga cewek tersebut. Cuma saja tulisan Arjuna itu ditulis pada kertas segel. Kita memang masih bisa mengatakan kalau segalanya berlebihan dalam novel ini. Tapi tanpa merasa hal itu janggal. Novel ini memang sebuah karikatur kehidupan remaja masa kini. Satu lagi, ialah tentang nama-nama pelaku. Semuanya saja oleh Yudhis diberi nama wayang. Kecuali soal Arjuna, Palgunadi dan Anggraeni yang bercinta segitiga, meski nama-namanya nama wayang, jelas semuanya saja di luar pakem pewayangan. Apa pernah ada, baik dalam cerita wayang versi baru apalagi yang baku, Arimbi menjadi anak Burisrawa. Atau orangtua Kreshna ternyata bernama Duryudana. Dan masak, Arjuna ketagihan mencipok Pergiwati. Dalam pewayangan Arimbi adalah isteri Bima. Kreshna raja Dwarawati dan penasehat Pandawa dalam menghadapi Kurawa, dan Pergiwati itu adalah anak Arjuna. Toh nama-nama itu dalam novel Yudhis menjadi pas, menjadi klop dengan humor-humornya terutama, dan tentu juga klop dengan gaya karikaturalnya. Kita jadi menerima, bahwa segala sesuatunya cuma cerita saja. Tak berarti ia lepas dari kehidupan sesungguhnya. Ada terasa kritik pengarang: bagi. para orangtua yang suka sibuk sendiri dan membiarkan anak-anak mereka diasuh pembantu-pembantu. juga bagi para remaja yang keterlaluan kurangajarnya tapi tak berusaha agar punya arti dalam hidup ini. Bambang Bujono

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus