Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Polifagia kondisi lapar yang intensi, tapi tidak terpuaskan walaupun sudah banyak makan, dikutip dari Verywell Health. Dorongan ingin makan yang muncul tak sewajarnya yang menyebabkan makan berlebihan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penyebab umum polifagia, karena kebiasaan pola makan yang buruk, misalnya terlalu banyak asupan gula, karbohidrat, lemak. Contoh pola makan buruk salah satunya kebiasaan mengonsumsi makanan cepat saji. Konsumsi jenis makanan minim protein dan serat berakibat cepat kembali lapar.
Tentang polifagia
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mengutip Medical News Today, diabetes yang tidak terkontrol dan kadar gula darah yang tinggi meningkatkan nafsu makan yang intens. Jika banyak gula yang menumpuk di dalam darah membuat orang kehilangan energi yang seharusnya diterima. Polifagia bisa saja berkaitan dengan polidipsia pasien diabetes, kondisi ginjal yang banyak urine, karena sering haus.
Kemunculan polifagia juga menandakan gejala dari beberapa kondisi masalah kesehatan seperti diabetes. Ada gangguan metabolisme yang akan berpengaruh terhadap cara tubuh memproses dan menggunakan gula. Jika tak mendapat penanganan medis menyebabkan gula darah naik ke tingkat yang berbahaya. Itu menyebabkan kerusakan atau kegagalan organ.
Polifagia bisa terjadi karena dorongan stres atau depresi. Sebab, keduanya memicu hormon kortisol meningkat. Nafsu makan berlebihan akibat respons emosional tubuh untuk mengalihkan diri dari situasi yang menekan atau negatif.
Gangguan tidur seperti insomnia atau sleep apnea membuat tubuh kesulitan mengendalikan hormon yang mengatur rasa lapar. Sering kurang tidur bisa menyebabkan polifagia.
Pilihan Editor: 3 Manfaat Pendidikan Pola Makan Shokuiku