Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Makanlah dengan otak

Gizi & olahragawan dua hal yang saling mengait. unsur yang harus melengkapi makanan olahragawan: karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, air. olah raga seperti lari jauh perlu kabohidrat yang banyak.(ksh)

6 Oktober 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BOLEH dikatakan Indonesia mencapai kedudukan juara umum SEA Games X semata-mata mengandalkan bakat alam. Artinya prestasi di berbagai cabang olahraga tadi belum didasarkan pada ilmu dan teknologi olahraga sebagaimana yang sudah dipraktekkan di dunia barat. Melly Mofu dan Nanik Soewadji berhasil memperbaiki rekor renang dan lari SEA Games IX. Begitu juga Than Than dari Birma. Tapi siapa tahu kalau dengan tehnik tinggi dan gii tepat mereka pun bisa menyamai prestasi atlit-atlit dunia. Soalnya sebagaimana dikatakan Menteri P & K Daoed Joesoef, atlit di kawasan Asia Tenggara ini terbelakang dalam bidang ilmu dan teknologi. "Di lain pihak kondisi perekonomian yang payah mengakibatkan pula kurangnya fasilitas dan jeleknya gizi, yang banyak, berpengaruh terhadap kesegaran jasmani." Hal itu dikemukakannya di depan The Tenth SEA Games Scientific Seminar yang berlangsung di Hotel Kartika Plaza, 18-20 September berbarengan pesta olahraganya. Selain ahli Indonesia tamu dari luar negeri juga ikut memberikan paridangan mengenai hubungan teknologi olahraga dan prestasi atlit. Gizi dan olahraga adalah dua hal yang saling mengait. Di Indonesia, sebagaimana dikatakan dr Johanna S.P. Rumawas dari Baian Gizi Fakultas Kedoktcran Universitas Indonesia, Jakarta, "ilmu gizi masih merupakan salah satu ilmu yang sangat muda. Baru dikenal sejak 1950." Tak heran jika ada dokter yang salah paham mengenai hubungan olahraga dan gizi. Apalagi awam. Otak Menurut dr Johanna di tengah masyarakat kita hidup tahyul mengenai makanan tertentu. Misalnya orang harus memakan tepung dari gigi naga supaya kuat. Ada pula yang beranggapan supaya otot kekar haruslah makan telur mentah atau menyedot kuning telur. Sementara di kalangan wanita ada tabu untuk tidak memakan ketimun, pisang dan nenas. Banyak pula atlit wanita yang tidak makan nasi, buah dan sayur-sayuran karena katanya untuk mencegah kegemukan. Padahal untuk seorang atlit makanan tersebut sangat diperlukan hanya di Indonesia di negara tetangga sikap ini juga dijumpai. Persoalan lain adalah selera. Banyak atlit Indonesia yang tidak bisa memakan makanan yang berlemak dan tinggi protein. Tapi katanya, persoalan itu sebenarnya bisa diatasi kalau mereka memperoleh penjelasan yang cukup. Sehingga mereka mengerti makanan apa yang harus dimakan. "Dan tidak lagi makan hanya dengan selera dan lidah tapi juga dengan otak," kata Johanna. Makanan yang tepat ujarnya haruslah diberikan sejak kecil, dan tidak hanya di pusat-pusat latihan. Makanan atlit dengan orang yang bukan sebenarnya sama saja. Walujo Soerjodibroto Ph.D, juga dari Bagian Gizi FKUI, menyebutkan 6 macam unsur yang harus melengkapi makanan seorang atlit: Karbohidrat, lemak, protein, vitamin-vitamin, mineral dan air. Semua ini katanya dapat diperoleh dari makanan yang kita santap sehari-hari. Cuma harus dijaga perbandingannya. Protein 13-15%. Lemak 20-30% dan Karbohidrat 55-67%. Untuk olahraga yang memerlukan daya tahan seperti lari jarakjauh, bahan bakar yang datang dari Karbohidrat tentu lebih banyak diperlukan. Tapi di pusat latihan antara makanan pelari jarak jauh dengan atlit lain nampaknya tak dibedakan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus