Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Terbuai makelar Zurich

Harga emas yang makin menanjak karena inflasi dollar dan menurut the asian wall street journal ada sekelompok pedagang arab yang main borong emas. (eb)

6 Oktober 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TERNYATA harga emas terus menanjak. Akhir pekan lalu di pasaran London mencapai di seputar $ 374 per ounce (1 ounce --31,1035 gram). Di New York, emas batangan yang siap dilever untuk bulan Oktober ini, tak mau kurang dari $ 380 (Rp 239.400) satu ounce ketika itu. Banyak pedagang percaya sang harga akan terus demam. Kalau saja diingat emas batangan pertengahan September lalu sudah mencapai sekitar $ 345,75-di London, kenaikan yang terjadi pekan lalu itu memang membuat orang gelenggeleng kepala. Di Indonesia para pemburu emas batangan pekan lalu berani membayar di atas Rp 8.000 per gram di toko emas Gang Kenanga, Jakarta. "Kalau begini naga-naganya si kuning bakal makin gila," kata seorang pedagang emas di Glodok, Jakarta. Di luar negeri, seperti Singapura, atau Hongkong harganya memang menggiurkan daripada di Jakarta. Barangkali itu sebabnya ada orang yang berani melego emas batangan sampai 37 kg ke luar negeri, tapi kepergok polisi di pelabuhan udara internasional Halim Perdanakusumah pekan lalu. Sebab menggilanya harga emas itu semua orang tentu mafhum: nilai dollar Amerika yang makin merosot. Tapi rupanya ada pihak lain yang harus ikut dipersalahkan. Seperti ditulis The Asian Wall Street Jozrnal 28 September lalu adalah sekelompok kecil pengusaha Arab yang kaya raya yang ikut bertanggungjawab atas membubungnya harga emas dunia. Mereka kabarnya merasa bingung bagaimana menyalurkan duitnya yang melimpah, dan kemudian mendapat informasi yang salah. Abdul Rahman Al-Sai, Direktur dari Arab Investment Co. di Riyadh beranggapan, separoh dari kenaikan itu adalah ulah para investor swasta Arab itu. "Ada sekelompok kecil--tak lebih dari 2.000 sampai 3.000 pengusaha Arab --telah memborong emas gila-gilaan. " Mereka, kata Al-Sai, hidup di Kuwait, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, dan umumnya terdiri dari pedagang atau pengusaha yang tergolong kecil di sana. Kambing Mereka umumnya memang terdiri dari orang-orang yang berpandangan sederhana, "hingga mudah terbuai oleh suatu berita yang belum tentu benar," katanya. Dalam kata-kata seorang pengusaha dari Yordania, Farouk Sa'd Abujaber kelompok pengusaha Arab itu "bagaikan kambing saja. Seseorang membisikkan kepada tetangganya lebih baik membeli emas sekarang, maka semua orang menjadi bingung, lalu menubruk emas." Tapi seorang pejabat dari Union de Banques Arabes & Francaises, Latif Banani, berpendapat mereka terlalu percaya akan advis-advis temannya yang salah. "Mereka berpedoman pada teman-teman lama yang menjadi makelar di Zurich dan London, dan para makelar itu menimbulkan ketakutan pada pedagang-pedagang itu tentang kerusuhan politik di Timur Tengah dan inflasi dollar," kata Banani. Dengan demikian para makelar itulah yang sesungguhnya sengaja mengelabui para pedagang yang kaya tapi awam. Bahkan, menurut bankir itu, para makelar itu melakukan pembelian awal. Artinya, mereka membeli emas hari ini untuk dijual kepada para pemesannya di hari penyerahan yang sudah ditentukan, dengan perhitungan bahwa harga pasti naik waktu penyerahan. Seminar dua hari di London pekan lalu yang disponsori Chase Manhattan Bank itu --dan banyak dihadiri-peserta Arab --memang mengundang berbagai pendapat. Yussuf Biyari, seorang pejabat dari Dana Pembangunan Arab Saudi, mengatakan "Kebanyakan perusahaan Arab itu mengalami kesulitan likuiditas. Mereka butuh bergerak cepat untuk masuk dan keluar dari pasaran. Ini membuat emas paling aman untuk penanaman," Lagipula, katanya, menanam dalam emas itu sederhana sekali, tak dibutuhkan suatu pengetahuan tentang seluk beluknya perdagangan dunia. Suatu hal yang lazim dilakukan oleh banyak orang berduit di negeri berkembang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus