TERNYATA harga emas terus menanjak. Akhir pekan lalu di pasaran
London mencapai di seputar $ 374 per ounce (1 ounce --31,1035
gram). Di New York, emas batangan yang siap dilever untuk bulan
Oktober ini, tak mau kurang dari $ 380 (Rp 239.400) satu ounce
ketika itu. Banyak pedagang percaya sang harga akan terus demam.
Kalau saja diingat emas batangan pertengahan September lalu
sudah mencapai sekitar $ 345,75-di London, kenaikan yang terjadi
pekan lalu itu memang membuat orang gelenggeleng kepala.
Di Indonesia para pemburu emas batangan pekan lalu berani
membayar di atas Rp 8.000 per gram di toko emas Gang Kenanga,
Jakarta. "Kalau begini naga-naganya si kuning bakal makin gila,"
kata seorang pedagang emas di Glodok, Jakarta. Di luar negeri,
seperti Singapura, atau Hongkong harganya memang menggiurkan
daripada di Jakarta. Barangkali itu sebabnya ada orang yang
berani melego emas batangan sampai 37 kg ke luar negeri, tapi
kepergok polisi di pelabuhan udara internasional Halim
Perdanakusumah pekan lalu.
Sebab menggilanya harga emas itu semua orang tentu mafhum: nilai
dollar Amerika yang makin merosot. Tapi rupanya ada pihak lain
yang harus ikut dipersalahkan. Seperti ditulis The Asian Wall
Street Jozrnal 28 September lalu adalah sekelompok kecil
pengusaha Arab yang kaya raya yang ikut bertanggungjawab atas
membubungnya harga emas dunia. Mereka kabarnya merasa bingung
bagaimana menyalurkan duitnya yang melimpah, dan kemudian
mendapat informasi yang salah.
Abdul Rahman Al-Sai, Direktur dari Arab Investment Co. di Riyadh
beranggapan, separoh dari kenaikan itu adalah ulah para investor
swasta Arab itu. "Ada sekelompok kecil--tak lebih dari 2.000
sampai 3.000 pengusaha Arab --telah memborong emas gila-gilaan.
" Mereka, kata Al-Sai, hidup di Kuwait, Arab Saudi dan Uni
Emirat Arab, dan umumnya terdiri dari pedagang atau pengusaha
yang tergolong kecil di sana.
Kambing
Mereka umumnya memang terdiri dari orang-orang yang berpandangan
sederhana, "hingga mudah terbuai oleh suatu berita yang belum
tentu benar," katanya. Dalam kata-kata seorang pengusaha dari
Yordania, Farouk Sa'd Abujaber kelompok pengusaha Arab itu
"bagaikan kambing saja. Seseorang membisikkan kepada tetangganya
lebih baik membeli emas sekarang, maka semua orang menjadi
bingung, lalu menubruk emas."
Tapi seorang pejabat dari Union de Banques Arabes & Francaises,
Latif Banani, berpendapat mereka terlalu percaya akan
advis-advis temannya yang salah. "Mereka berpedoman pada
teman-teman lama yang menjadi makelar di Zurich dan London, dan
para makelar itu menimbulkan ketakutan pada pedagang-pedagang
itu tentang kerusuhan politik di Timur Tengah dan inflasi
dollar," kata Banani.
Dengan demikian para makelar itulah yang sesungguhnya sengaja
mengelabui para pedagang yang kaya tapi awam. Bahkan, menurut
bankir itu, para makelar itu melakukan pembelian awal. Artinya,
mereka membeli emas hari ini untuk dijual kepada para pemesannya
di hari penyerahan yang sudah ditentukan, dengan perhitungan
bahwa harga pasti naik waktu penyerahan.
Seminar dua hari di London pekan lalu yang disponsori Chase
Manhattan Bank itu --dan banyak dihadiri-peserta Arab --memang
mengundang berbagai pendapat. Yussuf Biyari, seorang pejabat
dari Dana Pembangunan Arab Saudi, mengatakan "Kebanyakan
perusahaan Arab itu mengalami kesulitan likuiditas. Mereka butuh
bergerak cepat untuk masuk dan keluar dari pasaran. Ini membuat
emas paling aman untuk penanaman," Lagipula, katanya, menanam
dalam emas itu sederhana sekali, tak dibutuhkan suatu
pengetahuan tentang seluk beluknya perdagangan dunia. Suatu hal
yang lazim dilakukan oleh banyak orang berduit di negeri
berkembang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini