Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Manfaat Berbicara pada Diri Sendiri, Baik buat Kesehatan Mental

Jangan takut dicap gila bila suka bicara sendiri. Kadang kita perlu melakukannya untuk menjaga kesehatan mental.

15 Juni 2020 | 06.55 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi perempuan marah. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Orang mungkin menilai Anda gila ketika berbicara sendiri. Kini, sejumlah ahli mengatakan berbicara sendiri ternyata menjadi salah satu metode terapi yang paling efektif dan baik buat kesehatan mental.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bryan E. Robinson dari Universitas Carolina Utara menilai ia bisa melalui banyak hal karena sering melalui selftalk. Selftalk terkadang membuat perubahan yang lebih baik, tergantung pula dari pengemasan bahasa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Jika selftalk punya nada yang negatif maka Anda bisa lebih cemas dan depresi. Sebaliknya, jika memakai persepsi self-talk yang positif, maka itu bisa memitigasi kecenderungan persepsi buruk dalam mental serta membuat lebih sehat.

Jaga jarak dengan diri sendiri
Riset menunjukkan dalam selftalk sebutkanlah nama Anda dibandingkan saya. Hal itu memberikan jarak dengan diri sendiri dari bagian penting yang subyektif dalam otak. Metode ini mengajarkan Anda seolah sedang berbicara dengan orang lain.

Dengan pemakaian perspektif orang ketiga dijamin bisa mengendalikan ego. Studi membuktikan cara ini sukses menurunkan kecemasan, memberikan kontrol lebih dalam diri, memberikan kebijaksanaan, dan menekan persepsi negatif.

Psikolog dari Universitas Michigan, Ethan Kross, menyatakan penyebutan nama dalam self-talk adalah cara menurunkan kecemasan dalam masa stres. Kross bahkan memberikan survei pada 89 responden melakukan self-talk 5 menit sebelum melakukan pidato. Hasilnya, langkah ini menurunkan kecemasan dan meningkatkan kepercayaan diri.

Membangun dan menguatkan mental
Sebenarnya, pikiran punya tameng untuk menjaga dari kecemasan dan ketakutan. Tandanya, ketika denyut jantung lebih cepat, mata yang lebih tajam, dan napas yang panjang adalah ciri Anda sudah siap untuk bertarung.

Ketika pikiran berkecamuk, selftalk sering membuat keputusan hidup atau mati dalam diri yang membuat Anda bisa melihat berbagai peluang. Fokus pun seperti lensa kamera. Terkadang bisa jadi buram melihat gambaran yang besar.

Seiring berjalannya waktu, Anda sering membangun area buram negatif dalam kacamata pikiran tanpa disadari. Selftalk membantu memperlebar area sudut pandang dan melihat lebih besar solusi, kemungkinan, dan kesempatan serta pilihan yang tersedia.

Menurut Barbara Frederickson dari Universitas Carolina Utara, dalam salah satu studinya dia membagikan 104 orang dalam 3 grup besar. Kelompok 1 mengekspresikan perasaan positif seperti syukur dan bahagia. Kelompok 2 mengekspresikan perasaan negatif seperti marah dan takut. Kelompok 3 mengekspresikan perasaan netral saja.

Ketiga kelompok itu wajib menulis daftar apa yang bisa mereka lakukan dengan perspektif masing-masing. Hasil studi menemukan, kelompok dengan paradigma positif memiliki daftar kemungkinan dan kesempatan yang lebih banyak.

Meyakinkan diri sendiri
Sepanjang 1990, para komedian seringkali membuat lelucon penegasan diri atau self-affirmation, misalnya "Saya cukup pintar," atau "Saya cukup baik."

Al Franked menampilkan karakter fiksi Stuart Smalley dalam parodi Saturday Night Live, sebuah lelucon untuk menolong diri sendiri dengan nama Daily Affirmations-a Psychoterapist Nightmare. Sejak saat itu, banyak orang menyangkal gaya self-affirmation karena dianggap sebagai lelucon semata.

Pada 2014, Clayton Critcher dan David Dunning dari Universitas California Berkeley meluncurkan studi bahwa afirmasi positif memiliki fungsi kognitif yaitu memperluas perspektif untuk membantu otak merespons ancaman terhadap diri sendiri. Self-affirmation melalui metode selftalk terbukti membantu para peserta riset yang menjalani hubungan jarak jauh dengan keyakinan positif yang lebih berani.

Menjaga hubungan dengan diri sendiri
Ketika sadar sedang dalam kondisi emosi yang tak stabil, misalnya marah, cemas, dan frustasi, penting untuk merangkul atau memegang salah satu bagian tubuh seperti lengan dan mengingat mereka sebagai salah satu perangkat tubuh.

Mulailah berbicara dengan menyebut diri, katakan secara jelas dan tenang kepada diri sendiri untuk optimis. Jika berpikir terlalu banyak dari yang mampu dilihat, itu bisa menimbulkan kecemasan berlebih.

Penting untuk menjauhkan hal itu, bisa menggunakan tangan untuk meredam, menangkal dari dalam tubuh Anda. Katakanlah, "Hai stres, saya lihat kamu sudah kembali." Ini cara mudah untuk merelaksasi semua anggota tubuh termasuk yang terasa tegang.

Mengasihi diri
Ada hubungan linier antara mengasihi diri sendiri, kebahagiaan, kesejahteraan, dan kesuksesan. Semakin tinggi mencintai diri, semakin bagus pengendalian emosi. Studi dari Universitas Wisconsin menemukan meditasi bisa memberikan kebaikan karena memberi efek positif bagi otak yang membuat lebih berempati kepada orang lain.

Dengan menggunakan cara magnetik atau functional magnetic resonance imaging (fMRI), para peneliti melihat adanya emosi positif seperti cinta, kasih sayang, dan kebaikan yang bisa dikembangkan, seperti halnya mengembangkan kemampuan bermusik. Metode ini menemukan umumnya otak bekerja secara cepat dan dramatis berubah dengan positif berkat meditasi.

Studi lain menunjukkan rasa empati adalah efek dari pengalaman pribadi. Pegawai yang menunjukkan empati biasanya adalah pegawai yang loyal dan produktif, sehingga angka titik balik lebih rendah karena terbangun perasaan kepemilikan atas perusahaan.

Jika memerinci kebiasaan dalam komunikasi dengan kasih sayang, maka Anda bisa mengubah isi otak. Studi menunjukkan ketika suasana terasa mencekam, selftalk bernada keras untuk penguatan akan muncul namun gaya ini bisa membuat peluang mencapai kesuksesan malah menurun. Daripada harus keras terhadap diri sendiri, gaya yang penuh kasih sayang bisa membantu bangkit lebih mudah dan cepat.

Memaafkan diri sendiri, adalah langkah radikal yang positif. Menurut survei terhadap 119 responden di Universitas Charleston, mahasiswa yang bisa memaafkan diri sendiri setelah pernah melalui kegagalan umumnya bisa melalui ujian tengah semester dan umumnya bisa lulus tepat waktu.

Ketika berbicara pada diri sendiri, gunakanlah metode jaga jarak, kata-kata kasih sayang dan positif, yang lebih cepat memulihkan dan membantu optimal menuntaskan tugas dan tantangan yang dihadapi.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus